Fendi adalah seorang perokok aktif. Dia bisa menghabiskan sebungkus rokok dalam sehari. Aku tidak suka melihatnya merokok. Ya, kau pasti tahu betapa bahayanya merokok. Selain itu juga aku pernah terserang flek paru-paru. Aku tidak ingin penyakitku itu kembali karena Fendi, pacarku sendiri.
“Kamu kapan, sih, mau berhenti ngerokok?” tanyaku entah yang keberapa kali.
“Kasih alasan kenapa aku harus berhenti,” jawabnya sambil mengisap rokoknya.
“Rokok itu bahaya. Itu di bungkusnya aja jelas tulisannya, merokok membunuhmu.”
“Kalo aku nggak ngerokok, aku mati, nggak?” tanyanya sambil mengangkat sebelah alisnya kemudian mengembuskan asap rokoknya tepat di mukaku.
“Kamu akan lebih cepet mati kalo kamu ngerokok,” jawabku tegas.
“Buktinya?”
“Kamu yakin mau dibuktiin?” Fendi hanya mengangkat bahunya sambil tersenyum meremehkan.
Aku tidak suka melihat Fendi merokok. Aku pun tidak ingin penyakitku kembali karenanya. Seperti yang kukatakan, Fendi akan lebih cepat mati bila ia merokok.
“Udah kubuktiin, ya, Sayang.” Aku tersenyum puas sambil melihat sebuah rumah yang terbakar karena telah kusiram minyak tanah sebelumnya. Rumah tempat tinggal Fendi, dan ia pasti baru saja merokok.
Dev
Yogyakarta, 1/6/17
KAMU SEDANG MEMBACA
Flash!
Short StoryPercayalah, membaca ini tidak akan menyita waktu yang sangat kau puja itu. Sila jika ingin memberikan satu kata untuk menantang otakku :)