Pada pukul 8 malam itu, hujan turun dengan deras.
Aku duduk di atas kasur, laptop berada di pangkuanku. Perasaan tak enak terus saja ada di dalam hatiku.
Ada beberapa lilin yang menyala di kamar untuk berjaga-jaga jika listrik padam. Biasanya, lilin akan memberikan kesan yang romantis, tetapi malam ini bayangan yang dihasilkannya di dinding terlihat menakutkan.
Aku mendengar suara ketukan pelan di pintu. Siapa yang ada diluar? .
Aku berusaha berdiri dengan kaki yang sedikit gemetar, Aku menuju jendela terlebih dahulu untuk memastikan siapa diluar.
Aku berdiri di depan jendela dekat pintu, mengintip keluar dari balik tirai, Aku nyaris tidak melihat apapun di teras depan rumah. Naki ada disana, berdiri, menatapku saat aku menatapnya. Jantungku berdebar kencang. Sedang apa hujan-hujan begini?
Aku membuka pintu dengan segera. Tubuh Naki basah kuyup, celana jeans, kaus biru muda, dan jaket abu-abu yang menempel di tubuhnya.
Aku hanya ragu-ragu sesaat sebelum menyuruhnya masuk, mendengar kerasnya hujan yang turun di tanah. Petir menyambar dan aku terlonjak sedikit, membuat Naki maju mendekat selangkah.
Aku melingkarkan lenganku ditubuhnya sambil menenggelamkan wajahku di dadanya, menghirup aroma hujan dari tubuhnya. Pakaiannya yang basah membasahi pakaianku.
Aku tidak tahu harus berpikir apa. Naki masih kakak kelasku, pria manis yang memiliki warna bola mata Hijau kecokelatan, aku sangat merindukannya.
Naki menghela nafas, mengusap kepalanya yang basah dengan tangan, lalu menurunkan lagi tangannya. Dia menatapku dengan sorotan mata yang hangat.
Aku menghembuskan nafas yang selama ini kutahan dan tertawa pelan sambil menggeleng.
" Maaf " kataku menjauh darinya satu langkah.
Naki mengagguk dan tersenyum kecil.
" Tidak apa-apa, mungkin kau takut pada suara petir "
Naki meraih tanganku dan menatapku masih dengan tatapan hangat.
" Mmh.. Maaf, ada apa malam begini kakak kerumahku? " tanyaku.
" Aku ingin kau selalu disisiku "
Apa maksudnya? Apa Ia sadar apa yang Ia katakan tadi?. Mata kami bertemu lagi, aku terdiam.
" hahaha.. Maaf aku membuatmu tegang, tenang saja aku hanya bercanda, aku kemari ingin mengembalikan sepatu olahraga yang kupinjam kemarin, kau akan membutuhkan ya besok " sambil memberikan sepatu padaku. Dengan santai nya Naki mengembalikan sepatuku tanpa menyadari apa yang telah Ia katakan sebelumnya.
" tapi mengapa harus malam ini, hujan-hujan begini? " kataku sambil mengambil sepatu yang ada ditangannya.
" kau tidak akan menyuruhku masuk? Tega sekali ya " seperti mengalihkan pertanyaanku.
" oh.. Maaf , masuklah aku akan membuatkan teh untuk kakak "
Saat aku akan kembali masuk kedalam, tangan Naki menggenggam lenganku.
" tidak usah, aku tidak ingin merepotkan "
" sudahlah, diam dan duduklah yang manis di sofa itu " kataku sambil menyuruhnya duduk.
Aku pergi menuju dapur, pikiranku entah kemana, perasaanku mengatakan Ia sedang memperhatikanku. Ini kali pertama dia terbuka kepadaku atas keinginannya sendiri, tanpa harus kupancing. Mimpi apa aku semalam, Seorang Pradana Putra di sekolah ada di rumahku?
Mengapa? Mangapa dadaku terasa berdebar saat melihatnya. Aku kembali dengan membawa secangkir teh panas, dan langsung menaruhnya di atas meja.
Aku duduk di sofa yang sama tetapi dengan jarak yang jauh dari Naki. Aku duduk di sofa selama beberapa detik, mengamati Naki meminum teh nya. Saat dia menoleh ke arahku aku langsung memalingkan wajah. Kurasakan dia mendekat, dan lebih dekat.
" Besok kegiatanku cukup padat, aku harus mengurus kegiatan rutin di sekolah, apalagi tanggung jawabku besar sebagai ketua umum di pramuka "
" Aku mengerti Kak, tetapi seharusnya Kakak ada dirumah untuk istirahat " kataku menjawab tanpa pikir panjang.
" Ya seharusnya begitu, sebenarnya aku sedang ada masalah dengan ayahku "
Apakah dia ingin menceritakan masalah keluarganya padaku, Mengapa harus padaku?.
" masalah? "
" Aku tidak di ijinkan untuk mengikuti kegiatan besok, mungkin Ia takut kalau aku sakit " Jelasnya sambil tertawa kecil seperti meledek.
" Jangan begitu, itu tandanya dia sangat menyayangi Kakak " Jawabku asal.
" Baiklah aku akan pulang, hujan sudah mereda "
Di satu sisi aku ingin dia pulang, tetapi disisi lain aku ingin dia tetap disini, bersamaku.
" besok kau harus sekolah ya " ucapnya langsung berdiri dan berjalan menuju pintu keluar sambil mencubit hidungku sekejap, entah apa maksudnya.
" Baiklah, hati-hati dijalan Kak " kataku sambil melihatnya terus berjalan ke arah motor besarnya. Dia melambaikan tangan dan mengembangkan senyum padaku lalu pergi dengan cepat.
Aku kembali masuk kedalam dan mengunci pintu.
Apa itu tadi? Apa Naki ada disini bersamaku, Hanya beberapa menit?. Humhh.. Cepat sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati Tak Ber-ruang
عاطفيةMara adalah cewek tomboy yang manis, dia memiliki banyak teman, tentu saja dia mudah bergaul. Dia menyukai banyak kegiatan tambahan disekolah, seperti basket dan taekwondo. Tapi setelah dia bertemu dengan seorang pradana putra pramuka kehidupan dan...