Chapter 1

57 3 0
                                    


Di penghujung musim semi saat itu, kami berpesta semalam suntuk di rumah kami. Ani, sebut saja ini markas kami. Tapi bukan berarti kita ini gangster yang cinta kekerasan, kami hanyalah sekumpulan anak muda yang masih diselimuti semangat kebebasan. Bebas sebebas-bebasnya, berekspresi sesuka hati kita.

Bisa dibilang kami ini mirip berandal yang suka bikin onar seperti halnya mengacau jalan, corat-coret tembok bahkan NamJoon berkali-kali tertangkap petugas, namun nyatanya ia selalu saja lolos dari mereka. Entahlah, kurasa anak itu sudah terbiasa dengan hal semacam itu.

Baiklah akan aku tegaskan peranku dalam cerita ini. Aku ini hanya seorang pengamat. Merekam setiap moment bersama mereka. Tapi sayangnya aku adalah pengamat yang buruk, tak tahu situasi atau memang tak mengerti situasi. Karena yang aku inginkan hanyalah selalu bersama mereka. Namjoon, TaeHyung, YoonGi, Jimin, HoSeok atau aku sering memanggilnya J-Hope dan jangan lupakan maknae di gerombolan kami, JungKook atau kerap kami memanggilnya Kookie lantaran ia yang merekomendasikan nama itu sendiri.

Kutahu pasti status kami ini berbeda. Katakanlah aku di kalangan atas dan mereka di kalangan bawah. Namun itu tak menutup kemungkinan berlangsungnya persahabatan kami.
Karena hanya mereka lah yang dapat mengajariku arti  kebahagiaan. Mereka adalah sahabat sekaligus alasanku untuk bertahan hidup. Tanpa mereka aku hanyalah seorang anak yang bergantung pada orang tua, menyendiri di rumah dan tak akan mengenal arti sahabat.

Kurasa aku terlalu lama mengoceh tentang mereka. Baiklah akan kuceritakan bagaimana situasi sekarang.

Di sini ramai dipenuhi gelak tawa mereka. Kerlap kerlip lampu menghiasi pesta kami malam ini.
Semuanya larut dalam lantunan musik yang dimainkan YoonGi ala-ala DJ yang biasa memutar lagu di bar. Dan aku malah sibuk dengan kertas remi yang kususun menyerupai menara. Perlahan kususun kartu itu dengan penuh konsentrasi. Sampai kartu yang kususun mengerucut menyisakan satu  tempat kosong yang nantinya akan berdiri kukuh kartu terakhir. Perlahan tapi pasti kutaruh kartu itu di ujung menara dengan hati-hati. Dan yap! Kartu itu berdiri tegap di ujung sana. Lega, batinku. Namun disampar begitu saja oleh tangan jahil TaeHyung.

Ah sial! Apalah daya aku tak bisa memarahinya. Bukan karena takut, hanya saja aku tak mau melihatnya mengeluarkan aegyo andalannya yang tentu saja membuatku ingin menelannya hidup-hidup.

"Hyung!" panggil J-Hope di seberang tempat dudukku dan TaeHyung. Ia mendekat. Kurasa ada yang tak beres dengan anak ini.

Aku hanya mengernyitkan kening, mengisyaratkan "ada apa kau memannggil" dan yang benar saja. Sebuah bantal mendarat di kepala TaeHyung. Alhasil isian bantal yang berisi bulu lembut angsa berhamburan memenuhi ruangan ini.

Hingga malam semakin larut dan kami mulai terlelap dalam posisi yang menurut kami nyaman untuk melepas penat.

Tidur mereka begitu tenang, wajah mereka nampak damai seperti tak ada beban. Kurasa mereka tak tahu bahwa badai topan siap siaga mengguncang hati mereka di hari esok ataupun lusa.


***

"Hyung. Kau sedang apa?" Tanya JungKook pada YoonGi yang sedang sibuk mencari tus nada.
YoonGi menoleh, menatap adik termudanya yang tengah tersenyum memamerkan gigi kelincinya di ambang pintu.
"Kemarilah, aku sedang menggarap sebuah lagu."

"Jinja?" ucapnya girang. Tanpa perlu bertanya terlalu panjang JungKook langsung menghampiri YoonGi dan duduk di sebelah namja berkulit putih pucat itu.

"Hyung, coba mainkan! Aku ingin mendengarnya."

YoonGi menuruti permintaannya.

Tangannya menari di atas tuts-tuts piano tua kesayangannya. Tangannya begitu lihai memainkan nada yang sudah ia susun sebelumnya.

Ini bukan kali pertamanya Jungkook menemani YoonGi menulis lagu. Bisa dibilang hampir setiap saat ia menulis lagu selalu ada JungKook. Percaya atau tidak YoonGi selalu saja bisa merampungkan lagunya dengan cepat bila bersama JungKook. Walaupun Jungkook hanya diam saja melihatnya memainkan tuts piano. JungKook bak penyemangat YoonGi, namja angkuh yang dikenal dingin namun juga seperti seorang ayah di rombongan kami. Jika ia terluka maka penyemangatnya lah yang senantiasa mengulurkan tangan untuknya. Namun jika Jungkook yang terluka ia tak bisa melakukan apa - apa.

Tbc
***

▶Editor : Jijin (@rotijahe)

Youth (FF BTS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang