=1=

490 49 184
                                    

Mulmed : Hillorenzo Maufi ✖

=VARIABLE=

"Mil! Lo lagi ngapain lagi sih? Anjir! Lama bener!,"

"Iya, iya tunggu bentar!" Gadis itu mengikat rambutnya menjadi satu lalu mengecup punggung tangan ibunya cepat.

"MAH, MILLO SAMA HILLO BERANGKAT. ASSALAMU'ALAIKUM!" teriak gadis itu sambil lari sprint. Setelah Millo naik, Hillo menancap gas dan langsung melesatkan motornya ke Sekolah.

Millo dan Hillo. Bisa dibilang mereka adalah sepasang manusia dengan jenis kelamin yang berbeda, yang selalu bersama kecuali ke kamar dan ke toilet, mereka tidak pernah pergi ketempat itu bersama. Terlalu berbahaya.

Tidak ada yang spesial diantara mereka. Mereka sama seperti sahabat pada umumnya. Bertemu, bertengkar, berbaikan, bertengkar lagi, berbaikan lagi dan bertengkar lagi. Begitulah terus sampai bendera kuning berkibar didepan salah satu rumah mereka.

Diperjalanan, tidak ada percakapan diantara mereka. Mereka sibuk meneguk ludahnya masing-masing.

Milo, gadis itu meneguk ludahnya berkali-kali. Kebiasaannya ketika sedang gugup atau takut. Ia takut, karena ini adalah pertama kalinya naik motor lagi. Setelah kejadian yang membuatnya trauma.

Berbeda dengan Millo, Hillo justru sedang membayangkan bagaimana cantik dan seksinya para senior perempuan disana nanti.

"Ya allah. Semoga hamba dijauhkan dari dosa dan virus bintitan. Selama-lamanya. Amiinn." doanya setiap sebelum dan sesudah menonton sesuatu. Wajar saja jika ia menyukai hal seperti itu. Toh, dia normal dan sudah cukup umur. Daripada pisang makan pisang kan gak enak. Iya gak?

"LO! AWAS ADA KUDA!!!."

"KUDA? MANA KUDA?!" Hillo celingukan panik. Matanya melotot kaget saat melihat pantat montok kuda dihadapannya.

CKKIITTT...

Mereka sedikit terhuyung kedepan akibat rem dadakan Hillo.

"Alhamdulilah selamat." Hillo mengusap wajahnya. Bersyukur karena telah terhindar dari serangan ciuman dadakan pantat kuda. "Mil, turun! Kita udah nyampe."

Hillo membuka helmnya dan sedikit merapikan rambutnya dengan jemari. Ia sempat mengedipkan sebelah matanya genit pada gerombolan siswi yang masih ada diluar membuat mereka menjerit. Ia hendak turun, tapi melihat Millo yang masih belum turun dari motor membuatnya mengernyit heran.

"Mil? Mil? Lo gak mau turun?" Hillo mengguncang-guncang tubuh Millo yang masih memeluk erat tasnya dengan punggungnya. Tak ada jawaban.

"Mil! Mil! Are you okay? Pliss jawab gue!."

Sudah hampir lima menit dan Millo masih belum berubah dari posisinya. "Mil! Plis, lo buat gue khawatir tau gak! Jawab gue!."

Hillo semakin panik, saat Millo semakin erat memeluk tasnya dan suara isakan kecil terdengar. Astaga. Apa Millo nangis?

Dengan perasaan campur aduk, Hillo membuka tasnya perlahan, membiarkan Millo memeluk bagian badan tasnya dan turun dari motor.

"Mil. Lo nangis?" Hillo menangkup kedua pipi Milo. Menjauhkan Millo dari tas nya yang banjir air mata. Untung tasnya kulit, kalau bukan, tasnya pasti sudah basah kuyup karena airmata Milo.

"Lo kenapa? Sakit?" tanya Hillo penuh perhatian. Meskipun sering bertengkar, tapi Hillo sangat menyayangi sahabatnya itu.

Dengan masih sesegukan, Millo menjawab, "gue.. hik.. gue takut Hil.. gue--," Hillo memeluk Millo. Membiarkan Milo menangis didadanya.

Variable [ Slow Update ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang