Part sebelumnya..
"Bagaimana kabarmu dan istrimu? "
"Dia menghianatiku, ternyata dia hanya menginginkan hartaku saja. "
'Bukan hal itu yang ingin aku dengarkan darimu. Mengapa melepaskanmu begitu susah?
.
.
.
.
Untuk part ini aku saranin dengerin lagu beautiful ostnya goblin
.
.
.
.
.
.
.
.
.
6 tahun sebelumnya...Sora pov
Angin laut menyapa diriku, kurasakan hembusan angin yang menerpaku. Kini usiaku telah menginjak 21 tahun, dan di umur yang seperti ini mulai muncul pertanyaan yang sama dari tiap orang.
Kapan mau nikah? Aku lelah dengan semua pertanyaan itu, ingin ku seperti angin yang berhembus di pantai ini. Tentram dan bebas tanpa ada pertanyaan yang akan mengganggu. Ku nikmati keindahan alam ini, sambil kutunggu seseorang yang mengajakku kepantai ini. Kira-kira sudah satu jam aku menunggu tapi dia tak kunjung datang.
Kring... Kring.... Kring...“Sora, kamu dimana?”
“Masih dipantai ma, ada apa?”
“Apakah dia belum datang? Jangan-jangan, kamu hanya dipermainkan saja!”
“Entahlah ma, aku akan menunggu sebentar lagi setelah ini aku akan pulang.”
“Ya sudah, segerahlah pulang jika dia tak kunjung datang!”
“Baiklah ma...”
“Kayaknya aku harus pulang deh.”Ku balikkan tubuhku untuk meninggalkan pantai ini.
“Tunggu!”
Ku balikkan tubuhku sambil mencari asal suara yang memanggilku. Oh, dia sudah datang. Ku berjalan meninggalkannya, memang dia kira aku cewe gampangan yang disuruh nunggu selama ini?
“Hei! Maaf aku terlambat.”
Dia berlari menghampiri diriku lalu berjongkok didepanku.
“Maukah kamu menikah denganku?”
Apa? Barusan dia ngomong apa? Apa barusan dia melamarku? Sungguh tidak romantis! Setidaknya romantis kayak drama korea gitu, lah ini tiba-tiba ngelamar.
“Kamu tadi bicara apa?”
“Maukah kamu menjadi pendamping hidupku dan menjadi ibu bagi anak-anak kita nanti?”
“Kalo mau ngelamar yang romantis dikit dong... Kayak di drama gitu!”
“Maaf... Aku bukanlah orang yang romantis seperti di drama-drama.... Jadi, apakah kamu mau menerima lamaranku?”
“Tentu saja aku mau, asalkan kamu bersama denganku sampai akhir waktu. Kamu juga jangan menduakan aku!”
“Aku berjanji akan menepatinya.”Dengan perjanjian itulah ku ulurkan tanganku untuk dipasangkan cincin. Cincin ini sangatlah indah, seindah hatiku saat ini. Dia memelukku dengan erat, menyalurkan rasa lega dan gembiranya padaku.
Aku bersyukur, akhirnya dia mengungkapkan apa yang selama ini aku tunggu-tunggu. Terima kasih Tuhan, kau telah membawanya dalam kehidupanku.
Sesampainya dirumah, dia meminta izin untuk berbicara dengan kedua orang tuaku. Aku tak tau dia ingin membicarakan apa kepada orang tuaku, lebih baik aku mandi dan berganti baju untuk makan malam. Setelah selesai mandi dan berganti baju, segera kuturun menuju ruang makan. Ku lihat dia tersenyum padaku, ku balas senyumannya.
“Sora, satu bulan lagi kamu akan menikah!”
“Satu bulan lagi? Apakah itu tidak terlali cepat?”
“Lebih cepat lebih baikkan... Mama ingin segera menimang cucu!”
“Apakah itu tidak masalah Sora?”
“Baiklah aku setuju.”
“Biar aku yang mengurus semuanya.”Aku kagum kepadanya.... Dia sangat bertanggung jawab, mungkin aku akan bahagia bersama dengannya dan anak-anak kami kelak. Aku tak percaya mimpiku menjadi nyata, aku sangat bahagia dengan takdirku ini.
Satu bulan kemudian...
Ditempat ini, dia akan mengucapkan janji pernikahannya di depan ayahku. Ditempat ini, aku akan berpisah dengan kedua orang tuaku. Ditempat ini, ku mulai kehidupan baruku bersama dengannya yang akan menjadi suamiku. Semoga kebahagian ini tidak hanya sementara.
Ku memasuki ruangan yang sangat indah. Dimana diruangan itu, dihadapan ayahku ia menoleh kepadaku. Senyumannya yang sangat ku sukai terlukis jelas di wajahnya. Aku berjalan menghampirinya dengan perlahan-lahan, agar gaunku tidak rusak.
“Kau sangat cantik hari ini chagi....”
“Mwo? Aku jadi malu...”
“Tak usah malu, kamu sudah jadi milikku sekarang.”
“ Iya aku tau nan yeobo....”Hari ini, kami merayakan kebahagiaan kami bersama-sama dengan sanak keluarga dan teman-teman. Inginku hentikan waktu agar kebahagiaan ini tetap sama.
Empat bulan kemudian......
“Hoek.... Hoek....”
“Kamu kenapa sayang? Wajahmu pucat, apa perlu kita kedokter?”
“Biar aku sendiri saja yang kedokter, kamukan harus pergi ke Jepang untuk mengurus perusahaanmu yang ada disana.”
“Apakah benar kamu akan baik-baik saja?”
“Iya sayang, aku akan baik-baik saja..”Dengan rasa tidak tega, dia meninggalkan ku sendiri di apartment kami. Aku harus menghubungi temanku yang dokter itu, apa mungkin firasatku benar?
“Iya Sora, ada apa?”
“Bisakah kamu datang ke apartmentku?”
“Tentu, aku akan segera kesana!”Ya Tuhan, apakah benar perkiraanku ini? Sekitar 30 menit ku menunggu, dan kudengan suara bel apartmentku berbunyi.
“Apakah kamu baik-baik saja Sora?”
“Emm, aku baik-baik saja, hanya merasa sedikit pusing saja...”
“Baiklah aku akan memeriksamu dikamar.”Kami berjalan menuju kamarku dan suamiku. Kurebahkan diriku diatas tempat tidur sambil berusaha untuk menyamankan diri.
“Sora, apakah kau telat?”
“Emmm ya sekitar dua bulan.”
“Coba kau tes dulu.”Tanpa berfikir panjang, kuturuti apa yang diperintahkan oleh temanku ini. Setelah selesai kuberikan alat itu padanya.
“Sora, selamat! Kamu akan menjadi seorang ibu!”
“Benarkah?”
“Sekali lagi selamat ya..”Aku begitu bahagia atas berita yang baru saja kudengarkan. Ingin segera ku beritau Haru, tapi aku takut kalau dia sedang sibuk. Kucoba menghubunginya, namun tak kunjung di angkat juga. Apakah dia sangat sibuk sampai tidak mengangkat telpon ku?
Tak beberapa lama, dia mengirimi chat kepadaku,”Maaf aku sedang sibuk, mungkin hingga pulang ke Korea kamu bisa menghubungiku lagi.”
“Tak apa, jangan terlalu lelah ya....” Balasku.
Ternyata dia sedang sibuk, kuharap dia baik-baik saja. Jika terlalu sibuk, dia sering lupa untuk makan. Membuatku khawatir saja....
Mungkin disinilah awal kecurigaanku bermula. Perasaan khawatir yang ku buang jauh-jauh agar tidak merusak keluargaku...
Namun perasaan itulah yang menyakiti hatiku...
TBC
.
.
.
.
.Maaf ya kalo kurang jelas, stay baca terus ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Life is Perfect
RomanceSora pov Kebahagiaanku lenyap hanya karena kesalah fahaman. Kesalah fahaman yang mengakibatkan hubungan ini berakhir. Luka yang telah dia berikan dihatiku dan kehidupanku, membuatku tak ingin bermengenalnya lagi. Haru pov Maafkan aku atas kelakuank...