Satire

62 1 0
                                    

Halo, apa kabar?

Ini aku, orang yang ingin kamu sapa kemarin.

Namaku? Ah tidak penting.

Untuk apa berusaha keras mengingat sesuatu yang tidak signifikan seperti sebuah nama..

..apalagi namaku.

.

Yang penting, kamu ingat wajahku, kan?

Ya, aku orang yang itu,

yang berwajah lugu,

yang selalu menyimak baik-baik semua ceritamu yang biasa-biasa saja,

yang sering berusaha masuk ke dalam percakapanmu yang kelihatannya seru.

Entah tawamu yang nyaring, entah nada tinggi suaramu, entah lengkung senyummu yang setengah hati,

yang akhirnya memaksaku mengangkat alis. Mungkin ketiga-tiganya.

.

Mau kuberi tahu sebuah rahasia?

Jujur saja, aku yakin kau ingat namaku..

..dan aku ingin berterimakasih atas segala upayamu selama ini. Analisis dari beragam hasil karyamu mengerucut menjadi 3 poin kesimpulan:

1. kau selalu memikirkanku setiap hari
2. kau selalu memimpikanku setiap malam
3. jantungmu berdebar-debar setiap melihatku

Tahu darimana, katamu?

Kau selalu menitipkan pesan nasihat berbalut gertakan melalui orang-orang di sekitarku, menyebarkan tuduhan tak berdasar tentangku, dan kau selalu menjadi yang terdepan dalam bereaksi atas setiap kesalahan terkecilku.. wah, aku pasti sangat istimewa buatmu. Sungguh terhormat rasanya bisa menempati daftar hal-hal penting yang mengisi pikiranmu sehari-hari.

Kau nyaris tak pernah bisa bicara dengan cara normal padaku, seperti demonstran dari pihak korban pembantaian terhadap pendosa. Seolah aku memang berhasil menghancurkan hidupmu berkali-kali. Mungkin memang benar terjadi, dalam mimpi-mimpi burukmu.

Dan kau selalu mengindari tatapan mataku, seolah menyembunyikan sesuatu.. kalau menurut teoriku ya, kau pasti terlalu deg-degan untuk menatap mataku lurus-lurus. Apa kau takut penyakit kejiwaanmu terbongkar? Sudah terlambat, aku tahu kecepatanmu menumpuk kebencian dan amarah terhadap orang tak dikenal sungguh luar biasa. Jika dijadikan cabang olahraga baru di olimpiade, kau pasti dapat medali emas.

Yeah, aku tahu semuanya. Hebat kan?

.

Dan setelah semua huru-hara ini, aku tetap tak ingin membencimu.

Meskipun tawaran itu begitu menggiurkan..

Di satu sisi aku mengasihanimu,

Ah, tapi siapalah aku ini, sok- sok mengasihani orang lain, eh?

Aku hanya seorang bocah manja, tak punya kekuatan super sepertimu.

Hanya rakyat jelata, yang tak bisa dibandingkan dengan manusia perkasa yang serba bisa.

Lihat,

mataku tak bisa mengeluarkan sinar laser seperti matamu!

.

Sayangku, aku tidak akan meminta maaf untuk berbicara apa adanya.

Bukan berarti selama ini aku bermuka ganda seperti double-tape,

hanya saja aku tak setega itu menghancurkan harga dirimu di depan umum.

Tapi ngomong-ngomong, harga diri itu apa ya?

Atau pertanyaannya, berapakah harga diri itu?

Apakah lebih murah dari keingintahuan tentang urusan orang lain?

Oops, maaf, sebagai orang yang tidak mengenal konsep dan arti harga diri, tak sepantasnya aku berusaha tawar-menawar soal harga.

Toh murah dan mahal itu relatif, tergantung siapa pembelinya!

...

Selamat malam, sampai jumpa dalam mimpi terburukmu~

.

P.S: Tidak, aku bukan pengidap skizofrenia, hanya memilih apa yang ingin aku percayai–terlepas dari apa yang kau ingin aku percayai, bahkan dari apa yang sebenarnya terjadi.. Sungguh terkadang kebodohan itu anugerah.

Antologi Cerpen SarkastikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang