Dua

26 2 0
                                    

Andrew POV

   " Sial..." Rutuk ku dalam hati
Hari ini beribu kesialan seperti sedang mengejarku. Setelah party semalaman aku baru merasakan dampaknya pagi ini. Begitu terbangun kepala ku terasa pusing dan mual, mungkin ini pengaruh alkohol yang aku minum tadi malam. Pesta keberhasilan ku menduduki jabatan tertinggi di perusahaan serta sukses mendapatkan kerjasama dengan klien yang buat sebagian perusahaan sangat sulit untuk bekerjasama dengan mereka tapi bisa kulakukan dengan mudahnya. Membuat ku merayakan keberhasilan ku dengan sahabat-sahabat ku. Musik,  wanita serta minuman beralkohol menjadi teman setia setiap party yang kami adakan. Wanita dari kalangan model sampai artis ibu kota tidak pernah menolak pesona kami dan tentu saja uang yang kami miliki. Aku dan sahabat-sahabat ku merupakan CEO perusahaan-perusahan besar sehingga banyak wanita-wanita yang siap antri di sekitaran kami.

   Beberapa kali hp ku berdering dan tak aku hirau kan karena aku tau pasti itu dari asisten pribadi ku yang selalu menyiapkan dan mengatur seluruh jadwal pekerjaan ku. Aku kembali tidur untuk menghilangkan rasa pusing ku. Kali ini aku tidak bisa mengabaikan telepon yang terus berdering.

   " ada apa pagi-pagi menelepon ku " memarahinya
   
   " Morning Sir,  tapi pagi ini kita harus terbang ke bali untuk rapat dengan Mr. James untuk membahas lebih lanjut tentang kontrak kerjasama kita dengan perusahan mereka " terang hendri panjang lebar di telepon.

   "shit... Jam berapa rapat kita di bali hari ini " tanya ku langsung bangkit dari tempat tidur dan bergegas ke kamar mandi.

   "sekitar jam 5 sore sir di hotel pandawa, dan penerbangan anda sekitar pukul 12.30" terangnya

  Aku langsung melihat jam yang ada di layar handphone ku shit... Mana mungkin aku sampai di bandara dalam waktu 30 menit rutuk ku dalam hati.

   " Hendri kamu berangkat duluan dan atur semua file yang saya butuhkan untuk rapat nanti dan jangan lupa pesan kan saya penerbangan yang tercepat apa pun itu " perintah ku.

   Aku langsung membersihkan diri seadanya dan memasukkan beberapa pakaian untuk aku kenakan disana, sebenarnya aku bisa saja membeli pakaian di sana namun kali ini aku tidak punya waktu untuk sekedar membeli pakaian di sana. Aku langsung bergegas pergi tanpa memperdulikan kamar ku yang berantakan seperti terkena bencana tornado. 

   Hampir saja aku ketinggalan pesawat lagi kali ini,  setelah berlari menuju gate yang hampir tertutup finally i get my flight. Aku melihat seorang wanita yang duduk tepat di sebelahku, ia begitu serius dengan majalah yang ia baca tanpa memperhatikan kehadiran ku. Setelah beberapa saat aku duduk di sebelahnya ia kemudian menatapku sekilas dan memberikan senyuman yang tanpa aku sadari membuat aku jatuh hati padanya.

   Aku tidak pernah menyangka akan jatuh cinta pada pandangan pertama dengan seorang wanita yang sama sekali belum pernah aku temui.  Dia tidak memiliki body seperti seorang model yang sering menemani ku badannya sedikit gemuk tapi bagi ku ia seorang yang pas untuk ku peluk, rambutnya yang hitam membuat kecantikannya bertambah dan yang paling aku suka darinya ia lah mata dan bibirnya. 

  Kali ini pusing ku kembali lagi dan membuat ku sangat gelisah.  Mungkin ia menyadari ke gelisahan ku dan menatap ku sebentar lalu mengalihkan kembali pandangannya ke luar jendela. Kali ini aku benar-benar di titik terlemah ku, pusing yang melanda ku membuat aku berkeringat seolah ac yang berada di pesawat tidak terasa bagi ku.

   " are you alright,  sir " tanyanya yang melihat keadaan ku kali ini
 
  Aku hanya mengangguk tanpa mampu mengeluarkan kata-kata. Dia masih tidak percaya dengan melihat keadaan ku yang kacau. Mual ini tak dapat ku tahan lagi aku langsung berjalan menuju ke dalam toilet yang ada di pesawat dan langsung memuntahkan isi perutku. Setelah selesai aku membuka pintu dan terkejut wanita itu telah berdiri di depan pintu dengan wajah khawatir.

  " are u fine,  sir " tanyanya lagi kali ini,  aku hanya mengangguk kembali tanpa ada tenaga setelah menguras semua isi perutku. Dia melihat ku yang sudah lemas dan menuntun ku kembali ke tempat duduk ku, kali ini dia menempatkan ku di kursinya. Dia kembali berjalan ke arah belakang dan aku sudah terlalu lemah untuk mencari tau apa yang dia lakukan. 

   Wanita itu kembali dengan membawa teh hangat dan meletakkannya di meja sebelahnya yang kosong, lalu ia mengeluarkan roti dan minyak telon yang memiliki wangi yang khas dari dalam ranselnya.

  " you should drink this tea and take this bread to make u fell better, sir " ujarnya dalam bahasa inggris yang baik, mungkin dia mengira aku tidak bisa berbahasa indonesia.
   
     " terimakasih " jawab ku singkat

     " are you can speak indonesia " tanyanya lagi kali ini

   Aku kembali mengiyakan dan kembali meminum teh hangat yang ia berikan. Aku bukan seorang penikmat teh tapi kali ini aku rasa ini adalah teh ternikmat yang pernah aku minum.



RANIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang