Prologue

323 9 5
                                    

••
"Welcome to my world, babe."
-Alaenzo-
••


"Ini cewek yang ketiga, namanya Tisca Jesylyn. Anak kelas duabelas Ips empat, badan nya kayak model, cantik banget, terus, suka sama cowok yang kayak lo gitu lah, Bin."

Jelas Owel, sambil dilihatin foto gadis yang menampilkan pose tersenyum, di instagram.

"Lo tertarik?" Tanya Owel, setelah lama Bintang tidak membuka suara.

Oka, yang duduk disamping Bintang, langsung merampas ponselnya Owel, kedua jempol nya mulai menscrooling akun instagram milik Tisca tadi.

Oka meringis, Masih menatap foto-foto Tisca yang begitu, "Oon lo Wel! Sejak kapan Bintang suka sama tante-tante kayak gini?"

Owel kini mengambil ponsel nya dari tangan Oka, terus nyengir. Padahal, menurutnya, itu cantik banget.

Ya, kan. Selera Owel sama Oka beda. Apalagi sama selera Bintang.

"Heh, bagong! Ini cantik, ya! Mulus, dia lagi nekunin jadi model baju merk ternama!" Papar Owel, sambil menepuk pelan sahabat nya, Oka.

"Yaelah, cewek rekomen lo tante-tante semua! Kayak gue dong, cewek yang gue pilih buat Bintang tuh lucu-lucu semua, natural." Kata Oka, tidak mau kalah.

"Ya tapi kan--"

Bintang mulai jengah.

Terus, Bintang mendengus, "Udahlah, lo berdua lagian ngapain si nyariin gue cewek." Selak nya.

Owel kini menatap Bintang, sahabat nya yaang tidak pernah berubah untuk mencari pasangan, setidak nya, pacar. Dan bisa melupakan masalalu nya dengan dia, yang gak baik kelakuan nya dan gak cocok banget sama Bintang.

Kadang, Owel dan Oka heran, Bintang tuh, susah di tebak selera nya. Terakhir pacaran sih, Bintang malah macarin yang semacam bad girl gitu, kan jadinya Owel sama Oka was-was sama pergaulan Bintang. Soalnya, dari pengalaman yang Owel sama Oka tahu, kalo Bintang tuh jarang keluar malem dan pulang pagi entah nge-drugs, atau minum, atau ke club, kayak anak remaja jaman sekarang.

Bintang anti sama begituan, dan Owel sama Oka, bersyukur masih punya sahabat yang otak nya masih selamet. Gak kayak mereka berdua, sableng.

"Lo mah Bin, kita ngasih yang terbaik buat lo nih. Abisnya gue heran aja gitu sama lo, ganteng-ganteng gak mungkin lo homo, 'kan?" Celetuk Owel.

Yang kali ini Bintang sukses membulatkan kedua matanya dan menatap sangar Owel, "Apa lo bilang barusan?" Tanya nya.

Mata tajam milik Bintang membuat nyali Owel ciut seketika.

Ia mencari perlindungan dengan menarik lengan Oka dan menunjuk-nunjuk teman nya yang sedang nyemil, "Nih-nih, temen lo tadi yang bisikin gue, ya kan, sebagai teman yang baik gue langsung bilang langsung gitu sama lo." Katanya.

"Teman yang baik itu, ngomong di depan, bukan ngomong di belakang. Right?" Lanjut Owel, terus nyengir.

Sekarang malah tatapan Bintang beralih pada Oka, cowok berkalung hitam itu kemudian menggeleng keras. "Astaga, gue di fitnah! Bener dah Bin, gue gak seburuk yang lo kira, ini anak emang--"

Tak perlu waktu lama untuk menjelaskan, Oka dengan kesal lansung menepuk keras kepala belakang Owel sampai cowok itu meringis.

"Lo ngajak ribut?!" Tantang Owel, lalu balas menepuk pelan kepala cowok itu, tapi sayang nya, Oka langsung menghindar.

Oka tertawa, "Gak kena! Mampus lo mau apa?!" Katanya, meledek.

Owel kini mulai menjitak kepala Oka, kali ini kena. Cowok yang sedang nyemil itu akhirnya meletakkan toples, lalu menatap sahabat nya itu dengan sangar, "Sakit, ah! Ayo deh, ribut di luar! Jangan dikamar Bintang."

Owel kini bangkit berdiri, lalu berkacak pinggang, "Ayo, lah! Gue jabanin!"

Bintang kini memijat pelipis nya, pening mulai menjalar saat kedua sahabat nya sudah mulai bertengkar masalah sepele. Seperti itu terus, untung Owel dan Oka baik juga pengertian- maksudnya, bisa diandalkan di segala situasi yang menguntungkan buat Bintang, jadi ya, mau gak mau, Bintang tahan sama mereka selama kurang lebih dari lima tahun belakangan ini.

Bintang kini berdiri, lalu berjalan dan mengambil jaket yang tersampir di bangku, terus ngambil kunci mobil dan hape diatas nakas. Pergerakan itu sontak membuat Owel dan Oka yang lagi adu mulut seketika langsung berhenti dan menatap Bintang dengan seksama.

"Lo mau kemana?!" Tanya Owel ke Bintang, yang masih tersulut emosi gara-gara Oka.

Bintang menoleh sejenak sama Owel, terus tatapan nya beralih ke Oka. Lalu mendengus.

"Pusing pala gue." Kata Bintang, lalu melengos.

Bintang lalu keluar kamar, yang buru-buru diikutin sama Owel dan Oka yang mulai keliatan kompak lagi. Kayaknya, masalah perdebatan tadi udahan, deh. Gara-gara mereka kesindir tadi sama omongan Bintang.

"Bin! Bintang!" Panggil Oka, yang menyusul cowok itu sampai ke depan pintu utama.

Bintang menghentikan langkah nya, lalu menoleh pada Oka dan Owel.

"Apaan." Yang sepertinya bukan sebuah pertanyaan.

"Lo mau kemana?! Terus kita berdua di tinggalin gitu di apartemen lo? Gue gak mau ah berduaan sama jin emprit kayak Oka!" Kata Owel, histeris yang dibuat-buat biar ikut kemana Bintang pergi dan terbebas dari manusia disamping nya.

"Eh bacot lo tai kuda!" Timpal Oka, yang keliatan nya mulai emosi.

"Serah lo berdua." Kata Bintang akhirnya, yang langsung berjalan keluar apartemen nya.

"Heh! Bintang! Terus gimana ini pemilihan cewek yang bakalan jadi calon pacar lo?!" Kata Owel, yang teriak biar Bintang denger.

"Bintang!" Panggil Oka, melihat Bintang mulai menjauh.

"Alaenzo Sabintang!" Panggil Owel, lagi.

Bintang menghembuskan napas nya dengan panjang, enggan menengok karena malas. kedua kaki nya terus berjalan melewati lorong hingga akhir nya teredam suara sahabat nya yang terus-terus memanggil namanya.

Tapi, sampai kapanpun juga, Bintang percaya, kalau jodoh gak kemana. Iya, kan? Jodoh udah diatur di tangan Tuhan, bukan?

Bintang percaya itu, sekali lagi dalam hati nya.

•••

A.N
Vote dan komen jangan lupa, ya! Cerita kedua gue yang insyaallah lebih seru, dan lebih danta dr yg sblm nya(?)
Hehe, untuk terus, gue butuh bantuan dan support dari kalian dengan cara diatas❣️

ObsessedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang