Rendra memang berwajah rupawan; cenderung teduh. Tidak akan ada yang tahu jika dia adalah seorang pembunuh. Dia psikopat. Sifatnya tidak membuat yang lainnya curiga—dia orang yang ceria dan ramah.
Sebagai seorang mahasiswa dengan nilai tinggi, ramah dan ceria tentu saja membuat orang-orang tertipu. Di balik senyum itu dia menyimpan rahasia korban—korbannya.Dengan switer hitam dia berdiri di sebuah gang sempit. Ia memegang sebuah pisau berlumuran darah. Dia memandang dingin korbannya yang tergeletak tidak berdaya. Matanya melengkung. Ia tersenyum. Baginya, melihat korbannya tidak berdaya sangat menyenangkan, apalagi ketika korbannya memohon untuk tidak di bunuh.
Korbannya selalu seorang wanita, bukan berarti karena mereka lemah, tetapi karena mereka lebih mudah di tipu. Dengan wajah tampan dan ucapannya yang manis, tentu dia bisa memperdaya mereka dengan mudah.
Dia melangkah dengan tenang meninggalkan korbannya tanpa memikirkan bagaimana nasib sang korban. Perlu di ingatkan bahwa ini adalah korban ke-delapannya. Dia sangat berbakat dalam hal membunuh. Terbukti bahwa dia tidak pernah meninggalkan jejak di setiap korbannya.
Dia berjalan menelusuri trotoar. Udara malam yang dingin membuat perutnya kelaparan. Dia membeli beberapa potong roti, dan langsung melahap roti itu. Dia duduk di sebuah halte bus. Tanpa ia sadari di sampingnya seorang gadis memperhatikannya. Saat Rendra menoleh ke arah kanan di dapati gadis tersebut sedang melihatnya intens. Mata mereka bertemu. Dengan mulut yang di penuhi roti dan selai coklat yang berserakan di mulutnya. Rendra terdiam.
"Hai " ucap gadis itu.
Rendra hanya diam tidak menjawab.
"Kau terlihat sangat kelaparan. Mulutmu di penuhi selai coklat" ucap gadis itu dan terkekeh pelan.
"Apa kau kenal denganku?"
"Tentu saja. Kita satu kampus dan juga satu fakultas, hanya saja kita beda kelas. Kau juga orang yang tampan dan pintar bagaimana mungkin aku tidak kenal denganmu" ucap gadis itu sambil tertawa kecil kemudian mengulurkan tangannya "Fathia, namaku Fathia. Dan kau adalah Rendra Prahardi, aku tahu benar siapa dirimu" ucapnya.
"Maksudnya?"
Dia menatap rendra tanpa berkedip. "Aku tahu siapa dirimu. Monster. Woah...Kau adalah pembunuh yang hebat". Gadis itu menyeringai tatapannya seolah ingin menerkam. "Tidak pernah meninggalkan jejak disetiap korbanmu. Bagaimana bisa?"
Terkejut. Rendra sangat terkejut. Dia menatap gadis itu horor. "Darimana kau tau?! Kau- Siapa kau?"
"Your secret admire? Ah- bukan. Aku hanya mengetahui banyak hal tentang dirimu. Ah- aku juga seorang stalker. Aku suka mengintai. Kau juga. Kau juga suka mengintai korbanmu. Iya, 'kan?"
"Kau tidak takut denganku? "
"Takut dibunuh olehmu? Bunuh saja sekarang. Sebelum aku membongkar rahasiamu dan korban-korbanmu" ucap gadis itu santai.
Gadis gila. Bagaimana dia bisa tidak takut berhadapan dengan seorang pembunuh.
"Aku mengetahui rahasiamu bukan berarti kau takut denganku 'kan? Ah, bagaimana mungkin seorang pembunuh sepertimu takut dengan gadis biasa sepertiku. Hal yang mudah untuk memusnahkan ku bukan?" gadis itu menghela napas kemudian kembali berucap "Berlama-lama disini bersamamu sama saja aku memberikan nyawaku dengan cuma-cuma kepadamu" gadis itu mengakhiri ucapannya dengan melangkah menjauhi Rendra.
Rendra akui gadis itu cukup cantik, ceria dan memiliki kepribadian yang menyenangkan. Sayangnya dia terlalu berani berhadapan dengan seorang pembunuh.
"Cukup menarik" ucap rendra sambil memperhatikan gadis itu pergi. Sampai akhirnya gadis itu menghilang ditelan keramaian.To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycho-holic
Mystery / ThrillerApa kalian pernah mendengar istilah Psycho-sessive? Psycho-sessive adalah penyakit jiwa dimana pengidapnya sangat terobsesi dengan kehidupan seorang psikopat. Walaupun tidak memiliki hasrat membunuh, tetapi pengidap penyakit ini sangat menyukai ca...