Part 2

268 18 2
                                    

Jam dinding bulat berwarna ungu bergambar unicorn mungil di tengah menunjukan pukul dua pagi.
Setelah mengalami mimpi buruk, Lisa tidak bisa melanjutkan tidurnya.

Jika Lisa mengalami mimpi buruk hal yang ia lakukan adalah menonton drama, film atau apapun yg ia suka untuk mengalihkan pikiran dan melupakannya.
Walaupun sebenarnya itu tak berpengaruh apapun bagi Lisa. Namun, ia tetap melakukan kebiasaan itu sampai matahari terbit dan kemudian melakukan aktivitas sehari-harinya.

Lisa menyalakan MacBook yg sekarang berada di tampat tidur dan mulai memposisikan dirinya agar lebih nyaman menonton.

***

Menjelang debut para member harus berlatih lebih keras.
Pagi ini adalah jadwal mereka berlatih koreo untuk lagu debut.

Mereka berlatih sendiri hari ini.

Suara musik mengisi seluruh ruangan. Semua anggota bersemangat melakukan gerakan tapi tidak dengan Lisa. Ketika musik berakhir ia langsung duduk bersandar di pojok ruang latihan mereka. Mungkin ini akibat kurang tidur semalam.

Lisa merasa badannya sangat lemas.
Lisa berusaha mengatur napas dan tetap membuat ekspresi seakan ia tidak mengalami apapun.

Jennie yang melihat kejanggalan pada diri Lisa berjalan mendekati.
Dari luar Jennie memang terlihat seperti gadis yang dingin tetapi dia lah yang paling perhatian diantara lainnya.

"Lis semalam kau tidak tidur?" Jennie bertanya dengan raut wajah yang khawatir.

"Ah tidak. Aku tidur nyenyak semalam" jawab Lisa mencoba untuk berbicara santai takut oenninya khwatir dengannya.

"Lingkaran hitam di matamu tidak bisa berbohong Lis"

Ya! Lisa memang tidak pandai berbohong.

Lisa ketahuan padahal ia sudah berusaha untuk menutupi wajah kurang tidurnya ini dengan make up tapi sepertinya usaha itu sia-sia.

"Kau mengalaminya lagi?" Jennie bertanya lagi karena gadis di hadapannya ini hanya terdiam.
"Akhir-akhir ini hampir setiap hari kau memimpikannya Lis. Apa kau yakin tidak apa-apa?"

Jennie memang sudah mengetahui hal apa yang membuat Lisa sulit tidur. Ah tidak bahkan semua member juga tahu Lisa mempunyai kebiasaan itu.

Lisa membalas dengan anggukan kecil dan senyum tipis.

"Jangan menunjukkan seolah-olah kau tidak apa-apa Lis" Jennie berjalan mengambil minun untuk Lisa "kita ini sudah bertahun-tahun bersama. ceritalah kepada kami jika kau mengalami hal-hal yang sulit" ucapnya sambil menyodorkan gelas berisi air.

"Sungguh aku tidak apa-apa oenni" Lisa memperlihatkan gummy smilenya.

Gadis ini memang tidak mau membuat yang lain khawatir.

"Kau ini dasar keras kepala" Jennie meninju pelan kepala Lisa.
"sehabis latihan kau akan pergi dengan ibumu kan?"

"Oh ya aku lupa" Lisa mengambil tas di sampingnya "sial aku terlambat" umpatnya.
Ia berlari kecil menuju pintu dan membalikan badan.
"Aku pergi dulu. Sepertinya kita tidak makan siang bersama"

"Salam untuk ibumu" teriak jennie

"Hati-hati Lis" teriak dua gadis lain di tengah ruangan yang sedari tadi sibuk memperbaiki gerakan mereka.

***

Lisa dan ibunya kini telah berada di depan restoran tempat favorit ia dan ibunya ketika ingin makan dan melepas rindu.
Setelah makan bersama ibunya harus segera kembali ke Thailand siang ini, karena ada urusan yang mendadak.

"Ah jangan khawatir Bu, aku hanya kurang tidur" alibi Lisa.

Sudah berapa kali dirinya berbohong hari ini. Bahkan kali ini ia membohongi ibunya sendiri.

Di balik senyum lebar yang ia tunjukkan kepada ibunya Lisa merasa bersalah.

"Ibu tidak mempercayaimu Lisa, jaga kesehatanmu sebentar lagi kau pasti akan lebih sibuk dari sekarang"

Ibu Lisa sangat protektif terhadap Lisa. Tentu saja karena Lisa adalah anak satu-satunya.

Bagaimana dengan Ayahnya?

Ayahnya bahkan mengatakan ke Sajangnim untuk membiarkan Lisa tidak melakukan diet dan makan lebih dari tiga kali sehari. Itu karena berat badan Lisa yang sulit sekali naik tetapi mudah turun.

"Iya Bu. Tidak perlu khawatir. Lisa sudah besar"

"Oh ya ini untuk Bambam dari Ibunya. Kau berikan ya. Harus kau berikan, jangan kau makan sendiri"
Ibunya menggoda Lisa karena di dalam tas karton coklat itu berisi makanan dan jajanan dari negara kelahirannya, Thailand.

"Buu...." Lisa memanyunkan bibirnya karena godaan mamanya "hati-hati di jalan"

Lisa memeluk Ibunya erat. Entah kapan mereka bisa bertemu kembali karena jadwalnya yang sebentar lagi akan sangat padat.

***

Seoul hari ini sangat panas. Seharusnya Lisa sekarang berada di ruang latihan menikmati dinginnya AC dan bukannya merasakan panas-panasan seperti ini.
Kalau tidak karena Ibunya yang berpesan sudah pasti Lisa tidak akan melakukan hal semacam ini.

Lisa mengambil ponsel di sakunya. Menekan nomor Bambam. Makhluk yang akan di temuinya yang membuat dirinya terbakar oleh matahari.

"Hei! cepat keluar. Panas tahu" pekik Lisa.

"Kau masuk saja Lis. Aku di dalam" Bambam menjawab dengan melambaikan tangan dan duduk santai sekaligus membuat senyum yang membuat Lisa ingin meninjunya sekarang.

Lisa berjalan masuk dengan muka masamnya menaruh kasar tas karton coklat di meja yang ada di hadapannya.

"Kau gila ya meyuruhku datang panas-panas begini" Gerutu Lisa.

"Kalau aku tidak menyuruh kau pasti tidak akan datang dan memakan ini semua"

"Ibuku baru memberikannya 2 jam yang lalu dan kau langsung menyuruhku datang. Mana mungkin dapat kuhabiskan semua ini sendirian"

"Mungkin Lisa, kau kan banyak makan," Bambam diam sejenak, "lihat pipumu" lanjut Bambam menunjuk pipi Lisa dengan jari telunjuknya.

"Ish jangan pegang-pegang tanganmu kotor" Lisa memegangi pipinya sebelum tangan Bambam menempel. "Bersama siapa kau disini?"

"Hah? apa?" Bambam melirik ke arah lain berharap Lisa tidak mengikuti kemana ia melihat sekarang
"kau bodoh ya. Lihat, aku sendirian disini"

"Bohong. Pasti bersama perempuan" Lisa memperhatikan seluruh ruangan berharap dugaannya benar.

"Kau gila mana mungkin aku berani di siang hari begini"

"Berarti kalau malam sering? Sudahlah kalau denganmu pasti membicarakan hal yang tidak penting"

"Otakmu tidak akan sampai Lis jika membicarakan hal penting" Ejek Bambam.

"Aku pergi dulu aku ada latihan lagi"

"Lisa yang semangat latihannya" teriak Bambam.

'Dasar Bambam! kenapa dia harus berteriak'.

Lisa menundukkan kepalanya dan berlari keluar dari cafe. Walaupun cafe itu tidak terlalu ramai tapi kalau menyebut nama dengan berteriak keras seperti itu siapa yang tidak malu.

Lisa memasuki mobil dengan tidak menyadari apapun.
Bahwa sedari tadi ada seseorang yang menunggu dirinya keluar.

Dia tidak mau muncul di hadapan Lisa.

Bukannya benci bertemu dengannya. Tapi Lisa adalah ketakutan terbesarnya.

Ia belum siap.

💜💛💜💛

Terima kasih buat kalian yang mau bersabar nunggu part 2😆
Maaf nextnya luaammaaa banget. Huhuhu.
Jangan lupa vote.
Kritik dan sarannya di tunggu.
Selalu cintai uri lizkook. Love ya😘💞

The TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang