Chapter 5

552 47 12
                                    

*Italic words flashback*

Yuka duduk dibangku paling atas Theater Hall sambil mengamati dengan seksama seseorang yang sedang bermain piano ditengah-tengah panggung teater itu. Yuka pun tak dapat menyembunyikan senyumnya ketika melihat wajah bahagia orang itu ketika focus menarikan jemarinya pada tuts tuts grand piano itu. Alunan music yang merdu memenuhi teater itu. Alunan music itu seolah terdengar seperti bernyanyi pada setiap orang yang mendengarkannya.

Cantabile. Hal itu yang paling Yuka sukai setiap kali mendengarkan permainan piano Rika. Ya, seseorang yang sedang bermain piano ditengah-tengah panggung itu adalah Watanabe Rika. Permainan piano Rika selalu menimbulkan efek cantabile, walaupun bagi beberapa pianis aliran klasik hal itu dianggap tabu, tetapi Yuka selalu menyukainya. Musik klasik yang terkesan membosankan seketika terdengar begitu menyenangkan ketika Rika mulai memainkannya.

Rika sedang memainkan Three movement's piano Petrouchka milik Igor Stravinsky. Petrouchka adalah salah satu piece music kesukaan Yuka, hanya dengan mendengar Rika memainkan piece music itu Yuka dengan seketika bisa membayangkan sebuah scene di pertunjukan Balet yang berjudul sama, ya Petrouchka.

Yuka memejamkan matanya untuk menghayati permainan piano Rika dengan senyum yang masih mengembang di wajahnya..

"Sebentar lagi akan memasuki scene dimana Petrouchka akan bertemu dengan si Magician" batin Yuka sambil mengingat runtun cerita dari pertunjukan Perouchka. Namun saat akan memasuki scene yang krusial tiba-tiba Rika menghentikan permainan pianonya, Yuka pun membuka matanya dan memandang kearah tengah panggung.

Yuka pun beranjak dari tempat duduknya dan berjalan cepat menghampiri Rika yang tampak tertunduk menghadap deretan tuts piano yang ada dihadapannya dengan kedua tangannya menutupi telinga. Yuka pun kian mendekat kearah panggung, namun Rika tampak masih tak menyadari kedatangan Yuka.

Saat Yuka sudah tepat berdiri dibelakang Rika, ia menyentuh bahu Rika lembut. Dan Rika pun akhirnya menyadari keberadaan Yuka. Rika segera membalikan tubuhnya dan menatap Yuka dengan tatapan panic.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Yuka.

"Yuka, I can't hear the music again!" Panik Rika. Melihat wajah panic Rika, Yuka pun mencoba menenangkan orang yang sangat berarti untuknya itu. Yuka berjalan kesamping Rika, dan kini posisi mereka sejajar. Yuka menekan beberapa tuts secara acak.

"Kau tahu? Aku kadang merasa iri dengan piano ini.. bagaimana tidak, kau lebih banyak menghabiskan waktu bersama alat music ini ketimbang diriku" kata Yuka diiringi tawa kecil. Yuka menoleh kearah Rika dan menatap langsung Rika. "Have you decided it?" Tanya Yuka serius. Mendengar pertanyaan yang Yuka lontarkan, Rika pun langsung membuang wajahnya. Dan Yuka hanya bisa menghela nafas lelah.

"You need to do it faster Rika, the things that just happen to you is only the small effect" desah Yuka.

"Aku tak bisa" jawab Rika datar.

"Kenapa? Apa piano ini lebih berarti dari pada hidup mu?" Rika sama sekali tak bergeming "Bahkan lebih berarti dari aku?" lirih Yuka.

Rika kembali menatap Yuka. "Bukan seperti itu." Ucap Rika.

"Lalu?"

"Aku tak bisa melakukan itu sebelum aku memenangkan kompetisi ini."

"Kalau begitu, aku bisa menghubungi komite penyelenggara kompetisi ini dan meyuruh mereka untuk menunda pelaksaan kompetisinya!" ucap Yuka dengan nada serius. Rika hanya membelalakkan matanya mendengar ucapan serius Yuka tersebut.

"Kau tidak bisa Yuka!"

"Tidak bisa? Apa kau ingin mengetes ku?"

"Kau akan membuat banyak orang kecewa nantinya!"

Better With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang