Mata Taeyong sedikit membelalak mendengar ucapan Hyoyeol. Ia terkejut. Sangat.
"Kau keberatan?"
Taeyong langsung menggeleng cepat. Ia menyadarkan dirinya saat itu juga.
"Kenapa kau meminta hal itu?"
"Baiklah kalau tidak mau." Ucap Hyoyeol dan berbalik.
Cup
Hyoyeol melarikan tangannya ke leher Taeyong dan rambut pria itu ketika Taeyong melingkarkan tangan pada pinggang Hyoyeol.
Berawal melumat pelan, Hyoyeol kemudian memperdalam ciumannya begitu ia merasakan emosi yang sudah lama ia simpang kembali meluap, bersamaan dengan tangannya yang meremas rambut Taeyong.
Sedih, kecewa dan marah menjadi satu di hati Hyoyeol. Ia sangat mengecewakan kehidupannya sendiri. Ia hanya ingin bisa berkumpul dengan keluarganya dengan lengkap dan tidak ada yang namanya bisnis-berbisnis, ponsel dan laptop. Ia hanya ingin mencoba bergurau lepas dengan keluarganya. Bukan seperti sekarang yang ia alami.
Hidup sendiri tanpa kedua orang tuanya.
Meskipun Chanyeol, kakaknya, ada di Korea, tapi ia tetap saja merasa sepi dan hampa. Kakak laki-lakinya itu sama saja dengan orang tua mereka. Gila kerja dan sekalinya selesai dari pekerjaan, Chanyeol tidak langsung menemui adiknya, tapi bertemu dengan wanita lain dan melakukan hubungan intim.
Hyoyeol tak habis pikir dengan kakaknya satu itu. Kenapa harus melakukan cara itu untuk melepaskan penatnya? Kenapa tidak ia bertemu dan bersenda gurau dengan Hyoyeol yang jelas-jelas sangat membutuhkan seorang kakak disaat keadaan seperti sekarang?
Kenapa harus seperti ini kehidupan yang Hyoyeol alami?
Taeyong membuka matanya ketika ia merasakan asin di mulutnya. Hyoyeol menangis. Dan ia bisa merasakan emosi pada diri gadisnya.
Mereka melepaskan pagutan mereka dan sama-sama menghirup udara bebas dalam-dalam. Taeyong menatap Hyoyeol yang mulai sesegukan setelahnya. Ia kemudian mengangkat tubuh Hyoyeol untuk duduk diatas meja pantry dan memeluk gadisnya itu dengan erat.
Dalam beberapa detik, tangisan Hyoyeol semakin kuat. Dan Taeyong sudah lebih mengerti sekarang. Gadisnya itu tidak bisa mengungkapkan perasaan secara lisan.
Jujur saja, Taeyong merasa sakit melihat seorang gadis di depannya sedang menangis sesegukan walaupun itu bukan karenanya.
"Sudah merasa lebih baik?"
Hyoyeol melepaskan pelukan Taeyong. Ia sedikit merunduk dan menatap wajah Taeyong yang lembut kali ini. Mengangguk pelan, ia berusaha menampilkan senyum seperti biasanya. Walaupun dari raut wajahnya ia tidak menutupi karena sangat sembab kali ini.
🐼
Taeyong menaikan selimut ke leher mereka sebelum akhirnya ia menjadikan kedua tangannya sebagai bantal untuk menatap wajah Hyoyeol yang juga menatapnya walau kondisi kamar Hyoyeol sedang gelap. Tapi karena cahaya malam dari luar yang Hyoyeol sengaja tidak ia tutupi, bisa terlihat jelas seperti apa ekspresi mereka masing-masing saat ini.Malam ini Hyoyeol mengijinkan Taeyong untuk menginap dan tidur bersama. Tentu saja mereka tidak melakukan apa-apa, kecuali ciuman untuk meluapkan amarah Hyoyeol tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIRTY ✔
Fanfiction[TAMAT] Lee Taeyong: - Tampan ✔ - Pintar ✔ - Kaya ✔ - Pervert ✔ Park Hyoyeol: - Cantik... lebih ke manis ✅ - Pintar iya, bodoh iya ✅ - Tidak bergantung pada orang tuanya/mandiri ✅ - She's hate the pervert guy ✅ WARNING!!! 17+ AND CURSE WORDS