Part 3

2 0 0
                                    

Part sebelumnya

Mungkin disinilah awal kecurigaanku bermula. Perasaan khawatir yang ku buang jauh-jauh agar tidak merusak keluargaku...

Namun perasaan itulah yang menyakiti hatiku...
.
.
.
.
.
.
Untuk part ini disaranin sambil dengerin lagu exo for life
.
.
.
.
.
.
.
.

Seminggu berlalu

Akhir-akhir ini aku sering mendapat kiriman foto yang tidak-tidak. Sepertinya orang yang mengirimiku foto tersebut ingin menyampaikan kelakuan suamiku selama di Jepang.

Aku tak pernah menghiraukan foto-foto yang dia kirimkan kepadaku. Meskipun seperti itu, aku tetap merasakan rasa nyeri pada hatiku. Apakah dia sungguh seperti itu?

Sudahlah, tidak perlu aku fikirkan, yang jelas malam ini dia akan pulang.
Ini sudah larut malam, tapi dia tak kunjung pulang, sebenarnya kemana dia? Kudengar suara bell apartmentku berbunyi, segera kuberlari menuju pintu dan membukakannya.

“Har... Kamu  siapa?”
“Aku pacarnya, minggir aku mau masuk! Hey kamu, kamarnya Haru dimana?”
“Kamu siapa? Biar aku yang membawanya.” Kataku sambil berusaha mengambil Haru darinya. Sampai sebuah tangan menghalangiku untuk mengambil Haru.

“Heh pembantu sialan, jangan berani-beraninya kamu memegang pacarku!” Beraninya dia mengatakan jika aku seorang pembantu!

“Pembantu? Aku ini istrinya!” Jawabku dengan suara yang lumayan keras, mungkin saat ini Haru lumayan terusik karena suaraku tadi.

“Oh istrinya, benar-benar tidak berkualitas. Pantas saja dia mau berpaling kepadaku.”
“Apa hei kamu! Pergi kamu dari sini! Jangan sentuh suamiku!”
“Baiklah aku aan pergi, titip salam ya kepad sayangku.” Apa-apa dia itu?

Siapa dia? Apakah dia yang selama ini bersama dengan suamiku? Apa tadi dia bilang? Membosankan? Dasar penjilat! Segera aku bopong Haru, menuju kamar kami. Aku tidak menyangka bahwa dia tidak menepati janjinya. Dasar hanya suka berjanji!

“Aw..” Kurasakan nyeri di perutku.

Sepertinya aku tidak boleh memikirkan hal yang terlalu berat jika ingin anak-anakku baik-baik saja. Huh, malam ini aku harus istirahat terlebih dahulu. Aku lelah dengan semua yang terjadi malam ini. Aku akan beristirahat, mungkin besok aku sudah lebih baikan.

Sinar matahari menyapa diriku, sudah jam berapa kira-kira? Oh sudah jam 7, sebaikkanya aku harus memasakkan sarapan untuk kami.

Kulihat dia masih tertidur pulas dan mungkin dia bermimpi indah. Aku jadi teringat apa yang terjadi tadi malam, seperti mimpi buruk bagiku. Hari ini aku memasak sup agar dia bisa sedikit pulih dari mimpi indahnya.

Kudengar derap langkah kaki yang mulai mendekat dan memeluk diriku.
“Kamu masak apa hari ini sayang?”
“Aku masak makanan kesukaanmu.”
“Hmmm..”

Rasa mual ini sangat menggangguku, ku langsung berlari menuju kamar mandi. Sekeras  apapun aku berusaha untuk memuntahkannya namun tak berhasil, yang keluar hanya air liur saja.

“Sayang kamu kenapa?” Perhatianmu itu yang selalu aku rindukan...

“Aku baik-baik saja. Tolong ambil kertas yang ada disana dan bacalah.” Tanpa penolakan ia segera mengambil kertas yang kumaksut. Saat membacanya, bisa kulihat wajah terkejut bercambur bahagianya.

“Apa ini? Kamu hamil? Benarkah kamu hamil?” Tanyanya sambil memeluk diriku.

“Iya sayang, ini anak kita. Auh, mereka menendang.”
“Mereka? Bayi kita kembar?”
“Iya sayang”

Aku lega, kebahagiaan ini kembali padaku. Ingin kebahagiaan ini akan tetap ada hingga kami memiliki cucu atau hingga kami telah tiada. Aku hanya bisa berharap, karen tidak akan ada yang tau jalan takdir akan seperti apa.

7 bulan kemudian

“Sayang, aku sudah perisapkan semua perlengkapan untuk kelahiran anak kita” Katanya dari dalam kamar anak-anak kami.

“Makasih sayang...”
“Aduh, sayang kayaknya aku mau melahirkan.”
“Tunggu aku siapkan mobil dulu.”

Skip hospital

Di depan sebuah ruang bersalin, terdapat seseorang yang sedang berjalan kesana kemari sambil mencemaskan sesuatu.

“Oeek.... Oeek....” Seorang dokter keluar dari ruang bersalin sambil menggendong dua bayi.

“Selamat pak, anak anda kembar dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Mereka lahir dengan keaadaan sehat, dan ibunya akan dipindahkan ke ruang rawat agar bisa dijenguk.”
“Terima kasih dok”

Sebuah tempat tidur di dorong keluar dari ruang bersalin, tampak sorang perempuan yang nampak kelelahan.

“Sora, kamu baik-baik saja?”
“Iya sayang, aku baik-baik saja..”
“Anak kita sangat luar biasa, terima kasih sayang sudah berjuang.”
“Permisi pak, pasien harus segera dipindahkan”
“Oh silahkan sus.”

Kokobop room

“Sayang liat deh anak kita lucu-lucu.."
“....”
Aku melihatnya sibuk dengan hpnya, mungkin dia ada pekerjaan mendesak.

“Sayang? Kamu lagi sibuk?”
“Oh maaf sayang, aku harus ke kantor, ada yang harus aku urus dulu.” Ucapnya sambil mengelus rambutku.

“Ya sudah hati-hati ya, jangan lupa makan.”
“Iya sayang... dadah...”

Ku liat punggung lebarnya mulai meninggalkan diriku, aku senang akhirnya dia tidak berhubungan dengan perempuan itu lagi. Tapi mengapa hati ini berkata lain?

Aku masih mengkhawatirkan jika dia akan bertemu dengan wanita itu lagi. Semoga saja kekhawatiran ku ini hanya hal yang tak perlu di khawatirkan, aku tidak boleh seperti ini lagi.
TBC
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Ini cerita makin tidak jelas...

My Life is PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang