Claire masuk kekamar hotelnya, ia tak mengunci pintunya. Dia merebahkan tubuhnya dikasur lalu meraih sambil memukul-mukul kasar bantal disampingnya. Dia berusaha keras menahan emosinya sedari tadi.
"Mereka pikir mereka siapa??? Hmmm... The Royal Dean Hotel. Mari kita pikirkan beberapa kemungkinan terburuk yang bisa saja menimpa hotel ini..." Claire menaikan setengah bibirnya singkat, tatapan jahat mendadak menyeruak diwajah manisnya. Tapi ia mendadak berubah fikiran. "Tidak Claire. Tidak. Ini semua juga karena penampilan dirimu sendiri yang seperti ini sehingga mereka semua sampai memandangmu seperti itu."
"Berarti penyamaranku benar-benar berhasil! YES!!!"
Claire mendapati ponsel disakunya berdering dan melihat nama Ed muncul dilayarnya. Tak menunggu lama ia langsung menjawab telepon Ed.
"Ya Ed."
Claire mendengar Ed tertawa diujung sana.
"Bagaimana Ed? Tadi dia duduk diujung, tepat didepan lift. Apa dia masih disitu?"
"Tidak, dia pergi. Lebih tepatnya ia sedang berjalan di lorong, tepatnya menuju arah kamarmu. Soalnya tadi aku melihat anak buahnya sedang melakukan sesuatu untuknya. Kupastikan ia memesan kamar lagi."
"Wah wah, apa ia tak terkesan terlalu terburu-buru, aku harus waspada..." samar-samar ia mendengar beberapa langkah berat beradu didepan kamarnya. Claire bangkit dari posisi tidurnya lalu bergerak merapatkan tubuhnya pada pintu.
"Benar Claire, ternyata orang suruhannya memang benar-benar menyewa kamar tepat disamping kamarmu!" jelas saja Ed tahu segala pergerakan yang ada disana. Ed berhasil menyusup ke sistem kontrol CCTV dan sistem IT hotel itu dari kamar bermainnya. Ed melihat orang yang ia maksud dan dua orang lain memasuki kamar tepat disamping kamar Claire sedangkan Claire mendengar suara pintu kamar yang ditutup.
"Haha, ya ampun. Ini bahkan bukan kamar Suite yang High Class, hanya kamar biasa." Claire terkekeh pelan. "Oya, apa Ben ada disitu?"
"Tidak dia baru saja pergi. Dia harus menghadiri pengadilan atas kasus pembunuhan tempo hari. Dia kan ketua tim forensik yang mengautopsi jasad korban, ya jadi dia diwajibkan datang untuk memberi kesaksian..." jawab Ed.
"Aku tahu dia sibuk, tapi ia tetap saja ingin ikut campur dalam hal ini. Ken? Bagaimana dengannya?"
"Ken sedang pergi ke supermarket. Aku memintanya membeli camilan." Ed terdiam sebentar lalu mengatakan sesuatu pada Claire. "Claire, orang itu sepertinya hendak keluar dari kamarnya!"
"Oke!" jawab Claire singkat. Tangan kirinya memasukan ponsel kedalam sakunya dan tangan kanannya mulai menekan gagang pintu hingga pintunya terbuka. Ia melihat sesosok pria tinggi besar didepannya dari celah pintu kamarnya yang sedikit terbuka. Pria itu baru saja keluar dari kamar lalu ia menoleh ketika ia menyadari ada pergerakan di sebelah kanannya, dan melihat wajah Claire yang tampak ketakutan.
Pria itu sedang menatap separuh wajah Claire yang mengintip disela-sela pintu. Mata hazelnya membulat lebar, alisnya meliuk aneh, ia menggigit bibir bawahnya, tak lupa jemari tangan kiri Claire yang terlihat menegang ketika memegang daun pintu erat-erat.
Dua orang lain menyusul keluar dari kamar itu, dan orang kedua yang Claire lihat adalah targetnya. Orang itu terkejut melihat Claire ada didepannya.
"Hai, John, apa yang kau lakukan? Kau membuatnya ketakutan!" Target Claire berkata seperti itu sambil menepuk pundak teman didepannya lalu menatap Claire, tatapan matanya sayu. "Tak apa, dia tak akan melukaimu..." katanya lagi, Claire tak bergeming.
"Ayo keluarlah..." katanya lagi, sedikit merayu Claire agar dia mau keluar.
"Maaf, aku sedikit syok tadi." Claire memutuskan keluar dari kamarnya dan terus menundukan kepalanya. "Benar, orang didepanku adalah Daniel Bernard" batin Claire.
"Tak apa, tampangnya memang menakutkan tapi sebenarnya dia orang baik" Daniel sekali lagi menepuk pundak orang tadi. "Kalau boleh aku tau kau mau kemana?"
"Aku mau ke restoran, dilantai bawah"
"Kalau begitu mari kita pergi bersama." Daniel mengajaknya terlebih dahulu, Claire mengangguk sambil mengikutinya.
Sementara itu diwaktu yang sama tetapi di tempat yang berbeda ada dua orang yang memperhatikan gerak gerik Claire dan targetnya.
"Wow, cepat juga si pria itu, kupikir dia akan sedikit mengulur waktu. Kau tau kan, faktor gengsi..." ujar Ed, Ken yang sudah datang hanya diam sambil menatap monitor, Ken sebenarnya tak terlalu memperdulikan Ed, fokusnya terbagi dua antara monitor dan suara-suara yang keluar melalui alat yang terpasang ditelinganya.
"Ed..." ujar Ken. "Apa Claire semenarik itu? Aku tahu pria ini tak pernah diketahui dekat dengan wanita sebelumnya. Apa pria itu gila kerja?"
Mendengar itu Ed tersedak ketika menelan minumannya. "Apa yang kau bicarakan Ken? Apa kau sudah membaca semua data yang kuberikan mengenai Daniel Bernard, huh?" Ken melotot, ia baru menyadari sesuatu, lalu menggeleng. Melihat itu Ed ikut menggelengkan kepalanya sambil berdecak, matanya kembali menatap monitor.
"Lain kali bacalah sedetail mungkin"
*****
Sekarang Claire sudah duduk di restoran sambil menyantap makanannya. Ia duduk berdua dengan pria itu, siapa lagi jika bukan Daniel Bernard. Daniel terus menerus menatap Claire disela-sela kegiatan makannya, hal itu membuat Claire risih. Tiba-tiba ponsel Claire berdering memecah kesunyian, Daniel langsung mengalihkan tatapannya kearah lain ketika mendapati Claire yang menatapnya sambil membaca sesuatu di layar ponselnya. Itu telpon dari Ken.
"Maaf, boleh aku angkat telpon dulu?" tanya Claire basa-basi, Daniel mengangguk, mengijinkannya.
"Hallo, Mom..."
"Apa-apaan kau ini, aku Ken bukan ibumu. Dasar kurcaci!!!" Mendengar ejekan Ken, Claire malah melempar senyum kearah Daniel yang kembali memperhatikannya membuat pria itu gelagapan salah tingkah.
"Aku mengerti kalau Mom tak bisa menemuiku di hotel, aku juga mengerti Mom sangat sibuk. Aku baik-baik saja Mom, aku hanya mau istirahat sebentar" Claire terdiam, dia berpura-pura sedang mendengarkan seseorang diujung telponnya sambil sesekali mengangguk.
"Aku selalu tepat waktu kan Claire?" Ken terkekeh diujung sana.
"Baiklah, jika Mom akan mengirim orang untuk menjemputku. Aku mengerti. Kalau begitu aku makan dulu ya Mom, nanti kita bicara lagi, Mom jaga kesehatanmu ya, aku menyayangimu. Mmmuuuaaach!"
Daniel melotot ketika melihat Claire melayangkan ciumannya untuk seseorang yang bicara dengannya via telpon. Tanpa sadar ia tengah menggigit bibir bawahnya sendiri. Claire menyadari itu tapi ia pura-pura tidak tahu.
"Maaf, tadi ibuku yang menelepon."
"Iya tak apa... Eeemm, kita belum berkenalan. Aku Daniel, panggil saja Dan. Namamu?"
"Aku Claire, Claire F. Thompson" jawab Claire disertai senyuman manisnya.
"Hmmm, F. Thompson? Kedengaran familiar."
"Benar, nama itu memang cukup banyak yang menggunakannya, pasaran."
"Ah, bukan begitu. Tapi namamu memang sangat cantik Claire, sangat mewakili pemiliknya." Daniel tersenyum manis, Claire membalas senyumannya dengan senyuman malu-malu.
Tiba-tiba salah satu orang yang tadi bersama Daniel datang mendekati mereka. Daniel menoleh "Ada apa?"
"Anda harus kembal ke Filipina hari ini, utusan dari Orion Corp mempercepat jadwal pertemuan mereka dengan kita"
Mendengar itu tatapan Dan berubah lesu, lalu ia menatap Claire. "Boleh aku meminta nomor kontakmu?" pintanya tanpa basa basi sambil menyodorkan ponselnya, Claire terkejut.
"Tentu..." Claire mengetikan nomor ponselnya, lalu kembali menyerahkan ponsel itu kepada Daniel.
"Nanti kuhubungi oke..." katanya, Claire hanya mengangguk.
Melihat Daniel pergi Claire langsung menyenderkan punggungnya. "Akhirnya selesai juga, setelah ini aku mau kemana dulu, ke apartemen Ed dulu, lalu pulang. Kapan ya terakhir kali aku menginjakkan kaki dirumahku? Lalu, bagaimana kalau besok aku datang ke kantor ayah. Tapi sebelum itu aku akan mengunjungi makam ibu dulu."
Claire menyusun rencana untuk keesokan harinya.
"Ibu, aku merindukanmuu, besok kita bertemu ya..."
KAMU SEDANG MEMBACA
BEHIND THEIR MASK
Mystery / ThrillerCoz peoples used to judge the book by its cover. #Thriller #Action #Detective