Diamlah disini. Jangan pernah pergi.
Sebab, pergimu yang tiba-tiba itu,
membuatku kesepian.
Diamlah disini, jangan beranjak dari dudukmu.
Sebab, pergimu yang direncanakan itu,
menumbuhkan secarik luka baru dihatiku.
Sebab, pergimu yang tak kunjung kembali itu,
membuat duniaku menjadi sunyi.
----
Satu langkah, dua langkah, Livia berhenti di ambang pintu masuk. Dia menarik napas panjang. Mengatur detak jantunnya yang sejak tadi berdetar tidak karuan. Ada rasa bimbang yang diam-diam mengusik pikirannya. Dia tahu akan bertemu dengan siapa didalam sana. Seseorang yang sudah lama tidak dia temui.Tangannya memegang undangan persegi panjang berukuran 15 x 21 centimeter. Undangan berwarna merah maroon dengan tulisan tinta emas. Bukan, ini bukanlah undangan pernikahan. Ini adalah undangan yang membuat Livia memberanikan diri berdiri disini. Didepan sebuah kafe yang terletak di ujung Ibu Kota. Kafe delisius.
Perlahan, kakinya melangkah masuk.
Minggu lalu, undangan ini tergeletak begitu saja di atas meja. Tidak tertera siapa nama pengirim atau penulisnya. Hanya ada secarik tulisan seperti ini:
Dear, Mrs. Livia Canessa
Ketika kamu membuka undangan ini, aku harap kamu tersenyum bahagia. Aku yakin, kamu baik-baik saja meski luka itu, mungkin masih ada. Sungguh, tidak ada maksud apapun. Aku hanya ingin bertemu. Ah, lebih tepatnya aku ingin kita bertemu. Ternyata rindu ini datang lagi. Tidak seperti biasanya, rindu ini terlalu besar sehingga aku tidak sanggup menahannya sendiri.
Livia, ketika kamu membaca undangan ini, kamu pasti akan bertanya-tanya siapa aku. Aku adalah orang yang mungkin kamu kenal. Dulu, kita semua berada didalam satu lingkaran bernama 'sahabat'. Entah siapa yang memulai, hubungan itu berakhir begitu saja. Seperti, melepas tali yang sedang terikat kuat.
Semoga, ingatanmu tentangku tidak berkurang sedikitpun. Semoga setelah kita bertemu, percikan luka itu hilang. Terbang terbawa angin, lalu jatuh berguguran.
Jadi, minggu depan, datanglah ke Kafe Delisius yang terletak di ujung Ibu Kota, pukul tujuh malam, aku tunggu. Datanglah dengan membawa rindu yang sama. Datanglah meski kamu tidak ingin datang.
I really miss you,
Livia mengerutkan dahi setelah membaca isi undangan itu. Ada makna menyedihkan dibalik tulisan yang dia baca. Berulang kali dia berpikir, tapi dia tidak tahu siapa pengirimnya. Melodi? Jika diingat-ingat, hanya ada satu Melodi yang dia kenal didunia ini. Melodi hanya nama samaran orang yang dia kenaDan, luka? Livia punya luka, tentu saja. Hanya manusia sempurna yang tidak punya luka. Tapi, didunia ini tidak ada manusia sempurna. Semua orang pasti punya luka. Semua orang pasti pernah terluka. Dan, luka yang Livia punya terletak jauh dalam hatinya. Hanya orang-orang yang pernah ada didekatnya yang tahu. Livia, perempuan itu selalu menyamarkan dengan senyum palsu.
Omong-omong, apa kabar orang-orang yang pernah ada di dekatnya-dulu. Apa mereka baik-baik saja? Apa mereka masih mengingat Livia? Apa mereka selalu merindukan Livia? Seperti hati-harinya yang dipenuhi rindu akan mereka
KAMU SEDANG MEMBACA
No Old Friend
Ficțiune adolescenți"Jika cinta itu bahagia, mengapa hanya aku yang merasakan sakitnya?" - Ada banyak perubahan yang terjadi ketika mereka bertemu kembali. Namun satu, perasaan itu tetap sama. Ada rindu yang menggebu saat mereka bertatap muka kembali. Namun satu, l...