-Heart Beat-
Chanyeol (seme)
Kai (uke)
.
.
.Ini aku, Jongin. Lelaki yang gila karenamu.
Tidak ada yang bisa menggantikanmu di hatiku.
Segalanya akan kutempuh demi memilikimu.
Kau adalah pangeran permenku, Jongin.
....
(gay story, bagi yang tidak menyukai cerita ini, dimohon segera tutup saja, tidak perlu memaki atau menjudge author, hanya mengarang indah belaka)
.
.
.
.
Enjoy this story, thank you...
‘Jangan sampai orang lain membaca nametagku itu’
...
Ia jadi tidak bersemangat lagi untuk meraih klimaksnya. Tangisan lelaki itu meraung seperti sangat sedih sekali, membuatnya tidak lagi memijak daratan perikemanusiaan.
Ia seperti seorang yang sangat berdosa, karena diumur remaja ia malah asik menonton film dewasa dan beronani sedangkan lelaki disampingnya masih sangat polos, menangis meraung seperti bayi yang kehilangan dotnya.
“Hei, berhentilah menangis, kau kenapa?” ia akhirnya menghentikan kegiatannya. Memasukkan kembali penisnya secara rapih kedalam celana lalu ia benar-benar membasuh wajahnya seolah barusaja menatap neraka.
“Aku.. hiks.. aku.. sedihh.. hiks.. huaaa...” lucu sekali suara tangisan Chanyeol. Membuatnya seperti memiliki adik kecil yang cengeng.
Ia jadi tidak tega. Ia segera menghapus koleksi film pornonya. Lihatlah, tangisan Chanyeol bahkan telah menyadarkan seseorang dari kegiatan dosanya. Onani di jam pelajaran.
“Iya, kau sedih. Hm.. bajumu basah. Kau dijahati orang, ya?” tanpa sadar ia bahkan berbicara dengan bahasa anak kecil. Bahasa yang sangat simpel.
“Iya.. jahat.. itu.. hiks..” mungkin terdengar seperti orang yang menangis sehingga tidak menyelesaikan kalimatnya. Padahal memang Chanyeol hanya menyalin kata-kata lelaki tadi karena ia belum bisa merangkai kata, sulit membuat kalimat sendiri.
Ia belum hafal bahasa Korea.
Sedikit merutuki lelaki yang ada disampingnya kini. Lelaki itu bertanya terus. Membuatnya harus berfikir sembari menangis sedih.
Susah sekali dipaksa berfikir padahal sedang menangis.
Sama halnya jika kau sedang menangis dan disuruh menghitung logaritma rumit. Sialan batinnya.
“Kau mungkin bisa bercerita..” lelaki itu duduk di kloset. Mendengarkan dengan seksama bagaimana Chanyeol terisak tersedu-sedu dengan suara anak usia 13 tahun. Sedikit serak namun masih sangat melengking. Belum sepenuhnya pubertas.
“Aku.. kotor.. pediiihh..hiikkkhhuuaaaaaa...” tangisan Chanyeol sampai kencang sekali. Membuat lelaki disampingnya melotot.
“HAH?!” pada dasarnya otak mesum dan sudah sering onani di ruangan ini. Pikirannya tidak jauh-jauh dari hal-hal itu.
Padahal Chanyeol hanya ingin mengatakan bahwa seragamnya kotor dan kedua matanya sangat pedih karena ia terlambat memejamkan mata sehingga cairan kotor desinfektan tadi telah terlebih dahulu mengenai matanya.
“Aku ingin mandi..” benar sudah. Chanyeol menanggalkan seluruh atasannya yang basah begitusaja pada lantai kamar mandi biliknya.
Lelaki itu mengrenyit bingung. Manamungkin lelaki menangis disampingnya habis dinodai jika pakaiannya saja enam lapis seperti manusia kedinginan. Terlihat sangat sulit untuk dilucuti.
“A.. mandi saja disitu dengan shower. Aku akan menaikkan kakiku.” Lelaki itu benar-benar menaikkan kedua kakinya agar tidak terciprat shower.
Chanyeol yang masih terisak hanya mengangguk pelan. Entahlah dia hanya terlalu polos sehingga mengira lelaki disampingnya melihatnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
HeartBeat
FanfictionBagaimana? Chanyeol hanyalah anak cerdas yang sulit bersosialisasi. Terlebih ia yang berdarah inggris-ukraina, membuatnya menjadi sosok berambut permen karet lembut dengan kulit mulus dan bibir merah muda. Ia mendapati Jongin, sunbaenya itu selalu m...