Henry dan ayahnya baru saja memasuki mobil berbadan ramping yang berwarna putih.Mereka baru saja selesai berbelanja di Dammam Excecutive Mall yang terletak di utara kota Dammam.Udara yang begitu dingin membuat Henry tak sanggup bertahan di luar ruangan.Henry berusia sebelas tahun dan selisih dua puluh sembilan tahun dengan ayahnya juga ibunya.Mereka orang Amerika,tepatnya di Salt Lake City.
"Kita ke hotel yang tadi,pak"ucap George Johnson,ayah Henry.
'Baik,pak"jawabnya
Mobil yang cukup mahal pun keluar dari basement mall besar itu.Lampu jalanan menerangi malam yang gelap,tak lupa juga bulan dan begitu banyak bintang di langit yang mulai berawan.Suasana kota besar itu sunyi menenangkan.
"Henry,besok kita pulang ke Salt Lake,kau sudah siapkan barang-barangmu?"tanya George kepada Henry yang tak tahu kabarnya dengan kepala bersandar di kaca mobil.
"Henry?"
"Uh.....Ada apa ayah?"
"Sudahlah lupakan saja,tidurlah kembali"
Ternyata Henry hampir terlelap karena kakinya yang letih berjalan kesana-kemari.Jaket tebal yang melindunginya dari udara dingin pun tak sanggup untuk itu.Entah apa yang membuat udara begitu dingin malam itu.
Apartemen tempat kediaman David,kakek Henry tak terasa sudah sangat dekat.Tinggal beberapa detik lagi mereka sampai di deban lobby apartemen.Hanya dipisah dengan sebuah lampu merah berdurasi lima puluh detik.
"Semoga sempat, Semoga sempat,Semoga sempat"seru George tegang.
Tetapi apa daya,secepat apapun mobil itu melaju tetap saja lampu merah mendahuluinya menyala di dekat perempatan itu.
"Oh,tidak!Selalu saja kena lampu merah di perempatan ini"kesalnya.
"Sudahlah ayah,tinggal menunggu lima puluh detik saja "singgung Henry.
"Kau tak tahu,nak.Betapa kesalnya aku dengan negeri ini.Untungnya besok kita pulang.Sudahlah,tidur kembali"
"Tetapi aku baru saja kenal dengan seorang Arab bernama Ayman".
"Lupakan saja budak kegelapan itu,kau bisa bertemu dengannya lain kali".
"Baiklah.....Bagaimana kabar ibu di Salt Lake?".
"Ibu bukan di Salt Lake,ibu sedang menghadiri konferensi di Berlin".
"Waw,pasti seru.Mari kita telepon ayah!"
"Baiklah,nak".
Dialog antara ayah dan anak pun berhenti.Suasana kembali sunyi senyap,luar maupun dalam.Ayah dan anak itu menunggu tersambungnya telepon ke Rayne,ibu Henry di Jerman,detik demi detik sudah mereka lewatkan,tetapi sambungan masih belum sampai ke ponsel wanita yang mereka rindukan.Tak terasa sebuah mobil datang dari belakang,tetapi mobil ini tidak memperhatikan lampu merah,dia terus saja tanpa ada perlambatan.
"Mobil itu melanggar aturan,Bagaimana ayah?"
"Tersambung saja tidak,bagaimana bisa diangkat? ".
"Huuhh.Sudahlah lebih baik kita istirahat saja".
BRRRMMM.....TIN..TIN...
Sebuah mobil datang pula dari belakang,tetapi cepat sekali ia melaju hingga terlihat beberapa orang ikut lari dibelakangnya.
"Ada apa itu ayah?"tanya Henry yang menyadari suatu hal di belakangnya.
"Entahlah,nak"jawabnya singkat.
DUK...DUK.....DUK....................
Bumi bergetar berguncang,dengan dahsyat menimbulkan riuh penuh kekang,semangat padam tak tersisa kecuali ketenangan nan mematikan,memacu arah menuju liang lahat tanpa ditemani seseorang.Itulah gempa bumi.
Henry keluar dari mobilnya dengan wajah panik,begitu pun ayahnya.Orang-orang dari belakang sana masih berlarian menuju ke arahnya.Awalnya hanya terlihat satu mobil yang ikut lari,tetapi terus bertambah bersama kerumunan orang di belakang.Bergetar bersama sebuah pelarian besar menghindari kematian dari belakang.
"Gempa bumi!Ayah!!"
"Tetap di luar ruangan!Jangan masuk gedung!"
Terlihat di apartemen kediaman David,orang-orang keluar satu demi satu,berkumpul pula di dekat lampu merah itu.
"Lari!Lari!Tsunami datang!"teriak seorang Arab di dalam kerumunan.
"Apa?Tsunami?"tanya George kaget.
"Ya!Lari dan menghindarlah!"serunya kencang.
Lari pun menjadi satu-satunya pilihan mereka,tak terpikir seberapa jauh mereka akan berlari.Hanya keselamatanlah yang diutamakan atau tinggal menunggu saatnya.
"Dimana kakek?"tanya Henry yang juga berlari.
"Lari saja Henry!Lari!"
Suasana malam yang sunyi pun hilang ditelan riuhnya warga,jalanan penuh dengan sebuah pelarian besar dari maut,dua kejadian sekaligus masih berlanjut saja.Tsunami dan gempa bumi.
BUUMM.......
Sebuah gedung hotel runtuh memeluk tanah,orang-orang semakin panik,semakin ngeri.Tanah makin terangkat disertai gelombang besar yang terus menguak di salah satu tanah di Jazirah Arab.Debu-debu tanah pun ikut keluar dari bekas hotel tadi.
"Merunduk Henry!"seru George kepada Henry untuk menghindar dari kepulan debu di tanah Dammam.
Mereka pun merunduk ke tanah,menghindar dari debu hotel tadi tanpa ingat bahwa di belakang mereka lebih daripada itu semua.Gelombang tsunami cepat sekali menyapu jalanan,gedung-gedung pun bergoyang mengikuti gempa bumi.Kota Dammam sudah terkoyak sebagian,semuanya tinggal mengharap,hidup ataupun mati diserahkan kepada Tuhan.
Contact me:
E-mail: znzauri100@gmail.com
YOU ARE READING
ARMAGEDDON
General FictionFase demi fase telah kulalui Zaman tiap zaman kusinggahi Waktu-waktu tak pernah berhenti Menunggu yauma akhir yang dinanti Oleh para penghuni kubur yang dijanjikan surga abadi Siapa yang tak bosan hidup di dunia Di dalamnya kesenangan dan bahagia ti...