Vania berjalan melewati beberapa kelas karena kelasnya yang lumayan jauh dari parkiran dan memerlukan beberapa menit untuk sampai dikelasnya. Ia pun harus melewati kantor dan perpustakaan agar sampai dikelasnya. Vania sangat malas jika ia menjadi penyuruh Jessica, bukannya ia takut untuk kembali ke kelas hanya saja ia tidak ingin disuruh-suruh dan dia juga harus cepat-cepat karena hari ini dia ada les.
"Tuh anak kan dia sendiri yang nyimpen kuncinya, nah aku mana tau." Dalam hatinya sebal karena ia tak tahu harus cari dimana. Ia pun terpaksa mengobrak-abrik seluruh kelas. Kelas yang tadinya sudah rapi malah di acak kembali oleh Vania. Ia teringat dengan cleaning service yang ada di sekolah yang sudah membersihkan kelasnya tadi.
Aku ke kang Joko aja, mungkin dia yang nyimpen. Vania kemudian berlalu meninggalkan kelasnya dan mencari Kang Joko seorang cleaning service, di seluruh sudut sekolah karena ia tidak tahu harus cari dimana. Walaupun ia belum terlalu hafal segala yang ada di sekolah, tapi ia terus mencari hanya saja ia belum berani untuk mencari di lantai dua dan tiga sehingga ia mencarinya di seluruh ruangan yang ada di lantai satu.
Vania terus menyusuri ruangan yang ada di sekolah, hingga akhirnya ia bertemu dengan orang yang ia cari, Kang Joko.
"Eh kang liat kunci temen saya gak? Kunci motor yang gantungan doraemon itu? Liat gak kang?" Vania langsung saja menanyakan beberapa pertanyaan."Ohh kunci yang boneka itu. Tadi akang kira punya siapa, jadi akang ambil mau simpan takutnya hilang. Punya neng yah?" Kang Joko langsung memberikan kunci yang bergantungan doraemon itu ke Vania.
"Punya temen. Makasih kang." Vania kemudian mengambil kunci itu dan pamit untuk pergi.
Seketika Vania berhenti berjalan saat ia melihat ada sebuah bola yang terlantang jatuh di depannya, ia sedikit bergidik ngeri karena ia baru menyadari kalau di sekolahnya sudah lumayan sepi setelah Kang Joko pergi, hanya beberapa staf yang tinggal disekolah dan beberapa siswa yang sedang rapat Osis.
Vania tidak tahu harus apa, ia menengok ke kanan dan kekirinya namun tidak ada siapapun. Ia melihat lagi arah datangnya bola tadi, tetapi tetap tidak ada pemiliknya. Ia hanya diam mematung dan sedikit ada rasa takut, ia berpikir untuk terus jalan tetapi...
"Woi kok itu bola cuman diliatin doang, ambilin sini!!" Entah datangnya darimana tapi tiba-tiba saja dia berteriak kepada Vania.
Vania sedikit terkejut dengan kedatangan seseorang dibelakangnya yang telah meneriakinya, namun ia tetap berbalik karena penasaran.
Deg.
Hanya itu yang dirasakannya saat melihat seseorang yang berdiri didepannya. Ia terdiam dan memperhatikan cowok tersebut.Arkha. Yah dia adalah Arkha, ia maju kedepan mendekati Vania berniat untuk mengambil bola basket yang telah ia lempar tadi.
Ini kan cowok yang waktu di toko itu, yang aku tabrak dan waktu pertama MOS aku tabrak untuk yang kedua kalinya. Sifatnya beda banget. Kakak ini kan juga yang main basket tadi, ohhh pantesan dia kesini. Ehh tapi bolanya kok bisa sampe disini. Beribu pertanyaan yang ada di otak Vania yang dapat membuatnya bingung tujuh keliling, bahkan pikirannya itu terasa lebih rumit dibanding mata pelajaran matematika. Ia juga sudah ingat kalau kakak kelasnya yang ia tabrak adalah orang yang sama waktu di toko itu, walau hanya sedikit wajahnya yang ia liat.
"Kenapa lo diam? Lo takut emang sama gue, gue bukan hantu tenang aja gue gak makan orang, gue cuman mau ambil nih bola." Vania kaget saat melihat Arkha sudah didekatnya sambil memegang bola basket yang telah ia ambil tanpa sepengetahuan Vania.
KAMU SEDANG MEMBACA
Again, In Love
Teen FictionVania merupakan gadis cantik dan juga pintar. Walaupun begitu ia hanyalah manusia yang tidak sempurna, menjalani hidupnya seperti manusia pada umumnya. Ia pun pernah mencintai seseorang. Seseorang yang sangat berharga baginya, yang sangat ia sayangi...