Detak Dalam Keheningan

27 7 0
                                    

By: populasi

Waktu terus bergulir silih berganti. Malam ke pagi begitu pun pagi ke malam. Waktu ini terus berubah sepanjang saat. Tapi, mengapa detak jantung ku tidak dapat berganti dengan cepat seperti waktu dikala aku melihatmu?

Bertahan dengan rasa sakit yang sama dan ditempat yang sama. Ini hanya menyakitkanku. Terus bertahan dalam kepedihan ini memang menyiksaku. Menyerahkan seluruh perasaan ini namun tanpa sadar aku yang bodoh disini. Sakit rasanya. Perih, tidak berdarah namun menusuk sampai ke relung jiwa.

Arkan. Remaja 17 tahun itu. Dengan seluruh kelembutan tutur katanya dan perlakuan lembutnya yang membuatku terlena perlahan lahan. Ada yang tak kusadari. Ternyata ia membunuh selama ini. Membunuh secara perlahan membuat luka yang amat dalam. Membuat luka yang kini diiringi dengan tangis pilu yang menyakitkan.

Sudah satu minggu aku mengurung diri. Niat u hanya untuk melupakan ia saat ini. Hidupku harus bangkit. Hidupku bukan soal dia saja, dan hidup dia memang bukan ditujukan untuk aku seorang. Hari ini aku memutuskan untuk keluar dari kamarku. Mungkin udara pagi dapat menormalkan pikiranku sejenak? Aku rasa begitu.

"Asyira! Akhirnya kamu keluar dari kamar juga! Aku seneng banget, Syir kamu bisa ngebuka pikiran kamu kayak gini, kakak tunggu di bawah ya. Di bawah ada mama juga. Cepet, Syir!"

"Ehm... iya kak. Nanti aku kebawah. Aku mandi dulu ya kak."

"Iya iya sana. Cepet ya, Syir !"

"Iya."

Aku pun memutuskan untuk mandi. Berendam air hangat rasanya tepat untuk saat ini. Niatku ingin jalan jalan pagi, eh malah disuruh mandi sama kakakku yang paling bawel itu. Ya tidak apa-apa lah, dia memang kakak terbaik yang mengerti aku.

Setelah puas berendam selama 20 menit, aku pun bergegas keluar dari kamar mandi. Sepertinya aku akan diceramahi kakakku karena mandi terlalu lama. Biarlah, hitung hitung ia menghiburku. Siapa tau saja aku bisa melupakan dia kan?

"ASTAGA ASYIRA ! KAMU LAMA BANGET TAU KAKAK UDAH TUNGGUIN DARI TADI ! POK--"

"Udah, Syir gausah didengerin kakakmu yang bawelnya luar biasa ini," ujar ibuku sambil tertawa kecil.

Kakakku pun mencebikkan mulutnya, "Mama kok omongan aku dipotong sih. Aku kan mau bikin dia seneng tau."

"Udah-udah. Kalian ini, pagi pagi tuh jangan berantem. Udah yuk makan," ujar Ayah ku

Aku pun memustuskan pergi ke sekolah hari ini. Andara harus ngeliat kalo aku udah sembuh. Pasti Andara bakal curhat komat-kamit kalo ketemu sama aku. Semoga hari ini hari yang membahagiakan untuk ku. Semoga.

"Assalamualaikum."

"Wah, Asyira kamu udah masuk! Kita khawatir banget, Syir sama kamu! Waktu kita jenguk, kamu juga gamau keluar dari kamar. Kamu sakit apa sih?" tanya teman teman ku secara bersamaan.

"Ah engga. Aku cuma pusing berat kemarin. Maaf ya."

"Duh gapapa, Syir yang penting kamu udah sembuh. Kita seneng banget lho, Syir."

"Um... iya. Makasih ya, ngomong-ngomong Andara ada dimana?"

"Andara? Tuh di belakang lagi mojok sama kakak kelas. Saking asyik nya ampe kamu dateng dia ga merhatiin."

"Oh iya tapi itu siap--"

"MASUK SYIR! PAK BAMBANG MAU MASU !"

"Ya ampun baru aku mau kepoin siapa itu. Eh kakak kelas nya malah kabur. Semoga dia dapet yang terbaik deh," batin ku.

Pelajaran Pak Bambang pun dimulai, dan semenjak pelajaran dimulai Andara hanya diam saja. Bahkan ia pindah duduk bersama Nasma. Ada apa dengan Andara? Apa aku punya salah ke padanya sampai sampai ia menjauhi aku? Duh aku benar benar tidak tahu apa apa. Selama 4 jam pelajaran matematika, dan selama itu pun Andara tidak berbicara kepadaku. Bahkan saat mata kami tidak sengaja bertemu, ia malah memalingkan wajahnya. Saat aku panggil, ia pun tak menjawab dan hanya memasang wajah juteknya. Andara benar-benar aneh saat ini.

"Baiklah anak anak, karena jam pelajaran sudah habis jadi sampai ini saja materi kita hari ini. Assalamualaikum," ujar Pak Bambang.

"Walaikumsalam, pak." jawab anak-anak.

"Syir istirahat yuk, bareng Nanda sama Alisa juga."

"Iya. Tapi itu Andara kok kaya begitu ya, Sa?"

"Dia mah emang gitu kali. Biasa, punya gebetan baru mah jadi lupa dunia."

"Oh begitu ya. Aku ikut kalian ya."

"Oke."

Aku, Sasa, Nanda,dan Alisa pun berjalan bersamaan ke kantin. Kami pun memilih bangku yang berada di pojokkan. Sambil menunggu Alisa dan Nanda selesai mengantri makanan. Aku dan Sasa pun memilih bercerita.

"Syir, liat deh. Itu si Andara sama kakak kelas yang aku bilang! Siapa yah namanya Ar ar ar... Arkan! Iya namanya Arkan!"

"Arkan? Mereka ada hubungan apa?" tanya ku dengan penasaran.

"Lah. Kamu gatau, Syir? Mereka baru jadian tanggal 7. Sehari sebelum kamu sakit."

"Arkan pacaran sama Andara tanggal 7? Tanggal yang sama pas aku putus sama Arkan dong?" batin ku.

"Ada apa, Syir?"

"Gapapa. Makan aja yuk."

"Hah? Um... iya iya."

Seperti biasa. Waktu bergulir dengan cepat. Tidak terasa ini waktunya pulang sekolah. Namun ada yang janggal saat ini. Untuk apa Arkan mengajakku bertemu di taman saat pulang sekolah? Ya ampun bagaimana ini Datang atau tidak? Sepertinya aku harus datang. Agar tak ada masalah hati diantara kita. Ah maksudku masalah hati di dalam diriku sendiri.

"Kak Arkan ada apa ngajak aku ketemu di sini?"

"Hm. Syir aku minta maaf ya. Aku mau kita balikan lagi."

"Lho ada apa kak? Bukannya kakak udah sama mantan sahabat ku si Andara?"

"Enggga, Syir engga. Kamu Asyira yang aku mau. Aku baru tau kalo Andara main belakang sama aku. Aku baru tau 2 jam yang lalu syir."

"Maaf kak aku gak bisa nerima kamu lagi."

"Kenapa, Syir? Kamu taukan rasa sakitnya dikhianatin orang yang kamu sayang? Syir, aku mohon kita mulai lagi dari awal Syir."

"Kan kakak sayangnya sama Andara. Minta dihibur sama Andara aja sana."

"Bukan gitu maksudku, Syir. Kamu tau rasanya dikhianatinkan, Syir? Aku butuh kamu disaat kaya gini, Syir. Aku mohon."

"Iya kakak bener. Aku tau banget rasanya dikhianatin. Aku tau banget. Saking taunya aku sampe lupa rasanya dibahagiain. Maaf kak aku bukan batu loncatan kakak untuk dapetin Andara. Aku juga bukan tempat kakak saat kakak rapuh. Hidupku bukan ditujuin buat kakak. Begitu pula sebaliknya."

"Maafin aku, Syir aku nyesel."

"Ga ada yang perlu disesali kak. Semua ini pelajaran buat aku dan juga buat kakak. Bunga ga selamanya mengandung madu, terkadang juga beracun. Jangan mudah percaya. Hargai perasaan tulus seseorang kak. Hargai orang sekitar kakak."

"Maaf ya, Syir. Setelah kamu pergi aku baru sadar kalo kamu berarti."

"Maaf ya kak, dan makasih udah ajarin aku perasaan tulus ini."

"Maaf ya, Syir kalo cinta aku selama ini udah nyakitin kamu."

"Kalo cinta itu tulus kak. Kalo menyakiti itu nafsu. Maaf ya kak."

"Makasih ya, Syir aku baru tau, kalo semua perasaan aku ke Andara itu cuma sesaat. Semoga kamu bahagia dan bisa lanjutin hidup kamu tanpa bayang bayang buruk ku waktu itu. Makasih dan maaf Asyira Andita Putri."

Jakarta,13 July 2017
Tertanda
xxthinkerbellxx

KUMPULAN ONESHOOT [EVENT I]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang