Daun-daun berwarna hijau kekuningan berhamburan menerpa jalan. Angin membelai lembut surai gelap Clyde, membuat lelaki itu tersenyum lebar.
"Hentikan senyuman dan tingkah bodohmu, Clyde."
Nada dingin serta monoton dalam suara itu diabaikan oleh Clyde. Dia kembali menendang daun-daun kering itu, membuatnya lebih berserakan daripada sebelumnya.
"Cly-"
Kaki berhiaskan sepatu berlumpur itu menyerakkan daun-daun di tanah untuk kesekian kalinya.
Kesal, Arden menarik kerah belakang kemeja Clyde lalu menyeretnya layaknya anak anjing.
"Arden! Sialan kau!" Wajah Clyde memerah, tangannya mencoba menyingkirkan jemari Arden yang masih bertengger di kemejanya.
Terbatuk-batuk, Clyde berkata, "Ck, Arden! Kau bisa membunuhku!"
Teriakan Clyde sama sekali tak digubris oleh Arden. Orang- orang yang berlalu lalang di sepanjang jalan menatap kedua lelaki itu dengan ekspresi berbeda-beda.
"Ugh, Rez-"
Kata yang sudah disusun Clyde sedemikian rupa terpotong karena Arden melepaskan kemejanya begitu saja.
Clyde mengerjapkan matanya beberapa kali seraya meringis sekaligus mengutuk.
"Kenapa kau lepaskan, idiot?"
Clyde menatap wajah Arden yang terbalik, masih tak berniat bangkit dari trotoar.
"Kau yang minta." balas Arden. Manik hitamnya mengamati Clyde lalu bibirnya membentuk senyum kecil, "Sebaiknya kau bangkit. Ini trotoar."
"Terima kasih sudah mengingatkanku." sinis Clyde.
"No problem."
Clyde menggerutu pelan seraya bangkit dari trotoar lalu mendengus saat mendapat berbagai tatapan dari orang-orang.
"Ingatkan aku untuk membunuhmu."
Ucapan Clyde hanya dibalas kekehan oleh Arden.
Angin kembali berhembus, membuat beberapa tumpukan daun kembali berlalu.
Wajah kesal Clyde cerah seketika, sepatunya kembali terangkat untuk menyentuh tumpukan daun di hadapannya."Tendang lagi, akan kuseret kau sampai rumah." ancam Arden.
Clyde merengut tapi menurut. Wajahnya memerah layaknya anak kecil yang dilarang oleh orang tuanya. Clyde menghentakkan kakinya sepanjang perjalanan. Arden hanya bisa menghela napas lelah melihat tingkah kekanak-kanakan temannya itu.
Tak lama kemudian, mereka sampai. Clyde menghembuskan napas keras karena rasa kesal. Arden mengeluarkan kunci lalu membuka pintu.
"Jangan panggil namaku saat di luar." ucap Arden saat Clyde menaruh sepatunya di rak dengan kasar.
Tak ada jawaban yang keluar dari bibir Clyde.
'Dia masih kesal.' batin Arden.
"Ini." Arden menyodorkan sekotak coklat dengan tampang datar.
Wajah muram Clyde berganti menjadi senyum sumringah.
Dirampasnya coklat itu lalu membuka bungkusnya dengan brutal.Arden memijat kepalanya pelan, pusing dengan tingkah lelaki bersurai coklat gelap itu. Ia melompat ke sofa terdekat lalu menghidupkan televisi.
"Apa kau akan menunda pembunuhan jika diberi makanan?"
"Mungkin." balas Clyde dengan senyum kekanak-kanakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grim Reaper's Prediction
Mystery / ThrillerApa yang kau lakukan jika seseorang mengungkapkan tanggal kematianmu? Apa kau akan tertawa mengejek? Atau berpura-pura tidak tahu? Atau mungkin menerimanya begitu saja? Lantas, jika kau memilih pilihan terakhir, apakah itu tandanya kau siap untu...