~1~

28.7K 857 13
                                    


Matahari pagi terbit dari sebelah timur, dan sudah memancarkan sinarnya. Gadis manis itu sama sekali tak terusik dengan sinar yang sudah mengisi celah-celah jendela kamarnya.

"Selma?" panggil Rinta yang berada di depan pintu kamar anaknya.

Sambil berkacak pinggang, ibu cantik itu memperhatikan anaknya yang masih bergulung  di bawah selimut. "Astagfirullah ... Selma ... ini jam berapa, Nak?" ucap Rinta.

"Hmm, bentar dulu Mom, masih ngantuk ini ...." gumam Selma yang sangat enggan bangun dari tidurnya.

"Cepat, Nak. Ini sudah siang. Lihat, matahari sudah terang, sekarang kamu upacara, ayo bangun"

"Iya, Mom. Iya," ucap Selma yang bangun dari tidurnya dan berjalan dengan sempoyongan kearah kamar mandi.

"Cepetan udah jam berapa ini. Mom tunggu di bawah," kata Rinta yang berlalu di pintu kamar Selma.

"Hemm ...." gumamnya yang berniat ingin membalas perkataan ibunya itu.

'Duk'

"Kyaa! Sialan, kaki gue kepentok segala." Selma mengusap ujung jempol kakinya yang terasa sakit, karena bertubrukan dengan meja rias.

"Duh, sakit banget lagi. Siapa yang simpen meja di sini coba! Handuk gue mana lagi," ia mencari handuk di sekelilingnya.

Setelah menemukan barang yang ia cari. Selma langsung bergegas menuju kamar mandi.


..

Setelah selesai dengan kegiatan ritual paginya. Selma terburu-buru, ia melihat jam yang sudah hampir pukul tujuh.

"Mom ... Selma telat!!"

Selma berlari dari lantai atas ke meja makan, di mana sudah berkumpul keluarganya di sana.

"Rambut lo di apain lagi, Dek? Kemarin warna Biru, sekarang Ijo. Mau jadi anak ayam lo? Bisa gak kalau pakai baju, sedikit longgar?" tegur Robby yang mengomentari pakaian adiknya itu.

"Syut, jangan berisik dulu, Bang. Ini bukan waktunya ribut. Gue udah telat."

"Mommy kan sudah bangunin kamu, dari satu jam sebelumnya. Kamu yang susah di bangunin," ucap Rinta.

"Iya-iya, Mom nggak usah ngomel mulu. Selma udah telat ini."

Ia memakan Roti dan meminum susunya dengan capat. Kedua orang tuanya dan Robby menggeleng melihat kelakuan Selma.

"Bang, ayo anterin gue," kata Selma yang sudah bersiap-siap memakai tasnya.

"Mommy, Dad. Selma berangkat ya," mereka mengangguk. Selma berpamitan dan diikuti oleh Robby di belakangnya.

"Hati-hati, Nak," ucap Rinta.

Setelah di dalam mobil. Robby kembali bertanya,  "Dek, rambut lo, nggak di razia nanti?" Tanya Robby.

"Lo ribet ya, ini udah jadi penampilan gue. Okey?"

"Ya ... Tapikan ...."

"Udah Bang, gue telat nih. Cepetan bawa mobilnya."

Tidak ingin mengambil pusing, Robby langsung diam, dan menuruti semua perkataan adiknya.

"Udah sampe, nih. Lagian gerbangnya juga di tutup."

"Biarin. Gue ini yang sekolah. Lo yang bener kuliah nya, Bang," ucap Selma. Yang membuat Robby terdiam, seharusnya ia yang berbicara seperti itu.

"Oke, Bang. Gue turun." Selma mengecup pipi Robby dan turun dari mobil.

'Hanya gara-gara masalalu, lo berubah seperti ini, Selma'

..

"Gila, gue udah telat banget ini," keluhnya yang bersandar di pagar sekolah.

"Pasti di hukum ini."

"Biarin aja, dah," santainya.

Setelah menunggu cukup lama, diluar gerbang, karena upacara sedang berlangsung, ia tidak di boleh kan masuk.

"Hai cantik, telat juga?" tanya seorang lelaki.

"Berisik lo! Diem deh."

"Ooo, santai dong. Cantik-cantik kok serem."

Selma memutar bola matanya malas dengan kehadiran Yudis yang ada di hadapannya. Siapa yang tidak mengenal Yudis? Lelaki playboy kelas kakap yang juga satu kelas dengannya.

Di pengujung upacara terdengar suara speaker yang menyuruh murid telat untuk berkumpul di tengah lapangan.

Selma dan Yudis pun maju, dan munculah berbagai perkataan tentang Selma.

"Gila rambutnya Kak Selma diapain?"

"Ckckck nggak ada kapoknya, memang."

"Dasar cabe!"

"Apa nggak kapok di panggil guru BK terus, ya?"

"Cantik sih, tapi jahat!"

Dan masih banyak perkataan-perkataan negatif tentang Selma.

"Peduli setan, gue," gumam Selma dengan senyum sinisnya.

"Gue udah tau hukumannya, ngapain pake segala di pajang di sini sih. Udah tau panas!" kesalnya.

Yudis mendengar kekesalan Selma, ia mengerti.
"Nih," ucapnya memberikan topi kepada Selma. "Pake biar gak kepanasan."

"Ogah," ucap selma.

"Beneran? Lo nggak mau pake?" Selma mengangkat  bahunya, tanda ia tidak ingin memakai topi yang di berikan Yudis.

Upacara telah selesai. Belum sampai di situ hukuman Selma, ia masih di beri hukuman untung membersihkan lantai di koridor kelas XI

Dengan niat yang tidak penuh, ia membersihkan lantai koridor tersebut dengan menggunakan sapu. Sebenarnya ia tidak ingin melakukan itu, tapi ada guru BK yang mengawasinya sedari tadi.

..

Satu jam berlalu, bel istirahat pun berbunyi, itu tandanya, hukuman Selma sudah selesai.

Para sahabat Selma, menghampiri dirinya.

"Super lo, Sel. Hebat, lo. Nggak takut guru BK?" tanya Syabilla.

"Iya tuh, tobat Sel. Nyari ulah mulu lo," ucap Dewi yang juga takjub melihat Selma yang tidak pernah takut akan hukuman apapun.

"Di hukum BK lagi, baru tau rasa, lo," timpal Diva yang menambahkan.

"Terserah lo semua dah. Pusing gue. Nggak di rumah, di sekolah, kerjaannya di nyinyirin terus. Heran gue. BK nggak bakal berani sama, gue. Nih buktinya dari tadi gue luntang-lantung pake baju ini, biasa aja," ucap Selma dengan kekesalan yang ia tahan.

"Yaudah-udah. Ayo kita ke kantin. Biar adem." lerai Syabilla.

"Nah bener tuh, ayo kita pergi!" Seru Dewi.

Selma yang melihat kelakuan para sahabatnya itu menggeleng pelan. Setelah mengomentari dirinya, dengan seenak hati, mereka pergi begitu saja.

"Salah apa, gue punya temen kaya mereka," ucap Selma yang juga mengikuti teman-temanya berjalan kearah kantin.

Because of You or Allah (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang