04

74 13 0
                                    

Hanum menatap wajahnya didepan cermin besar di ruang tengah asramanya'tak buruk' pikirnya.
Ia mengikat tali cadarnya, dan merapikan kain tersebut dengan anggun. Taulah, sekolahnya sekolah berbasis sunnah yang ada di kotanya.
Tapi dikelas ia digelari anak nakal. Meski begitu kain penutup wajah itu tak menghalagi dirinya untuk memakaikannya di wajahnya, menutup sempurna dirinya. Gelar badgirl tak menghalangi dirinya untuk melaksanakan sunnah Rasul-Nya.

"Kakak udah cantik kok, minggir" Hanum hanya nyengir mendengarkan perkataan adek kelasnya.

"Sopan dikit,,,"

"Iya kakak, lama kali ngacanya" Nadin membalasnya dengan bibir yang sedikit mengerucut.

"MenJawab juga lagi" emosinya menaik, pagi ini moodnya buruk entah kenapa?.

Adek kelas yang notabenenya bernama Nadin itu menatapnya sedikit tajam 'ni anak kok pelawan banget yaa?' kemudian beralih memutar bola matanya, dan melangkah pergi.

"Pelawan nya lagii" Hanum sedikit menaikkan suaranya, agar orang yang dituju mendengarkannya dan mungkin sedikit makin kesal.

Ia melirik jadwal piket asrama yang tertempel di dinding putih bersih itu.

"Hmm piket nyapu malam" ia tampak berpikir.

"Yeee gak piket!!!" ia bersorak bahagia karena baru sadar ia tak piket hari ini, 'sabtu memang terbaik'

Ia keluar dari asramnya menuju teras dan memasang sepatu disana, ia sedikit kaget melihat pemandangan temannya yang melamun.

"Kenapa mu shof? Melamun aja kulihat" gadis disampingnya menyadari kehadiran Hanum, ia membalas

"Eh, Hanum gaada bosan nunggu kalian, lama kalii" shofi berbicara manatap biasa rumah didepannya.

"Yuklah kesekolah!!" Hanum selesai dengan aktifitas pasang tali sepatunya, dan berdiri bangkit.

"Kami pergi dulu, Assalamu'alaikum"
Mereka bersorak bersama, kepada seluruh masyarakat asrama.

Kedua gadis itu berjalan melewati jalan kecil, jalan biasa pulang perginya ke asrama. Sampai akhirnya kedua gadis itu sampailah di sekolah yang dicintainya.
Mereka berdua berjalan melewati lorong yang sepi, sekolah masih lengang pagi ini.

"Bismillah, Assalamu'alaikum" mendadak pagi ini dirinya alim, mimpi apa dirinya semalam? Ditambah lagi karena kelas yang sepi ia memuroja'ah hafalannya.

Akhirnya murid murid 9b mulai berdatangan, dan ia menghentikan aktifitas muroja'ahnya, dan ketika itu pula suara pengumuman dari kantor ustad terdengar.

'Diberitahukan kepada murid murid ustad kelas 9A dan 9B untuk segera memasuki kelasnya masing-masing, karena les pagi ini akan dimulai'

Yaa, itulah aktifitas murid kelas 9 di SMP Ibnu Abbas di hari sabtu. Les pagi, kemudian dilanjutkan dengan eskul. Les hari ini adalah les Matematika dan Bahasa Inggris.
Selesai melaksanakan les, bel istirahat pun berbunyi. ah, apalah daya. jajanan seminggu nya sudah habis kemaren, jagi ia mencari teman untuk langsung saja ke klub jurnal, dari pada berkutik dengan kebosanan. Ia tak melihat teman se eskul nya hendak pergi ke klub jurnal. Yasudah ia saja pergi sendiri.

Hanum berjalan santai melewati beberapa kelas ikhwan, sekolahnya dibagi dengan 2 bagian, ikhawan dan akhwat. Sedikit lirikan ia hantarkan pada klub arabic, dan disana ada orang yang meliriknya juga.
Hanum membalas dengan memutar bola matanya, rasa bosan mulai menghampirinya. Akhirnya ia sampai juga di kelas 8A yang berseberangan di kelas 9A. Ternyata di kelas, itu sudah ada teman-temannya.
Akhirnya aktifitas eskul pun dimulai, ia bertugas membuat cermis (cerita misteri) bersama Tahya untuk mading, Tawanya pecah mendengar lelucon temannya, Tahya.
"Mu ada-ada ja ma tay" ia masih sedikit tertawa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Save the dateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang