"dorrrr" suara seseorang membuyarkan lamunannya.
Aisyah yang termenung memikirkan sesuatu. terlonjak, kaget.
refleks ia buru-buru menghapus pipi nya yang basah.
Tidak tahu sejak kapan maira sudah di sini.
"Hayoh kakak lagi ngapain?" Tanya maira sambil cengar-cengir
Maira memang punya pribadi yang sedikit ke cowok-cowok an dan bisa di bilang tomboy. Karena memang sikapnya bertolak belaka dengan 'kakaknya' Aisyah
Dia tidak nakal,dia wanita baik-baik. Namun, sikap baiknya ia bungkus dalam cangkang yang kokoh. Perilaku seperti lelaki,karakter yang keras,sedikit jahil,slengean dan sedikit susah di atur.
"Kenapa sih kakak kaya nggak suka gituh liat Ira?" Tanya maira pada Aisyah sambil memajukan bibir nya yang ranum.
"Loh kok gituhsih sayang? Bukan begitu" jawab aisyah tersenyum menghibur.
Maira tak acuh dengan kata-katanya.
Sekarang,
Ia lebih tertarik pada isi kamar."Kenapasi kak is nggak kabur aja?" Ujar maira santai sambil melihat-lihat ke arah langit-langit yang penuh dengan lampu hias.
Aisyah hanya diam, dan tak berniat menjawabnya.
"Kapan kamu pulang Ra?" Tanya aisyah mengalihkan topik.
"Loh kakak lupa? Aku masih anak ayah loh kak. Cuma aku dibuang aja ke tempat itu.." jawab maira dengan wajah tak sukanya. Menekan kan kalimat tempat itu. Yang di maksudnya adalah pesantren nya.
"Kakak aneh banget si Ira pulang kaya ngga seneng gituh. Kakak aku mau nikah masa Iyah aku harus tetap sibuk dengan tugas negara ku" ujar maira panjang lebar, menumpahkan kekesalan nya.
Aisyah mengerutkan dahinya kemudian tersenyum simpul pada adik nya itu.
Syukurlah maira tidak lagi membahasnya"Ira nggak kabur elah, Ira izin kok. Ira bilang kakak Ira nikah dan keluarga Ira lagi sibuk dan nggak bisa jemput" beber maira panjang lebar tak henti-hentinya.
Jawab maira menebak-nebak ekspresi Aisyah.
"Aku ngga salah kan?" Tanya nya lagi memastikan. Aisyah tersenyum mengangguk-angguk mengiyakan pertanyaan bertubi-tubi dari maira.
Tok tok tok suara pintu diketuk oleh Bu may
Bu mau masih beridir di ambang pintu dengan pintu sedikit terbuka berharap dipersilahkan masuk oleh putri-putrinya.
"masuk Bu..." ujar aisyah sopan mempersilahkan Bu may.
Bu may melangkah pelan menghampiri mereka.Sedangkan maira hanya senyum dan kembali menyibukkan diri melihat-lihat sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu menarik bagi aisyah. "Ibu.. nanti kalo Ira nikah dekorasi nya pengen kaya gini juga ah" ujar maira merajuk.
"Iyah nak.." jawab Bu may singkat. Dengan seulas senyum yang utuh.
"Tapi, calon nya tidak seperti Kakak juga heheeh " ucapnya yang sedikit di samarkan sambil garuk-garuk kepala belakang nya. Aisyah yang ikut mendengarnya hanya diam dengan muka pias yang berusaha di sembunyikan.
Maira memang ceplas-ceplos kalau ngomong. Terkadang dia ngomong apa adanya dan tidak di buat-buat.
"Yasudah kita turun yuk, semuanya udah pada nunggu" kata Bu may, mengalihkan pembicaraan.
"Kamu sudah siap nak?" Tanya Bu may lagi..
"Insyallah sudah siap Bu" jawab aisyah lirih sembari senyum tipis dan sangat tipis.
"Aku gak di tanya?" Tanya maira mengarahkan bola matanya pada Bu may.
"Hihihi Iyah sayang, anak ibu ayo" bujuk Bu may dengan manja pada maira.
"Yaudah ibu duluan aja deh sama kakak ke bawah aku mau tiduran dulu di kasur pengantin kayanya enak nih" katanya sambil menepuk-nepuk telapak tangan nya ke bantal.
"Yasudah kita duluan ya" ujar Bu may..mencoba tak menghiraukan maira. lantas pergi dengan mengapit lengan Aisyah.
*****
Pralaaaaakkkk
Dorrrr ........ brakkkk
Dooooorrrr!!!!!!!! Tap tap tap
Suara senapan dan barang yang hancur saling bergantian mengangantikan suasana tenang . Suara hentakan yang jelas terdengar.
Seseorang yang mendengarnya lebih dulu pergi..
Penghulu menyadari kekacauan ini segera melepaskan tangan nya. tidak melanjutkan kalimat -kalimat nya lantas pergi tanpa pamit menyusul yang lainnya. Rifay terperanjat dari tempat asalnya mencoba menetralisasikan ego nya . Aisyah ketakutan dan mencari lindungan dari orang sekitarnya.
Hancur sudah acara sakral ini. Belum sampai pada acara inti semuanya berantakan. Para tamu yang menghadiri sudah berhamburan keluar meninggalkan tempat ini.
Suara pistol yang siap memecahkan gendang telinga siapapun yang mendengarnya. Pecahan kaca berserakan dimana-mana.
Aisyah tidak tahu apa yang terjadi saat ini.
Pak Imron sudah sedari tadi melesat memastikan maira baik-baik saja.
Na'as ia terlambat mencegah kebrutalan itu. Ia keluar mencari-cari pertolongan ia begitu panik melihat maira yang berlumuran dengan darah akibat pecahan-pecahan lampu di langit-langit yang di hancurkan oleh sekelompok orang yang tak dikenalinya.Mereka tidak mau berlama-lama membiarkan maira bercucuran darah. Segera di bawanya ke rumah sakit Cipta Suhada dan di tangani oleh para dokter di sana.
Meninggalkan tempat ini dan menyelamatkan diri.
Rifay masih saja bergerutu. Masih menebak-nebak siapa dalang dari semua ini.
Jas yang di kenakannya pun berantakan tak berupa. akibat peristiwa tadi. manusia yang saling berdempetan sampai tak menghiraukannya. Dan tak melihat yang di tabrak oleh mereka itu siapa.
Jelas rifay geram. Dia bersumpah akan mencari dalang semua ini."Seperti nya acara ini,terpaksa kami tunda dulu, maaf kami tidak tahu sama sekali akan hal ini" ujar pak Imron dengan suara bergetar, merasa bersalah.
"Terserah!" Jawab rifay singkat sambil meninggalkan ruang tunggu tanpa permisi. Dan di susul dua madunya dengan setia segera mengekor di belakangnya.
Rifay merasa marah,kecewa dan jengkel dengan peristiwa ini. Bagaimana tidak? Bayangannya dia akan meraih puncaknya. Mendapat gelar sebagai suami Siti Aisyah pujaannya. Menandatangani di atas kertas dan memberitahukan dunia bahwa wanita Sholehah yang baru saja berusia 21 ini adalah istrinya. Tapi cukup sudah sampai di sana khayalananya. Sudah teramat di ambang keteiadaan. Pernikahan harus di tunda dulu beberapa saat.
Dan akan memakan waktu cukup lama. sial!! Rutuk rifay.
KAMU SEDANG MEMBACA
INGIN DAN DO'A
General FictionTerkadang Allah menciptakan air mata tidak selalu untuk menangis. Tidak untuk selalu menjadi pengurai kesedihan. Ingin selalu ku sampaikan pada Tuhan... Beriringan dengan do'a yang tak henti-henti ku panjatkan. Bahwa air mata yang selama ini di ja...