"Kau boleh membela kehormatanmu sendiri." James tersenyum tenang. "Beberapa gentleman di sini bisa menutup mulut dan sisanya bisa menjadi saksi."
"Dasar gila! Kau bedebah gila!" Arundel mengumpat.
James tersenyum kasual, terlihat santai dan menawan, sebelum akhirnya bertanya sekali lagi, "Jadi, apakah kau bersedia berduel denganku, Lord Arundel yang terhormat?"
Arundel menggigit bibir, berusaha membuat bibirnya berhenti gemetar. Ia menjawab dengan suara diseret-seret sambil memandang James. "Apa hubunganmu dengan calon istriku?" Pria muda yang berpikiran pendek, keluh Arundel dalam hati. Masih muda, hijau, berdarah panas.
"Dia wanita yang kukagumi..."
Arundel meludah. "Kau pikir aku akan semudah itu mempercayai alasan dangkalmu, Lord Darlington? Hanya karena sekadar kagum, kau menantangku berduel?"
James mengacungkan pistolnya lagi. Arundel menahan nafas. "Ingat peringatanku sebelumnya? Satu kalimat sialan lagi dan kuledakkan pistol ini..."
Arundel mengangkat tangan. "Baiklah!" Ia bangkit dan mendorong bahu James, berusaha menampilkan sisa-sisa wibawa yang masih dimilikinya. "Aku akan menerima tantanganmu, Darlington! Tetapi asal kau tahu saja, ini bukan duel pertamaku. Aku pernah berduel sebelumnya dan aku memenangkannya."
Semua penonton diam menahan nafas. Lord Adonis dulu pernah berduel dengan Arundel. Pria itu memang memenangkannya. Tidak sedikit yang mengingat bagaimana Lord Adonis hanya membidik lengan Arundel sementara pria itu membidikkan pistolnya kea rah jantung Lord Adonis. Pria itu bergerak cepat dengan menghindarinya, namun kerusakan yang terjadi sungguh parah. Hingga sekarang, Lord Adonis dikenal sebagai pria bertangan satu.
Semua masih menahan nafas saat Arundel menyelesaikan kalimatnya dengan berapi-api. Sampai tiba-tiba terdengar dengusan tawa dari James. Arundel merasakan amarahnya memuncak naik ketika James dengan santainya tertawa terbahak-bahak di depannya, terlihat benar-benar meremehkan dirinya.
"Aku percaya, duel itu kau menangkan sebelum tanganmu gemetar seperti sekarang, My Lord?"
Perhatian semua orang beralih ke tangan Arundel yang memang gemetar. Pria itu mengepalkan tangannya marah, sementara James melenggang pergi dengan santainya sambil berujar, "Besok pagi jam sepuluh, My Lord. Di depan rumahmu juga boleh. Aku sangat menantikan duel kita."
-OOO-
"Emily!"
Emily melangkah menuruni tangga dengan tergesa-gesa. Ia mendapati Arundel memasang wajah berang ketika Emily akhirnya tiba di hadapannya.
"My Lord..." Emily menekuk lutut memberikan salam. "Ada apa...?"
PLAKK!!
Sebuah tamparan mendarat di pipi Emily. Gadis itu terkejut bukan main. Tamparan itu membuatnya pusing dan terhuyung ke samping.
"My Lady!" jerit Susannah kaget. Ia langsung menghampiri Emily. Adrian bertindak lebih sigap dengan menghilang dari tempatnya berdiri untuk memanggil Duke of Holbrook.
Emily memandang bingung kepada Earl of Arundel. Ia tidak paham dengan apapun yang terjadi. Pria itu dengan ringan tangannya menampar dirinya. Padahal Emily sendiri tidak paham dengan duduk masalahnya.
"Apa yang kau sembunyikan dariku, hah, gadis kecil? Kau bermain api di belakangku? Kau akan menjadi istriku, dalam waktu berapa lama? Apa kau perlu kuingatkan? Kau akan menjadi milikku dan menyandang namaku dalam waktu kurang dari dua bulan. Bagaimana mungkin kau masih sempat menggoda seorang Earl lain ketika kau sudah bertunangan denganku. Tidak ingatkah kau akan hutang ayahmu? Akan keadaan bobrok rumahmu ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Daughter of The Duke [END]
Historical FictionHighest Record: #18 (24 July 2017) Emily Waterborne, putri bungsu Duke of Holbrook, bangkrut dan miskin, terpaksa menerima pinangan Earl of Arundel yang usianya nyaris sama tuanya dengan Ayahnya. Emily yang sedih memutuskan untuk melakukan satu ak...