Semua kembali berjalan dengan baik. Terhitung seminggu berlalu pada hari dimana ke datangan sosok wanita yang secara perlahan menarik Sehun pada masa lalunya. Cukup membuat Luhan cemas bukan main, tapi setelah itu semua kembali normal.
Tidak tau juga apa ini bisa dibilang normal? Mungkin keadaan bisa membenarkan tapi, tidak yang Luhan rasakan. Sejak seminggu terjadi ini jauh lebih buruk? Mengapa bisa? Karena hanya satu yang menjadi penyebabnya.
Walau tidak tau pasti juga dan Luhan tetap merasakan.Ia menemui Sehun di kamar pria itu seperti biasa, dan anehnya pria itu berwajah kejut dan kembali dingin begitu kentara. Bahkan bertanya yang selama ini tidak pernah sekali pun pria itu langsung melayangkan pertanyaan tersebut padanya. Bukan ingin berprasangka buruk tapi ini benar di luar dugaan.
"Mengapa kau tidak mengetuk pintu terlebih dahulu?"
"Yah?"
Luhan mematung di depan pintu yang tadi ia tutup kembali. Memasang wajah bengong tak mengerti, pada saat Sehun memandangnya begitu tajam. Tapi tajam yang berbeda.
"Oh, m-maaf...aku berpikir sudah biasa melakukannya jadi-..."
"Sekarang masih dalam waktu kerja dan ada apa kau datang kemari?"
Ada yang berbeda pada pria Oh itu, dari segala pertanyaan dan juga nada bicaranya. Luhan tak mengerti kenapa sekarang Sehun harus bersikap kembali seperti mereka belum saling dekat. Apa sesuatu telah terjadi? Pada pria itu? Luhan sampai masih mematung dalam diam, baru bergerak melangkah untuk mendekat.
"Untuk menemuimu tentu saja, aku merindukanmu Sehun..." dan Luhan mencoba mengenyahkan hal negatif mengenai berubahan sikap Sehun saat ini.
Pria itu berpaling muka arah lain, seperti menolak tatapan rindu milik Luhan padanya. Tampak menyibukan diri dengan beberapa hal, seperti meraih ponsel dan tengah berkutat hanya pada layar si benda padat. Mengabaikan lebih tepat keberadaan Luhan dalam suasana hening.
Yang lebih kecil pun tak banyak berbuat. Memperhatikan sambil menguatkan hati untuk tetap berpikiran baik. Walau ini memang terasa mengganjal dimana baru kali ini Sehun benar tampak mengacuhkan keberadaannya. Biasa terjadi jika berada dalam hawa yang sama mereka tidak akan pernah berdiam diri. Awal dari saling memandang penuh nafsu dan berakhir saling menyebut nama dalam kuasa gairah dan kenikmatan.
Lalu sekarang?
Bagaimana bisa Luhan rasa ini bagaikan di asingkan? Bukan seperti mereka sesungguhnya. Tidak, tepatnya pada sosok Sehun. Pria itu ada apa?Luhan memutuskan untuk lebih dulu mengalihkan atensi si pria, semakin mendekat pada sofa tunggal yang ditempati pria lainnya. Ia ambil posisi di sofa lain lebih panjang. Berdehem sekilas sebagai awalan pengalihan, tapi Sehun tak berubah.
"Sehun, ayo malam ini kita makan bersama lagi?" Ia berikan sebuah ajakan kecil.
"Kita sudah cukup lama tidak bersama bukan?" Lanjutnya tetap tak dibalas apa pun.
Entah Sehun mendengarkan atau pria itu terlalu sibuk pada ponsel. Luhan mengambil langkah dengan beranikan diri menyentuh lengah berkemeja hitam milik pria itu lembut.
"Sehun..."
"Aku sibuk Luhan, bisa tidak mengganggu?"
Balasan yang jauh lebih tak terduga, nadanya pun terdengar sangat berbeda seperti meminta kepada seorang pelayannya. Jika Luhan sadar ia memang hanya seorang pelayan bekerja pada pria ini. Tapi selama ini Sehun tidak pernah meminta dalam nada yang sebenarnya atas status Luhan. Sekarang jauh lebih nyata untuk Luhan, berniat untuk menyentak sebenarnya.
"Ah, kau sibuk?"
"Yah, begitu juga malam ini. Aku rasa kau cukup pintar untuk mengetahui alasannya, aku memang menolak atas pekerjaanku!" Alasan lebih pantas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fifty Shades Of OH [ HUNHAN VERS/COMPLETED! ]
Fiksi PenggemarHubungan dua orang yang selalu dibumbui oleh gairah dan hasrat yang mendalam. Sehingga sulit untuk dipisahkan, berjauhan walau dalam waktu sedetik pun. Luhan yang menjadi tahanan dari pria yang ia cintai, selalu jatuh dan pasrah didalam lingkaran ke...