Tidak ayah, Aku mohon." Pinta Aisyah sambil menundukkan kepalanya.
"Harusnya kau bersyukur Aisyah ayah telah membesarkanmu. Dan tidak membuang mu saat itu. Kau masih beruntung karena ayah tidak menjualmu!" Suara pak Imron dengan tegas memenuhi ruangan. " Ayah..." Suara Aisyah yang lesu kian melemah mencoba memohon pada ayahnya.
"Menikahlah dengannya, ayah cukup bijak dengan ini. Kau di ikatkan dengan suatu ikatan yang sah. Dan hidup kita tidak akan sesulit ini. Ini waktunya kau berbalas Budi pada ayahmu aisyah" sambung pak imron dengan wajah merah padam.
"Brak!!!" Pak Imron membanting pintu dengan keras dan segera meninggalkan ruangan itu.
Ibu maysharah, serta aisyah yang tengah berada di ruangan itu terkejut bukan main dengan apa yang baru saja pak Imron lakukan.
Tapi, mereka memilih untuk tetap membisu dan tidak berkomentar lagi.
'apapun' itu.
Setelah memastikan pak Imron pergi, ibu may cepat-cepat menghampiri Aisyah.
"Kamu tidak apa-apa nak?" Tanya Bu may seraya mendekap Aisyah ke pelukannya.
"Ibu,..." Suara Aisyah yang berat dan lemah.
Bu may mengeratkan pelukannya,seolah mengerti ingin Aisyah.
"Aku mohon, aku masih ingin kuliah, aku masih ingin mengajar, aku masih ingin bersama ibu dan ayah.. aku ingin..-" Belum sempat melanjutkan kalimatnya, seketika tangisnya pecah. Ia tidak mampu lagi membendu air matanya. Aisyah menangis sejadi-jadinya.
Harapan menjadi sarjana muda,guru,meraih cita dan cintanya seakan terhempas begitu saja malam ini.
"Ibu mengerti Aisyah,ibu paham" suara Bu may kembali menenangkan Aisyah.
****
Aisyah adalah anak dari pasangan muhamad Imron dan Widia Ami asliyah. Sedangkan Siti maysharah adalah istri ke dua Imron sekaligus ibu tiri Aisyah.
.
.
.
Beberapa hari setelah kejadian itu, Aisyah lebih banyak berdiam diri. Meski pada awalnya ia memang bukanlah seorang wanita yang banyak bicara.
Namun, meski begitu aisyah tetaplah aisyah. ia tetap menjalani kesehariannya seperti biasa.
Aisyah tetap pergi mengajar,tetap kuliah dan kegiatan lainnya.
"Tunggu...." Suara lelaki itu menghentikan langkah Aisyah dari kejauhan.
Lelaki itu lari terburu-buru.
"Assalamualaikum, Aisyah" ucap lelaki itu sembari mendekat dengan nafas yang tersengal-sengal.
"Walaikumsalam. saya,pak Mahfudz, ada apa?" Jawab Aisyah ramah dibarengi senyum yang tak dapat dilihat siapapun dibalik cadarnya.
"M-m-mmm nganu Aisyah," jawabnya malu-malu
"Ya kenapa, pak?" Tanya Aisyah terheran-heran.
"Hasilnya Alhamdulillah,dan insyallah baik Aisyah" suara itu lolos dari mulut Mahfudz. Ia terlihat gugup. menggaruk kepalanya yang tidak gatal sembari membetulkan pecinya yang tidak miring.
Aisyah terdiam mendengar pernyataan yang baru saja di dengarnya.
Ia mengerti perkataan Mahfudz tadi.
Ia masih ingat betul beberapa bulan yang lalu, Mahfudz menyampaikan keinginannya untuk ta'aruf dengan nya.
"Insyallah ya pak,jika Allah mengizinkkan. Lebih baik kita sama-sama istikharah terlebih dulu, selanjutnya kita bisa bicarakan lagi lain waktu" ya itu kalimat di utarakan Aisyah pada Mahfudz saat itu, kalimat itulah yang berhasil menarik bibirnya dengan matanya yang teduh,memperlihatkan lesung pada pipinya yang indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
INGIN DAN DO'A
General FictionTerkadang Allah menciptakan air mata tidak selalu untuk menangis. Tidak untuk selalu menjadi pengurai kesedihan. Ingin selalu ku sampaikan pada Tuhan... Beriringan dengan do'a yang tak henti-henti ku panjatkan. Bahwa air mata yang selama ini di ja...