Namanya Milly Dwi Lestari, usianya 26 tahun. Ia anak kedua dari 2 bersaudara. Postur tubuhnya memang lumayan berisi, 55 kg. Dan tinggi 158 cm. Milly tidak terlalu suka dengan rambut panjang. Jadilah rambutnya hanya sebahu. Jangan tanya masalah pasangan hidup. Status belum menikah. Ia masih sendiri bukan jomblo tapi single. Memang tidak ada yang bisa dibanggakan tapi setidaknya Milly masih menjaga diri dari pergaulan bebas. Di dunia ini dalam hidup pasti ditanya, sudah punya pacar? kapan nikahnya?. Cuma mati saja yang tidak ditanyakan kapan?.
Memang paling senang itu ngepoin hidup orang. Kenapa bisa begitu?. Karena hidup orang itu monoton tidak berwarna. Ya, kali membicarakan orang lain lebih bisa membahagiakannya. Apalagi tentang kejelekan. Membahas masalah hidup itu tidak habisnya.
"Mil, bentar lagi gue nyampe."
Isi pesan dari sahabatnya, Gina. Hari ini Milly harus mengantarnya ke Dokter kandungan. Suami Gina sedang tugas di luar kota. Berhubung Milly sahabat yang baik jadi membantunya. Dipikir-pikir memang menyusahkan juga. Buatnya berdua, Milly yang ketiban pulung yang harus mengantarnya. Waktu buatnya saja tidak tahu, dumelnya dalam hati.
Milly menunggu di depan teras rumah. Cuacanya panas sekali, sepanas hatinya yang sedang kesepian. Mobil Honda Jazz berwarna putih berhenti di depan. Tanpa Gina membuka pintu pun Milly sudah tahu siapa pemiliknya. Kaca mobil terbuka. Terlihatlah sosok wanita hamil dengan mengenakan kaca mata hitam.
"Sorry, gue lama ya?" ucapnya sembari nyengir. Tanpa menjawab Milly memilih membuka pintu mobil.
"Nggak usah ngomong lo!. Kebiasaan kalau udah ngaret. Lo tau sendiri kan jadwal gue penuh!" omelnya.
"Penuh, jamban lo kali. Orang freelance kayak lo jam segini masih ngeringkuk di tempat tidur sambil mimpiin pangeran berkuda putih," timpal Gina tidak mau kalah.
"Gue punya kerjaan keles!. Udah lo jangan banyak ngomong. Kasian Dokter yang udah nungguin lo. Lagian orang ngaret kayak lo pake buat janji segala," cibir Milly seraya masuk ke dalam mobil. Gina menjalankan mobilnya menuju rumah sakit. Ia menaikkan bahunya.
Dirumah sakit Gina segera menemui Dokter Kandungan yang menanganinya. Ia menarik sahabatnya untuk ikut masuk ke dalam. Milly hanya bisa pasrah.
"Dokter Reza," sapa Gina tidak lupa dengan senyum manisnya. Dokter itu mengangkat kepalanya. Ia sedang menulis sesuatu.
"Hai," Dokter itu menghentikan pekerjaannya.
"Maaf telat," Gina lagi-lagi menarik tangan Milly mendekat ke meja kerjanya.
"Silahkan duduk," ucap Dokter itu. Mereka pun duduk di kursi yang ada di depannya.
"Oia, Dok. Kenalin ini Milly teman saya," Gina memperkenalkan Milly padanya.
"Reza," Dokter itu memberitahu nama sambil mengulurkan tangan.
"Milly," mau tidak mau ia menyambut tangannya. Pria itu memang tampan, enak dilihat, postur tubuhnya pun pria idaman pokoknya. Tapi bukan tipe Milly apalagi profesinya. Ia segera menarik tangan. Disamping Gina nyengir-nyengir gaje.
"Suami tugas diluar kota lagi ya?" tanya Reza sok akrab.
"Iya, Dok. Baru semalem perginya. Seharusnya dia nganterin saya hari ini. Tapi apa daya tugas negara nggak bisa ditunda." Ini anak malah curhat lagi. Kepala Milly menggeleng. Suaminya Gina seorang anggota TNI. "Mangkanya saya ngajak Milly. Biar dia tau dunia luar," celetuknya. Gadis yang dibicarakan menoleh lalu memelototinya. Enak saja! Memangnya ia tinggal di hutan sampai tidak tahu dunia luar?!. Sekali-kali harus diberi pelajaran si Gina ini, pikirnya. Reza terkekeh sendiri seraya matanya menatap seakan mengejek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Map Of Heart (GOOGLE PLAY BOOK)
General FictionSudah tersedia eBook nya di Google Play Book Sekuel "Last Love" Milly mempunyai 2 pilihan dalam hidupnya. Menerima Reza yang berprofesi seorang Dokter spOG (Spesialis Obstetri dan Ginekologi). Pria yang jatuh cinta pada saat mereka pertama kali be...