Chapter 7

37 8 2
                                    

Hae udah update lagi nih
Ayo baca

Sorry kalo banyak tipo bertebaran

Story begin

“Apa semuanya baik-baik saja? Kenapa kau memanggilnya Takuya? Bukankah namanya Mamoru?”

Dasar bodoh” umpatku dalam hati.

“E-ehh tidak apa. A-aku memanggilnya Takuya karena nama Mamoru terdengar aneh.” ku garuk tengkuk dan tersenyum polos. Ia hanya mengangguk tanda percaya. Suara decit lantai terasa mengganggu kupingku, ya dia Takuya. Dia selalu tahu cara menggangguku. Selama satu tahun ini kami mengalami perubahan, baik dari segi berbicara dan perilaku. Takuya yang dulu kaku sekarang terlihat lebih santai dan dia tidak sinis lagi, tapi selera sarkasmenya bertambah. Tak ku sangka semua terjadi begitu cepat.

Suara ketukan pintu terdengar begitu  kencang entah siapa orang yang tidak punya sopan santun itu.

“Sebentar.”
Ku buka pintu kayu berwarna coklat, dan hasilnya mengejutkan. Setelah ku tahu itu dia, aku langsung membanting pintu karena takut. Ya, dia adalah Kenta. Dia adalah preman di sekolahku, setidaknya itulah julukannya di sekolahku. Disekolah aku sering di bully olehnya hingga badanku luka-luka, tapi aku selalu menutupi semuanya. Aku takut kalau Takuya tahu dia bisa marah dan membunuh Kenta. Jangan lupa dia adalah mantan samurai atau bisa dibilang dia ronin.

Sebelum ku banting, Kenta menahan pintu. Saat dia mendongak nampak wajah babak belur, tangannya pun banyak yang lecet.

“K-kau ke-ke-kenapa? Kenapa kau babak belur?” saat ku tanya dia diam saja. Tiba-tiba, ia membungkuk dan meminta maaf

“Haruka maafkan aku, aku sudah sering bertindak bodoh”

Kau memang bodoh” batinku. Aku sedikit terkikik melihatnya

“Dia kan yang memukul mu? Dasar tidak tahu diri sudah di tolong malah seperti itu” tiba-tiba suara Takuya muncul dari belakang Kenta sambil membawa kantong belanja. Aku mengingat kejadian tadi sepulang sekolah, saat aku dipukuli Kenta di gang dekat sekolah. Apa Takuya melihat ku dipukuli Kenta? Mungkin saja

~Flahback~

“Ryuu ayo cepat pulang nanti kakakmu menunggu lama!” ucapku Chiko sambil membawa 1 kantong roti melon yang ia dekap di dadanya.

“Iya sebentar. Ayo nek hati-hati.”

Saat ini aku sedang membantu seorang nenek yang tidak bisa menyeberang karena takut. Setelah selesai, aku langsung  menghampiri Chiko yang sedari tadi menunggu di bawah lampu penyeberangan. Tapi langkah ku terhenti saat mendengar suara gaduh di belakang ku. Aku berbalik dan melihat, terlihat laki-laki bertubuh tinggi besar memakai seragam sekolah yang sama dengan ku sedang membuat keributan di depan toko yang ku datangi tadi saat membeli roti melon. Saat ku lihat lebih teliti lagi wajah tampan itu menggidikkan bulu roma ku. Ternyata dia Kenta preman sekolah yang sering mengganggu ku, dia sering meminta bekal ku hingga aku hampir mati kelaparan karena waktu itu aku tidak bawa uang dan saat itulah aku bertemu Chiko, dia menawarkan bekalnya untuk ku.

“Pergi kau berandal, jangan mampir ke toko ku kau hanya akan membuat ku sial.” dia terlihat sempoyongan saat di dorong pria penjaga toko tua itu. Pasti dia tadi mabuk. Tiba-tiba dia berlari ke arah ku dan menyeberang sembarangan. Kakinya tersangkut penutup sanitasi di tengah-tengah jalan

Piiiimm Piiiimm

Suara klakson mobil bak berbunyi kencang. Tanpa panjang pikir aku berlari menuju Kenta dan mendorongnya. Dia terjatuh di pinggir jalan. Tanpa kata tanpa ucapan, dia menarik ku menuju gang sepi di dekat sekolah. Dia menjatuhkan ku kasar saat sudah mencapai pojok. Aku meringis kesakitan, telapak tangan ku lecet dan memerah

“Apa kau pikir kau pahlawan? Menolong orang seenak jidatmu aku tidak butuh bantuan mu, aku bisa sendiri”

Dia mengulurkan tangan kanannya padaku. Apa dia baik-baik saja, dia baru saja menolongku berdiri. Ku alih kan pandangan ku ke tangan kirinya yang mengepal. Dan benar saja, dia memukul perut ku. Sontak aku terjatuh dan kembali merasakan sakit.

“Polisi!! polisi!! Polisi!!”

Mendengar ada yang berteriak polisi sontak membuat Kenta kelimpungan, dia bingung harus berbuat apa. Apakah ia akan melanjutkannya atau lari. Saat mendengar suara sirene mendekat, ia lari terbirit-birit.

“Ternyata itu kau, terima kasih kau sudah menyelamatkan ku untuk kesekian kalinya.” Ucapku sambil berdiri.

“Tenang saja aku sudah sering menangani hal seperti ini. Untuk bayarannya nanti saat di rumah mu ya.”
Ku tunjukkan wajah sadis ku padanya, walaupun dia hanya bercanda tapi rasanya kuping ku terasa iritasi setiap dia berkata seperti itu.

“Kau yakin pulang seperti ini? Nanti kakak mu marah jika dia tahu kalau kau dipukuli.”

“Maka dari itu kau diam saja, jangan katakan apa pun di depan kakak ku.”

~Flahback off~

“Sudahlah itu sudah berlalu aku malas mengungkitnya.”

“Ryuu maafkan aku sekarang aku sudah sadar, tadi aku sedang mabuk. Maafkan aku.” Ucapnya sambil membungkukkan badannya padaku. Jujur aku iritasi melihat orang yang seperti ini, bersikap baik jika membutuhkan.

“Sudahlah, ayo masuk kita makan sama-sama.”

“Tidak usah aku sudah ada janji dengan ibuku, aku tidak mau dia menungguku terlalu lama. Terima kasih aku pulang dulu.” Dia membungkukkan badannya lagi dan lari menuju rumah. Kami bertiga masuk ke dalam rumah, perlahan ku dekati Takuya.

“Apa yang kau lakukan padanya? Dia jadi seperti itu.”

“Aku hanya memperlihatkan kan kematiannya. Itu saja tidak lebih.”

“Kau menggunakan kemampuan busuk mu lagi?”

Selesai makan aku mengajak Chiko untuk naik ke atas.

TBC

⛺⛺⛺⛺⛺⛺⛺⛺⛺⛺

Sori kalo slow update
Baru dapet tugas negara✌✌✌
Monggo dilanjut yang mau baca
Di komen dong biar tahu ceritaku di mata kalian, bagus apa nggak

Oke👌👌
Jangan lupa vomment ya
Tong khilap nya

THE LAST RONIN: SHINIGAMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang