-Heart Beat-
.
.
.Ini aku, Jongin. Lelaki yang gila karenamu.
Tidak ada yang bisa menggantikanmu di hatiku.
Segalanya akan kutempuh demi memilikimu.
Kau adalah pangeran permenku, Jongin.....
(gay story, bagi yang tidak menyukai cerita ini, dimohon segera tutup saja, tidak perlu memaki atau menjudge author, hanya mengarang indah belaka)
.
.
.
.
Enjoy this story, thank you...
Kau tahu kan bibi, dimana ada manis, disitu pasti ada pahit. Jadi, karena visualku manis, maka hidupku akan sangat pahit..
...Namanya Chanyeol.
Park Chanyeol.
Ia lahir dengan darah Inggris-Ukraina.
Sejak kecil tinggal di Perancis, dan hanya berbicara bahasa Perancis saja.Seperti kebanyakan latar belakang cerita lainnya. Dia adalah seorang anak mungil dengan sepatu berwarna ungu pastel dan kaus kaki selutut. Berlatar belakang keluarga kaya raya.
Tahun ini adalah waktu dimana ia menginjak kelas lima sekolah dasar.
Sejak lahir ia memiliki mata biru laut cerah yang indah. Kulitnya sangat bening putih, dengan beberapa flek kecoklatan terang yang tersebar disekitar pipi atas hingga batang hidungnya.
Semua masih wajar kecuali ia yang harus meminum obat rutinnya karena penyakit bawaannya sejak lahir.Sebuah kelainan genetika yang disebut blanc de L’Oural.
Itu seperti sebuah kelainan pada gen tubuhnya sehingga ia memiliki kulit seputih kertas, layaknya albino pada umumnya. Namun tidak untuk hal yang lain. Jika albino saja sudah dikucilkan lingkungan karena perbedaan, maka Chanyeol mengalami nasib yang lebih parah.
Penyakit ini membuatnya memiliki pengaruh besar pada tubuhnya. Ia menjadi sosok dengan wajah rupawan bahkan sejak masih kecil.
Wajahnya seperti boneka manis barbie versi anak-anak. Dengan kulit pucat seperti salju. Bibirnya semerah buah persik yang segar, lalu kedua matanya bulat berbinar indah. Ia harap rambutnya putih sehingga ia akan memiliki teman albino seperti yang lainnya. Senasib sepertinya.
Namun tidak.
Sayang sekali, rambutnya memiliki warna gradasi berbeda-beda. Dominan merah muda yang lembut dengan beberapa warna ungu, biru muda, dan kuning pada beberapa ujungnya.Persis seperti permen kapas yang manis.
Chanyeol semula suka. Ia merasa hidupnya sangat manis.
Meski kedua orang tuanya jarang menemuinya, mereka sangat menyayanginya. Setahun sekali pada saat natal, keduanya selalu menyempatkan diri untuk tinggal dirumah bersama Chanyeol seharian penuh, sebelum akhirnya ditinggal dan akan bertemu di hari natal tahun berikutnya.
Karena tubuhnya yang spesial itu, ia sering dianggap remeh oleh lingkungan tempat tinggalnya yang elit. Ia dianggap sebagai anak cacat sejak ia pertama kali berkeliling kompleks di usianya yang ke 6. Ia pulang dengan menangis kencang, ditenangkan oleh bibi pembantunya.
Sebab itulah kedua orang tuanya memberikannya pendidikan dengan menjalani home schooling untuk menghindari pergaulan yang mengerikan diluar sana. Hati Chanyeol terlalu baik untuk mendapat makian dan cacian.
Chanyeol lahir dengan serba kecukupan. Ia pandai berenang, memanah, dan berkuda di usianya yang ke delapan bahkan ia telah mampu mempelajari astronomi dan fisika dasar.
Semua berubah ketika di usianya yang ke delapan. Saat ia hendak memakan kue tart buatan bibi, ia terjatuh dari kursi mewah ruang makan. Tersungkur hingga tubuhnya membentur lantai marmer yang dingin.
Sepuluh maid yang berjajar rapih dibelakangnya seketika ribut bukan kepalang.
Memegangi dahi Chanyeol yang berdarah.
Darah Chanyeol berbeda. Warnanya merah muda. Beraroma strawberi. Mereka mengira itu adalah saus kue tart sebelum mereka menyadari bahwa kain putih salah satu maid yang membekap Chanyeol selama perjalanan ke rumah sakit sudah banjir oleh darah merah muda itu yang wangi itu.
Dokter mengatakan bahwa Chanyeol semakin digerogoti oleh antibodi tubuhnya sendiri. Membuatnya menjadi manusia permen.
Tunggu dulu. Ini bukanlah cerita yang manis dan menggemaskan. Kalian harus membacanya dengan perasaan sedih berdasarkan diskriminasi.
Bahkan dokter tidak bisa menyembuhkannya.
Mereka mengatakan bahwa blanc de L’Oural yang dimiliki Chanyeol terlalu berbahaya bagi nyawanya. Kulitnya akan menjadi semakin pucat dan darahnya akan semakin wangi jika ia tidak meminum obat laboratorium khusus yang bahkan hanya dapat mencegah perkembangan mutasi gennya. Tidak dapat menyembuhkannya.
Hanya mencegah.
Tidak ada obat yang dapat menyembuhkannya, karena itu adalah kesalahan genetik sejak dalam kandungan, kecuali Chanyeol memang mau menjadi bahan percobaan.
Karena hal ini hanya dialami oleh 2 manusia dalam catatan medis. Mereka sudah meninggal sebelum tertolong, pada abad pertengahan dahulu kala.
Pernah suatu waktu, Chanyeol yang selalu rutin meminum obat itu sedang berkeliling kota dan berakhir di pantai. Tentuaja dengan pengawalan ketat.
Ia tidak sengaja menjatuhkan obatnya pada sebuah tebing yang terjal, padahal ia sedang ingin mengambil satu dari botol itu.
Akibatnya berbahaya.
Chanyeol hampir kehilangan nyawanya dalam perjalanan cepat menuju kediamannya. Pihak rumah sakit pribadi keluarga Park telah dipanggil untuk langsung menuju rumah utama.
Benar saja, Chanyeol tidak sadarkan diri selama 4 bulan. Tubuhnya semakin putih dengan sebuah garis merah pada kelopak matanya.
Seperti boneka yang didandani. Mereka berkata, pigmen Chanyeol terdorong oleh pelemahan tubuhnya sehingga mengumpul di sana. Membentuk gradasi warna cantik seperti terkena eyeshadow.
Tepat seminggu setelahnya Chanyeol membuka kedua matanya, ia mendapati hal yang sangat mengerikan baginya.
Satu matanya berwarna merah. Sedangkan satunya lagi masih berwarna biru.
Ia menangis seharian.
Akhirnya sang bibi pembantu memberikannya sebuah lensa kontak yang sama seperti warna mata biru aslinya.
“Bibi.. awalnya kupikir hidupku akan semanis permen kapas. Bahagia. Namun ternyata aku salah. Hidupku berbanding terbalik dengan keadaanku.. Kau tahu kan bibi, dimana ada manis, disitu pasti ada pahit. Jadi, karena visualku manis, maka hidupku akan sangat pahit..”
Anak manis itu tersenyum lalu terlelap setelah menyanyikan lagu beruang. Ia memeluk erat boneka beruang merah mudanya yang ia dapatkan dari sang ibu. Ibunya berkata bahwa beruang itu sama seperti Chanyeol, memiliki rambut merah muda yang manis.
Sementara sang bibi menangis tersedu karena sungguh, Chanyeol memperjuangkan hidupnya, melawan penyakitnya, tanpa pernah kedua orang tuanya datang dengan raut khawatir.
Chanyeol bahkan baru ingat, natal kemarin kedua orang tuanya hanya bisa menemaninya meniup lilin natal lalu langsung pergi segera tanpa bertanya perihal sakitnya atau mengapa mata kanannya berwarna merah.
Kemudian..
Disinilah Chanyeol sekarang.-Heart Beat-
.
.
.
.
.
.
.
.
.Nah, ini FF yang selama ini jadi foto profil wattpad dan IG gue.. sampe bosen gue liatnya.
Jadi ya inilah Ffnya.
Sangat, hm.. penjabarannya gimana ya..
Sangat-sangat tidak kalian sukai kalau kalian dari awal gak suka, hehe. (apaansi-)Ini bener-bener ff yang pure pengen BocahLanang bikin soalnya tentang diskriminasi temen Bocah pas masih SMP. Dia orang blasteran, baru ke Indonesia sekitar beberapa hari gitu. Gapunya temen, gabisa bicara bahasa Indonesia. Nelangsa banget lah pokoknya..
Jadi pengen gue bikin ff ini karena terinspirasi dari dia.Sekian :)
KAMU SEDANG MEMBACA
HeartBeat
FanfictionBagaimana? Chanyeol hanyalah anak cerdas yang sulit bersosialisasi. Terlebih ia yang berdarah inggris-ukraina, membuatnya menjadi sosok berambut permen karet lembut dengan kulit mulus dan bibir merah muda. Ia mendapati Jongin, sunbaenya itu selalu m...