One: Am i?

35 1 0
                                    

TAP TAP TAP~

Bunyi ketukan sepatu pada lantai terdengar menggema. Ditambah suara hujan yang turun dengan deras serta diiringi gemuruh yang membuat seakan itu menjadi sebuah melodi yang indah.

Sosok pria yang usianya hampir setengah abad itu berjalan sambil memegang tongkat kayunya.
Ia tersenyum kecil melihat anak laki-laki yang tengah menatap kearah luar jendela.

Ia menghampirinya, dan mengelus kepala. Lalu ia membungkukkan sedikit badannya dan membisikan sesuatu "Putraku yang malang".

°°°

Disebuah kamar tidur, sesosok anak perempuan tengah antusias mendengar dongeng sebelum tidur yang dibacakan oleh sang ibu.

Lalu ayah dari anak perempuan itu masuk dan menghampiri mereka.
"Kate, ayo cepat tidur. Besok adalah hari besar" kata sang ayah sambil mengelus kepala anak perempuannya. Dan mendapat anggukan kecil dari sang anak.
Tak lama, anak perempuan itu menutup matanya.

Keesokan harinya, disebuah gedung teater di tengah kota tengah penuh oleh orang orang.
Disana tengah digelar sebuah pertunjukkan menari balet.

Dibelakang panggung seorang wanita tengah membenahi pakaian beberapa anak yang tak lain adalah anak muridnya. Dengan sedikit kerepotan akhirnya semua telah siap.
"Anak anak, tunjukkan yang terbaik! Ayah dan ibu kalian tengah duduk untuk menonton disana" katanya memberi semangat.

Kate mengintip dari belakang panggung, ia melihat banyak sekali orang yang sudah duduk manis di kursi penonton. Termasuk kedua orang tuanya.

"Ayo semuanya berkumpul, dalam hitungan ketiga semuanya masuk ke panggung ya" kata instruktur itu lagi. Setelah ia memberi aba-aba hitungan ketiga, semua anak-anak itu masuk kedalam panggung.

Terdengar tepukan meriah dari para orang tua yang hadir disana. Mereka memasang senyuman yang lebar melihat anak mereka tampil diatas panggung.

Musik pun terdengar, anak-anak itu mulai menari dengan kostum mereka yang nampak manis.
Namun, sesosok pria paruh baya menampakkan seringaiannya. Lalu ia menoleh ke anak laki-laki yang duduk disampingnya. "Ini yang pertama" bisik pria itu.

Anak-anak itu masuk ke panggung, semuanya terlihat berjalan lancara sebagaimana mestinya.
Sampai...

Pintu gedung teater itu terbuka dan menunjukkan beberapa pria yang membawa senapan ditangannya.
Seluruh orang di dalam gedung berteriak ketakutan, mereka mulai menghampiri anak-anak mereka.

Hingga,
"It's showtime!" Seru salah seorang pria yang memegang senapan.
Selanjutnya, terdengar suara tembakan yang memekakan telinga. Suara tembakan, jeritan orang-orang, tangisan ketakutan mereka terdengar.

Kata hanya memandang kejadian itu sambil menutup kedua telinganya. Air matanya mulai jatuh perlahan, seluruh tubuhnya bergetar. Sampai membuat kakinya lemas tak sanggup untuk menopang tubuhnya lagi.

Kedua orang tua Kate berlari naik keatas panggung dan mendekati Kate.
Ketika mereka sudah sampai di depan Kate sebuah peluru menancap tepat di dada orang tua Kate.
Membuat mereka tersungkur.

Kate kecil terpaku melihatnya, ia menatap kedua orang tuanya tanpa berkedip.
Ayah Kate terlihat tak mampu bergerak lagi, matanya telah tertutup rapat yang tak Kate tahu apa artinya.
Ibunya kemudian merangkak mendekati Kate, ia mengelus kepala anaknya sambil tersenyum rapuh.
Tak lama, ibunya ikut tersungkur di lantai sama seperti ayahnya.

Detik berikutnya Kate mencoba mendekati orang tuanya. Ia memegang pundak ibunya, lalu melirik kearah ayahnya.
Kate menangis dengan keras menyadari apa yang telah terjadi.
"Hiks hiks" isakkan kecilnya terdengar menggema di ruangan itu.

Lalu ia melihat seorang anak laki-laki yang tengah berdiri diambang pintu gedung itu.
Anak laki-laki itu menoleh kearahnya dengan ekspresi datarnya, lalu ia berjalan keluar gedung itu.

Kate menutup kedua telinganya rapat lalu berteriak dengan keras.
Sampai sirine polisi terdengar dari luar gedung.

Hari pemakaman tiba, Kate menyaksikan kedua orang tuanya dimakamkan ditemani oleh awan yang terlihat mendung.
Kate tinggal bersama neneknya, hanya berdua mengingat tidak ada lagi keluarga yang ia miliki.
Ia masih terguncang dan belum bisa melupakan kejadian itu.

***

Beberapa saat sebelum kejadian

"Membunuh satu orang diantara banyak orang itu sangat merepotkan" kata pria yang memegang senjata.

"Kalau begitu bunuh saja semuanya" balas seorang anak laki-laki dengan wajah dinginnya.

.
.
.
.

ALIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang