1. Talk

989 101 34
                                    

"13 Maret 2020." ucap lelaki itu tiba-tiba.

Buku di tangannya masih terbuka dan lembarannya beberapa kali tertiup angin.

"Maaf ?" Gadis itu mengernyit heran, menoleh ke arah lelaki itu lalu ke arah lain, tapi tak menemukan siapapun yang cukup dekat untuk mendengar ucapan si pemuda.

Lelaki itu tersenyum samar, masih fokus melihat susunan kata yang tertera pada buku dalam gengamannya.

Merasa bodoh, gadis itu mendengus kesal. Lalu meraih tasnya, berniat meninggalkan bangkunya.
Tapi niatnya segera digagalkan karena lelaki itu tiba-tiba menyahut, "Kau menikah."

Gadis itu mengernyit, menatap aneh lelaki berkacamata itu.

"Maksudmu?" Rasa jengkel terdengar jelas dalam cara bicara si gadis. Mau tak mau lelaki itu terhibur.

"Aku punya bakat mengetahui peristiwa masa depan." jelas pemuda itu lalu menyeruput kopinya sejenak.

Bingung ingin berkata apa, gadis itu pun diam. Di sisi lain dia juga takut pada lelaki ini.

Dia orang asing.

Itulah pemikirannya.

Lelaki itu tiba-tiba terkekeh pelan, membuat sang gadis mengernyit heran untuk kesekian kalinya.

"Bisakah anda bicara lebih jelas?" ketus gadis blonde itu, sedikit tersinggung karena merasa dibodohi.

Lelaki itu masih menatap gelas kopinya yang sudah tandas. Sudut bibirnya kembali tertarik perlahan.

"13 Maret 2020 adalah hari pernikahanmu."

Gadis itu diam. Berusaha mencerna ucapan aneh si pemuda.

"Dan ada satu hal lagi." Kali ini sarat terhibur dalam suara itu sama sekali tak bisa tertutupi.

Lelaki itu berbalik menghadap gadis tersebut, menaruh lengan berototnya di sandaran bangku kayu itu, seolah-olah merangkul si gadis.

"Apa itu?" tanya gadis itu takut-takut.
Entah kenapa tatapan lelaki itu seakan menembus setiap lapisan kulitnya dan membakarnya perlahan.
Membuatnya bergetar sekaligus mendamba dengan cara yang tak bisa dijelaskan.

Lelaki itu menyeringai samar, menatapnya dengan mata biru gelapnya yang menusuk lalu menjawab, "Itu juga hari kematianmu."

Si gadis tergagap dengan tubuh gemetar. Menghembuskan napasnya hanya untuk sekadar melanjutkan, " Kenapa kau bisa seyakin itu?"

"Karena aku yang akan membunuhmu."

*****


Tbc.

Grim Reaper's PredictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang