Chapt.2

18 5 0
                                    

Aku masih terbayang leher Angel yang tercekik, hupss..
Aku takutt, hikss..
Siapa yang tega membunuhnya ha!..
Ada hantu disini?..
Jangan dibicarakan, aku selalu ngeri mendengarnya..

Semua anak berkumpul di dalam kelas. Kini mereka tinggal sepuluh anak, sementara dua kamar lainnya masih sebelas anak. Kisah kematian Angel kemarin menjadi topik pembicaraan semua anak. Mereka menangis dan mengeluh. Padahal, dua hari yang lalu Angel masih bersama mereka di kamar. Deera melupakan kejadian kemarin, sementara Elyn masih melamun membayangkan betapa sakitnya seperti Angel.

"Main yu?" sahut Deera.

"Apa kamu tidak takut Deer? Teman kita baru saja mati dibunuh, dan pembunuhnya belum terungkap!" bentak Erissa.

"Tidak, bukan begitu. Aku hanya ingin membuat kalian gembira kembali," kata Deera.

"Atau mungkin, Angel sengaja bunuh diri?" tanya Gabriel.

Pertanyaan Gabriel membuat semua anak terdiam dan termenung. Semua anak berpikir hal itu bisa saja mungkin dilakukan Angel. Tapi sebagian anak masih berpikir bahwa Angel mati dibunuh.

"Teman-teman. Selama dua tahun ini kita hidup bersama-sama dalam kedamaian. Aku mau kita seperti itu lagi, biarkan Angel tenang. Kita kembali menjalani hari-hari seperti biasanya." . Deera memohon kepada mereka.

Akhirnya, semua anak sepakat. Mereka tertawa tawa lagi dan beraktifitas seperti biasanya.


"Hey, aku ingin Ny.Fey membuatkan dua ayunan disini." teriak David.

"Hey David, kau seperti anak kecil saja hahaha" tukas Elyn.

Semua anak tertawa.


Lima hari kemudian..
David benar-benar menyampaikan keinginnannya kepada Ny.Fey. Dan beruntung, Ny.Fey membuatkan ayunan baru khusus untuknya.

Namun semenjak keberadaan ayunan itu, kejadian aneh mulai terjadi lagi. Setiap tengah malam, suara gesekan ayunan itu terdengar nyaring seperti ada yang memainkannya. Sebagian anak yakin itu adalah arwah Angel. Setiap pagi, anak-anak selalu membicarakannya. Dan David seringkali disalahkan. Ny.Fey yang menerima berbagai keluhan itu akhirnya tidak bisa tinggal diam. Ia dan Tn.John memindahkan ayunan itu ke tempat lain di luar area rusunawa. Semua anak perlahan tenang.

Namun..
Keesokan harinya di kamar satu terjadi kejadian yang sama sepeti yang dialami Angel. Bermula dari Via yang sedang memasak di dapur, beberapa menit kemudian ia ditemukan mati dengan pisau yang menusuknya. Tubuhnya benar-benar berlumuran darah segar. Lagi-lagi semua anak mengira ada yang membunuhnya, ada pula yang masih mengira ia mati sengaja bunuh diri. Namun, pada saat itu Dess menjadi tersangka di kamar satu. Karena ia yang pertama kali melihat Via mati dan ia pula yang dituduh membunuh Via. Kini semua anak mencurigai Dess.

Deera merasa khawatir, ia takut persangkaan semuanya salah. Dess terlihat murung dan pasrah. Tapi Deera tidak bisa membela, ia takut balik dituduh. Tn.John membawa Dess ke ruangannya.

"Dess, tolong jelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Via?" tanya Tn.John.

"Aku tidak tahu," kata Dess

"Sebelum kejadian itu mungkin? Semua anak menuduhmu, jika mereka tetap mencurigaimu, aku akan memisahkan kamu dengan mereka semua." tegas Tn.John

Dess tidak berkata apa-apa. Akhirnya, ia dipisahkan oleh Tn.John di kamar yang lain.
Semua anak merasa tenang.


Setelah kejadian itu, semua anak kembali histeris. Padahal mereka baru saja bisa bergembira kembali. Mereka saling berpelukan dan menyebut nama orang tua mereka masing-masing. Kejadian dalam rusunawa itu sudah memakan dua anak dalam tujuh hari ini. Mereka berhenti bermain-main lagi disana. Kini kamar satu dan dua tinggal sepuluh anak.

"Apa korban selanjutnya dari kamar kita?" tanya seorang anak dari kamar tiga.

Mereka terdiam.

Kreekkkk....! Jleb!
Suara pintu di kamar satu terdengar terbuka lalu menutup kembali dengan sendirinya. Semua siswa sedang berada di kamar dua. Mereka tidak tahu apa yang terjadi di kamar satu.

Hihihi. Hihihi.
(Suara anak kecil tertawa-tawa di kamar tiga)

Tolongg, ibu,, ayahh,,..
Suttt, siapa itu?..
Ada siapa di kamar tiga?..
Hupss.. Hiks..hikss..
Aku mau pergi dari sini..

Semua anak kembali gaduh. Kecuali ketua ketua dari tiap kamar. Mereka meng-absen setiap anggotanya.

"ADA YANG HILANG SATU!" teriak ketua kamar III, Fera.

Mereka segera berlari ke kamar tiga. Sebagian anak memilih tetap di kamar dua. Di sepanjang lorong sudah ada yang berubah, entah apa yang terjadi di kamar III. Deera ikut berlari ke kamar tiga.

Kreeekk!
Fera membuka pintu kamar tiga. Dan..

"ARGHHHH!!" teriak Elyn histeris.

Seorang anak kamar tiga, Chelsea. Dia berlumuran darah dengan anak panah tertancap di lehernya.

"Bagaimana bisa? Aku yakin! Tadi dia ikut bersama kita ke kamar dua. Disini, dia berjalan di sampingku!" tegas Queen sembari menunjuk ke arah sampingnya.

Fera menekuk lutut melihat jasad Chelsea. Ia tak berani menyentuhnya sedikitpun, mereka menunggu Tn.John atau guru lainnya datang. Semua anak kembali ke kamar dua dan berkumpul.

Sudah tiga teman kita yang mati di sini..
Kita di terror!..
Semua tidak boleh acuh, kita harus mewaspadai semua teman-teman kita! Jika ada yang hilang, kalian langsung lapor!..

Mereka setuju dengan perintah ketua kamar tiga. Akhirnya, Tn.John dan Ny.Fey datang dan mereka memakamkan Chelsea. Kini, anak-anak tak lagi menganggap kejadian pembunuhan itu remeh atau sekali dua kali. Melainkan terus memakan korban yang lainnya.

"Lalu siapa yang kalian curigai untuk pembunuhan ketiga ini?" tanya salah seorang anak.


Semua anak terdiam.

A SCHOOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang