Seorang Perempuan dengan Sarung Tangan Hitam

13 2 5
                                    

Sudah seminggu ini aku melihatnya selalu di sana. Duduk berjam-jam di kursi yang terletak di seberang tokoku. Hanya membaca buku hingga tokoku tutup. Aku mulai menyadarinya di hari ketiga.

Dia seorang perempuan. Cantik. Rambutnya lurus sebahu berwarna coklat, wajahnya putih pucat. Namun yang membuatku tertarik bukan itu. Dia selalu mengenakan baju merah dan sarung tangan hitam. Tidak masalah jika memang ini musim dingin, namun tidak. Nyatanya matahari selalu bersinar dengan gagahnya.

Saat ini pukul sepuluh malam, sudah waktunya tokoku tutup. Perempuan itu masih di sana. Kali ini aku memutuskan untuk menghampirinya.

“Ini sudah malam. Apakah kamu menunggu seseorang?” tanyaku.

“Ya. Aku menunggumu menghampiriku. Aku ingin mengenalmu,” jawabnya.

“Oh, hai. Aku Andi, itu tokoku.” Aku mengulurkan tangan kananku untuk menjabat tangannya. Ia menyambut tanganku dengan kedua tangannya yang berselimut sarung tangan. “Lady.”

Keesokan harinya tokoku ramai sekali pengunjung. Tersiar kabar bahwa sang pemilik toko mati bunuh diri. Tadi pagi sekali seseorang menemukan seonggok mayat dengan sebilah pisau di sampingnya. Setelah diperiksa, ditemukan sidik jari sang pemilik toko di pisau itu.

Aku melihat kursi yang terletak di seberang tokoku. Perempuan itu tidak ada, yang ada hanyalah sepasang sarung tangan hitam di ujung kursi. Oh ya, aku baru ingat. Tadi malam ketika aku menghampirinya, aku mencium bau amis darah. Dari baju merahnya. Oh sial, aku terjebak.

Dev
Yogyakarta, 31/5/17

Flash!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang