1

26.5K 2.1K 70
                                    

Kelasnya hari ini sudah selesai, dan sekarang ia sedang duduk di kafetaria yang ditemani satu cup ramen dan jus jeruk kesukaannya sembari menopang dagunya dengan pandangan yang menatap lurus keluar.

Hyoyeol sebenarnya sedang menunggu temannya yang berada di perpustakaan. Tapi setelah dua puluh menit ia menunggu temannya itu, Hyoyeol berniat untuk meninggalkan temannya.

Ia sangat ingin sekali untuk berada di kamar kesayangannya dan tidur sepuasnya.

Mumpung hari ini ia juga tidak ada bagian untuk bekerja di apoteker yang sudah setahun belakangan ini menjadi tempat kerjanya.

"Hyoyeol, maaf aku lama. Hehe, tadi Winwin lama sekali di kamar mandi. Niatnya sih tadi aku ingin meninggalkannya."

Hyoyeol mendongak dengan wajah lesunya begitu mendengar suara Jaehyun. Ia melirik Winwin yang sedang menyengir lebar.

"Ayo, aku ingin pulang. Jae, bisa tidak besok saja kau mentraktir makanannya? Aku sungguh lelah hari ini."

Jaehyun yang sudah duduk, mengangguk mengerti dan senyum yang menampilkan lesung pipinya yang sudah menjadi ciri khasnya.

"Yaah, kenapa besok? Padahal hari ini aku sengaja tidak makan dari pagi karena Jaehyun akan mentraktir." Ucap Winwin.

"Kau makan saja ini. Lumayan buat ganjal perut." Hyoyeol menyodorkan ramennya pada Winwin.

"Tapi ini tidak membuatku kenya-"

"Makan sajalah. Apa kau mau masak di rumah Hyoyeol nanti?"

Winwin menggeleng, ia lalu menerima ramen Hyoyeol dan memakannya.

"Semalam aku bertemu dengan pria aneh."

Jaehyun dan Winwin mengalihkan pandangan mereka begitu Hyoyeol mulai bercerita.

"Dia membeli kondom dan kau tau apa yang dia bicarakan?"

Keduanya dengan bersamaan menggeleng.

"Pria itu mengajakku melakukan seks secara tidak langsung."

"Ha?" Jaehyun mengernyitkan dahinya. "Maksudmu secara tidak langsung itu memangnya dia mengajaknya seperti apa?" Jaehyun bertanya dengan posisinya yang menopang dagu.

"'Berikan aku kenikmatan dari tubuhmu.' Dia bilang seperti itu. Awalnya kukira dia pria yang baik-baik walaupun pria itu menyebutkan kakakku yang membelinya makanya ia meminta tolong pada pria itu. Tapi mereka berdua sama saja. Sama-sama bejat."

Jaehyun terdiam mendengar kalimat terakhir Hyoyeol.

"Perawakannya sama seperti orang kantoran biasanya. Kurasa dia masih muda. Bahkan menurutku, dia denganmu masih mudaan pria itu."

Sebuah kalimat tersebut membuat Jaehyun cemberut. Ia memundurkan tubuhnya dan menatap malas Hyoyeol dan Winwin yang tertawa.

"Tapi aku serius, Jae. Dia sepertinya masih muda. Sempat juga aku mengaguminya sebelum pria itu berbicara seperti tadi."

"Iya, iya. Tapi bagaimana bisa pria itu mengenali kakakmu?" Tanya Jaehyun.

Hyoyeol menaikan bahunya dan kembali menyeruput jusnya. "Ia bilang sih rekan kerja."

"Tunggu, tunggu. Kalau dia rekan kerja kakakmu, berarti pria yang kau maksud seorang pengusaha juga dong?"

"Kemungkinan seperti itu."

"Kau tidak menanyakan lagi kabar orang tuamu?" Tanya Jaehyun setelah mereka cukup lama berdiam.

Hyoyeol melirik Jaehyun yang menatapnya. Ia menggeleng dan memasukan alat tulis dan bindernya kedalam tas.

DIRTY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang