Teman Perdana

23 7 0
                                    

By: namlion

"Eh, lo tau gak, kalo kerja kelompok, si Nara cuma nonton njir, kesel gue."

"Taulah, gue sering sekelompok sama dia! Pas ditanya jawab serah mulu! Pas ditanya kenapa gak dateng, gak dibolehin sama bonyok. Niat sekolah gak sih!"

"Tapi, seenggaknya dia gak pernah protes kan, guys?"

"Kok lo belain dia sih?"

"Siapa juga yang ngebelain anak kaya dia! Kalo diajak ngangguk doang, terus diem. Ah gak asik."

"Hahahaha."

Ya, aku sudah biasa mendengar rumpian mereka. Aku memang begitu. Tidak pandai bergaul, nggak asik, garing, dan banyak lagi kekurangan yang kumiliki.

Manusia memang diciptakan dengan kelebihan dan kekurangan. Tapi, aku bahkan merasa kelebihanku adalah kekurangan yang tidak dimiliki anak lain.

Dari kecil, aku tak punya teman. Selalu susah walau hanya sekedar mengucapkan, 'Hai, nama gue Nara. Salam kenal.'

Saat kelas tujuh, aku sudah mencobanya. Menyapa. Tapi, entah apa yang terjadi, suaraku terdengar samar di telinga mereka. Padahal, menurutku sudah nyaring.

Iya, mulut sendiri lebih dekat dengan kuping, memang. Ya, itulah alasannya.

Aku juga minder. Tak pede dengan diri ini. Lama kelamaanpun, aku merasa nyaman dengan kesendirian ini.

Ke kantin, sendiri dan duduk di luar kantin, seperti taman, misalnya. Jam kosong? Ya, itu menyenangkan karena tudak perlu berpikir. Itu menurut mereka. Aku tidak. Aku lebih menikmati berpikir hingga pusing daripada jamnya kosong.

Atau terkadang, saat istirahat aku pergi ke perpustakaan untuk membaca novel dan komik terbaru.

Itu dulu. Saat aku masih bocah dengan pikirannya. Kini aku sudah kelas 9. Aku sadar, sosial itu penting. Menyendiri tidak baik. Aku HARUS BERUBAH!

Setelah kutelusuri mbah para manusia, google, ternyata menjadi orang supel tidak sesulit yang kubayangkan. Mungkin, jika dicoba akan lebih susah. Tapi, apa salahnya mencoba?

Akupun bergabung dengan suatu komunitas. Komunitas positif tentunya.

Kata si mbah, "Bergabunglah dengan suatu organisasi agar dapat berinteraksi dengan manusia lain dan coba keluar dari zona nyaman aman, seperti komik lo itu."

Tepat sekali, mbah!

•••

"Hei! Lo telat!" Teriak remaja berumur 18 tahun, tatapannya tajam nan mengerikan.

"Sorry bang, macet," ucap anak yang telat tadi. Wajahnya biasa saja, tidak menunjukkan ketakutan sedikitpun. Padahal, ia sudah telat 2 jam. "Maapin yak!" Lalu ia duduk santai di kursi yang masih kosong.

"Heh Naufan! Yang telat 5 menit aja dihukum, elo? 2 jam coy! D. U. A. JAM! Masa enaena langsung duduk! Berdiri!" Seorang perempuan berteriak dengan suara melengking.

Ah, kasian telingaku.

"Langsung tarik!" Remaja berumur 18 tahun itu langsung bergerak maju menuju Naufan, anak yang telat tadi.

Para senior komunitas PMS, atau Pecinta Micin Squad langsung ramai-ramai menyeret Naufan dengan tidak manusiawi.

Pasalnya, Naufan bukan ditarik atau didorong agar maju, tapi di lempar dari tiap orang. Apakah aku salah komunitas?

Salah satu cara yang mbah bilang, "Lo harus berbaik hati pada setiap orang, gak lihat bulu! Apalagi dia sedang kesusahan! Tolong aja!"

Mungkin ini kesempatan bagus, "BERHENTI!" Aku teriak dan semua pandangan kini mengarah padaku.

Oke, aku tidak boleh seperti dulu, aku harus berubah. "S... setiap orang pasti punya kesalahan! Jadi, kita harus memberikan kesempatan untuk berubah!" Ah, sial. Walau akhirnya lancar, tetap saja di awal aku tergagap. Memalukan!

Tak apa, aku sudah berusaha bersuara nyaring dan meyakinkan.

"Ah! Kau Nara ya? Guys, ini member baru kita bulan ini. Nara, ayo perkenalkan dirimu!" Lelaki senior 18 tahun yang meneriaki Naufan telat tadi, Arga, kini merubah ekspresi ganasnya menjadi Hello Kitty. Astaga, dia lumayan tampan jika begini.

"Nama gue Naura Lathif, panggil aja Nara." kataku memperkenalkan diri. Lancar? Tentu saja, aku sudah berlatih hingga 998 kali. Harusnya aku berlatih dua kali lagi agar genap seribu.

"Hai Nara! Gua Naufan, salken yak. Makasih sudah nolongin gua." Naufan tersenyum sangat manis hingga aku lupa rasa gula.

Tentu aku menjawab, "Sama-sama." dan tidak lupa dengan senyum perdanaku yang tulus, tidak terlihat kaku dan dipaksakan. Aku senang!

"Nar, id line gua ufan, add ya! Awas kalo nggak!" Dia mengancam, tapi dengan senyum. Maunya apa?

Dan sejak itulah, Aku dan Naufan berteman. Naufan adalah teman, sahabat kalau boleh, perdanaku. Lagi-lagi perdanaku diambil olehnya.

•••

Sudah setahun kami berteman, kini aku dan Naufan satu sekolah di SMA Bangsa Cerdik. Ternyata, setelah kenal lebih dalam, Naufan anak yang membingungkan. Bagaimana tidak? Ia sholat 5 waktu tepat pada waktunya, tapi dia juga menonton film... ah kau pasti tahu lelaki.

Hari ini aku akan memberikan kejutan untuknya. Ada anime terbaru yang harus kutonton. Karena dia sahabatku, apa salahnya?

Tok tok tok...

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam, eh siapa lo?" Dia bukan Naufan, melainkan lelaki yang sebaya dengan Naufan, juga denganku.

Lalu dia masuk sambil berteriak, "PAN! LU ADA CEWE KOK GAK BAGI-BAGI SIH!"

Hmm, 'bagi-bagi' ya.

Lalu terdengar suara gaduh dari dalam. Setelahnya, Naufan keluar.

"Wah, tumben Nar, ada apa?" Saat aku hendak menjawab, "Tadi Rakha temen gue, maaf ya, sikapnya emang gitu, hehe."

"Oh, nggak masalah. Gue pengen nonton nih, lo bisa?"

"Ajak Rakha ya, dia ngamuknya melebihi gorilla pms." Naufan memohon atau mengatai temannya? Hahahaha.

Kami tidak hanya menonton, kita bak berkeliling kota hingga lupa waktu. Ini sungguh menyenangkan.

"Nar, lo tau gak?"

"Tau." Aku menyela ucapannya. Lucu ekspresinya.

"Ish! Belum selesai! Dulu gue sama Naufan temenan gegara nonton bokep loh!" Setelah Rakha mengucapkan kalimatnya, Naufan melotot kearah Rakha dengan tatapan 'lo ngapain bongkar aib!'

"Kenapa sih, katanya sahabat, kok masih nyimpen rahasia?" ucapan Rakha berhasil membuat diriku dan Naufan tersadar.

"Iya deh, tapi elo yang cerita Rakh! Ah malu gua." Akhirnya Naufan menyerah sambil menutup wajahnya.

"Nar, gue sama Rakha akrab gegara nonton bokep, awalnya gue nonton sendiri, eh dia dateng terus rusuh sendiri, yaudah gue liatin deh, hahhaahahah bilang aja kalo doyan pan, hahaha." Rakha menjelaskan dengan tawaan mengejek di akhir.

KUMPULAN ONESHOOT [EVENT I]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang