"Ini bukan urusan kamu bangsat!"
Rasa takut dan amarah Sagita bercampur menjadi satu.
Naga memberi seringai.
"Apa kau datang untuk membalas dendam? Atau memerasku?" Katanya penuh intimidasi.
Sagita lelah, dia lelah harus selalu kalah dari sorot mengancamnya.
Sagita terkekeh. Benar-benar ingin menunjukkan bahwa dia selamat sampai sekarang. Dan dia bukan Sagita yang dulu.
"Tuhan tak ingin aku mati. Mungkin Dia ingin dosa-dosa mu tetep masih kau ingat." Katanya menantang.
Naga langsung mencekik leher Sagita tanpa belas kasihan. "Aku mampu melenyapkanmu sekarang juga." Katanya penuh penekanan.
Kuku Sagita yang panjang meremas tangan kekar Naga. Pria dihadapanjya masih belum berubah. Masih arogan dan penuh intimidasi. Wajahnya makin tegas namun ketampanannya bagai sebuah kamuflase dihadapannya. Pria brengsek dihadapannya tak lebih dari sampah.
"Ta, sorry ada yang lu-" Natasya begitu terkejut melihat pemandangan dihadapannya.
Dia bahkan menahan pekikanya.
Namun pria penuh intimidasinya hanya menatap datar lalu melepaskan cengkraman itu.
"Ini belum berakhir." Katanya dan pergi dengan wajah super datarnya.
Sagita langsung jatuh terduduk lemas. Tubunya gemetaran. Dan air mata itu tak lagi terbendung. Natasya segera berlari memeluk sahabatnya. Kulit Sagita sangat dingin. Keringat dinginnya mengucur dan matanya tak fokus.
"Sya dia kembali! Sya dia akan ngancurin kita semua! Dia Sya!" Ucapnya dengan tangan yang mencengkram kuat bahu Natasya.
"Ssttt... ta aku disini, kita pasti baik-baik saja." Ucapnya menenangkan.
"Nggak Sya dia akan menyakiti kita. Senja, ibu, kalian semua yang ada bersamaku pasti akan-"
"Ta! Cukup," Natasya menatap manik mata Sagita. Dan betapa hancurnya dia melihat segala duka itu dalam mata sahabatnya.
Natasya sungguh tak tega. Pria bejad itu menghancurkan sahabatnya begitu dalam. Natasya menatap penuh sayang pada sahabatnya.
"Dengar, selama kita bersama dan kamu yakin kita pasti baik-baik saja. Percayalah Ta, Tuhan pasti akan melindungi kita. Aku jamin itu Ta."
Sagita membisu dia langsung memeluk sahabatnya dan menangis tak bersuara. Natasya membalas pelukan sahabatnya erat dan menenangkan tubuh sahabatnya yang sangat gemetar. Ini pertama kalinya Natasya melihat bagaimana trauma itu menyiksa mental Sagita. Sahabatnya benar-benar masih menyimpan luka lama itu. Dan Natasya cuma bisa berharap waktu bisa menyembuhkan hatinya yang hancur.
***
Seminggu sudah kejadian itu berlalu, keadaan Sagitu kembali membaik. Namun dalam hatinya dia masih menyimpan beribu ketakutan.
"Gimana? Sebaiknya kita pindah tempat aja Ta."
Sagita menggeleng.
"Percuma, kota ini miliknya. Kemanapun kita pindah dia akan tahu."
Natasya terlihat sangat khawatir.
"Terus sampai kapan kamu tinggal dirumahku? Senja kangen pengen ketemu kamu Ta."
Putri kesayangan Natasya itu memang sudah seminggu merengek meminta bertemu mamanya.
Sagita menghembuskan nafasnya. "Ini demi kebaikan mereka Ta. Aku nggak mau sibrengsek itu menyakiti mereka. Kamu tahu dia gimana."
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA
General Fiction[SEBAGIAN SUDAH DIHAPUS, BISA DIORDER VERSI PDF SAJA] Senja gadis kecil berumur 6 tahun itu harus menerima kenyataan pahit. Terlahir prematur membuatnya bisu. Parasnya yang sangat mirip dengan ayah kandungnya justru membuat trauma sang mama semakin...