chapter 9

12 2 0
                                    

~HARUKA POV~

Aku sungguh tidak bisa menahan air mataku lagi. Aku sungguh merasa kalau aku seorang sahabat yang payah. Aku tidak bisa melindungi sahabatku sendiri. Tidak seharusnya dia terseret dalam masalahku. Kali ini aku tidak bisa menjelaskan isi perasaanku. Apakah aku harus senang atau aku harus sedih untuk masalah ini? Karena aku Chiko hampir saja mati di tangan orang yang tak ku kenal. Tapi di lain sisi, chiko tersadar dari komanya.

FLASHBACK ON

"CHIKO...... KAU DIMANA? CHIKO..."

Tak ada jawaban. Tak ada tanda tanda kehidupan pada ruang bawah tanah rumah sakit ini. Sunyi. Sunyi sekali untuk sebuah tanda kehidupan. Pada gudang ini aku berkeliling mencari keberadaan Chiko. 5 menit aku mencarinya, dan aku menemukan sebuah bercak merah pada lantai gudang paling pojok. Darah? Darah siapa ini? Terlihat masih segar. Ku tepis pikiran gila ini. Kupanjatkan doa ku untuk Chiko agar ia selamat. Tapi tiba-tiba aku melihat sepotong kaki.

Kaki? Kaki? Kaki siapa ini? Kaki itu terlihat pucat. Sangat pucat untuk seorang manusia. Dan saat ku tarik ternyata itu adalah kaki seorang............... manekin. Dasar sialan aku tertipu. Aku masih berkeliling ke seluruh gudang dan aku tak menemukan siapapun. Hingga ku temukan sebuah tempat misterius. Tempat itu ada di belakang lemari kayu tua. Sebelumnya aku juga merasa ada yang aneh dengan lemari ini. Karena di daerah kenop pintu terdapat cakaran dan darah. Dan darah itu masih baru.

Ku buka paksa pintu ini. Tak ku sangka jika pintu ini sungguh berat. Membutuhkan tenaga ekstra untuk membukanya. Walau susah tapi akhirnya pintu ini bisa ku buka juga. Kutemukan sesosok tubuh kecil lemah tak berdaya dengan sedikit darah di pergelangan tangannya. Yang membuat ku senang bukan karena aku sudah menemukannya tapi karena aku melihat bulan kecil itu terbuka.

"Dasar kau monster." ku peluk badan mungil ini dan menggendongnya menuju tempatnya semula.

Seluruh rasa khwatir ku menghilang setelah mendengar apa yang di katakan oleh dokter yang merawat Chiko. Dia mengatakan jika kondisi Chiko membaik, bahkan hepatoma stadium akhirnya sudah lewat. Dia mengatakan bahwa Chiko sudah bersih dari kanker. Aku sungguh-sungguh tidak bisa menahan rasa senang.

Langsung saja ku hampiri Chiko yang berada di ranjangnya. Dia tersenyum padaku, dia mengisyaratkan jika di sudah seperti semula. Tapi, tiba-tiba satu pemikiran muncul di kepala ku. 'Kenapa dia bisa sembuh dari kanker secepat itu?'

TOK

TOK

TOK

Ketukan pintu terdengar dari ujung ruangan putih besar ini. Dia Takuya, dia membawa sekantong buah-buahan. Yah, walaupun tidak terlalu banyak tapi lumayan lah setidaknya di membawa sesuatu yang bisa diharapkan.

FLASHBACK OFF

Setelah kondisi Chiko membaik, dia sudah mulai seperti biasa, cerewet sekali. Banyak gurauan yang terlontar dari mulut kami. Selera makan Chiko pun telah kembali. Ekspresi wajah Chiko saat makan sangat lucu terlebih pipi gembilnya saat terisi makanan. Dia telihat seperti tupai yang mulutnya terisi penuh kenari.

"Bagaimana kondisimu?" Tanya Takuya dari balik gorden ranjang pasien.

"Ahh baik kok tenang saja" jawab ku santai.

"Aku tidak bertanya padamu gendut, aku bertanya pada Chiko" -_-'

"Haruka bisa kita bicara sebentar? Ada sesuatu yang ingin ku sampaikan."

Wajah Takuya terlihat serius, berarti memang benar ia ingin mengatakan hal yang penting. Tapi, aku masih belum tega meninggalkan Chiko sendiri.

***

Waktu menunjukan pukul 12.00. Hari semakin siang, suasana lorong rumah sakit semakin ramai. Banyak orang berlalu lalang, banyak dari mereka membawa parcel, baik itu buah atau barang lainnya.

~AUTHOR POV~

Alunan angin yang berhembus pelan menyiabakkan surai halus nan lembut seorang laki-laki, begitu polos,dan baik hati namun sangat malang. Ia telah kehilangan banyak kebahagiaannya. Di usianya yang masih tergolong anak kecil, dia sudah melihat kedua orang tuanya di bunuh, tepat dihadapannya. Kemudian kejadian akhir-akhir ini sangat menyakiti hati Haruka. Bagaimana tidak, semua orang yang dekat padanya terancam bahaya.

"Sudahlah yang penting dia baik-baik saja. Jangan lupakan tujuan kita."

"Baiklah. Aku masih ingat kok."

Cukup lama mereka berbincang di taman tersebut muncul seseorang dari arah belakang kami. Dia membawa sebuah kertas kecil.

"Permisi, bisa bertemu dengan anda sebentar? Ada yang ingin saya bicarakan mengenai pasien bernama Chiko."

Langkahnya sedikit lemas mengingat ia belum makan apapun hari ini, ia sampai lupa makan karena Chiko. Memang benar jika Haruka disebut sebagai anak ceroboh. Setelah sampai di ruangan dokter yang merawat Chiko aku langsung mendapat sedikit pernyataan dari sang dokter. Pernyataan bahwa Chiko yang kembali di serang penyakitnya.

"A-apa? Ba-bagaimana bisa, bukannya kemarin kau sudah mengatakan jika di sudah sembuh total?" Ucapnya pada sang dokter.

"Maaf kan saya, tapi kemarin setelah kami melakukan pengecekan ulang kami mendapat bahwa sel kanker saudara Chiko kembali aktif, entah bagaimana tapi..."

"Tapi? Tapi apa dok?"

"Penyakitnya sudah masuk stadium 4, sungguh tidak masuk akal tapi memang ini yang terjadi."

Dunia serasa hancur, disaat harapan yang ia tunggu datang dan tiba tiba pergi begitu saja meninggalkannya. Ingin sekali ia menyalahkan yang bertanggung jawab atas ini, tapi pada siapa? Pada tuhan? Ia tidak pernah mendapat apa yang ia inginkan berjalan semestinya.

***

Halo lama udah nunggu ya? Hehehe udah lama nggak publish. Udah mentok ide Nggak tahu mau di apain lagi.

Rencana sih mau di unpublish tapi masih pikir pikir.

Sori kalo nemu typo ya

Jangan lupa di vote sama di comment ya

INI YANG DIBAWAH
V
V
V

THE LAST RONIN: SHINIGAMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang