Piala

7 1 1
                                    

Semua orang yang berkerumun menutup hidungnya. Bau anyir dari genangan darah itu sangat menusuk indera penciuman mereka. Di depan mereka tergeletak Rino, siswa yang baru saja dinobatkan sebagai murid teladan tahun ini. Wajahnya sudah tidak tampak tampan seperti seharusnya. Baju seragam putih abu-abu yang masih dikenakannya sudah tidak berwarna putih abu-abu dan rapi seperti biasa dia memakainya. Rino tenggelam oleh darah. Tak jauh dari tempatnya tergeletak, tergeletak pula sebuah piala bertuliskan namanya. Di ujung piala itu terdapat darah yang masih tampak segar.

Polisi kemudian datang beramai-ramai. Suara sirinenya sangat memekakkan telinga. Semua orang yang berkerumun diminta mundur. Polisi segera mengambil tindakan pada tubuh Rino yang sudah tidak bernyawa. Salah satu polisi yang bertubuh besar dan berambut cepak berjalan ke arah piala yang ujungnya berlumur darah. Ia memakai sarung tangan kemudian memeriksanya dengan sebuah alat yang entah apa dan kapan ia mengeluarkannya.

“Cantika Ananda,” ucapnya.

Semua orang menoleh ke belakang, ke arahku. Seketika itu juga aku baru ingat dan menyesal. Aku lupa memakai sarung tangan ketika memukuli Rino dengan pialanya yang seharusnya adalah pialaku.

Dev
Yogyakarta, 24/3/17

Flash!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang