Prologue

26 4 0
                                    

Sekolah baru, baiklah...

"Perkenalkan namaku Sania Andira." ucap gadis yang tengah berdiri di depan kelas.

"Sania ini dulunya mengikuti homeschooling tapi sekarang dia memutuskan untuk bersekolah di sekolah formal, di sini." jelas bu guru yang mengantar Sania ke kelasnya. Kemudian ibu itu menengok ke arah Sania, "Nak, sekarang duduklah di kursi yang kosong di sana."

"Terima kasih, Bu." Sania pun berjalan menuju tempat duduknya. Di pojok belakang. Lalu beberapa anak yang duduk di dekatnya, menyambut gembira kedatangannya.

"Hai, Sania, namaku Rosa." ucap gadis yang duduk di sebelah kanan Sania.

"Semoga kamu suka sekolah di sini." ucap cowo yang bernama Gilang.

"Iya, terima kasih."

"Kalau begitu Ibu keluar dulu ya, Nak." Lalu ibu guru yang mengantarkan Sania itu pun menoleh ke arah guru lain yang sedang duduk di kursi guru. "Bu, terima kasih atas waktunya."

Ibu guru yang duduk di kursi guru itu kemudian mengangguk dan tersenyum kepada teman seprofesinya itu. Lalu dia pun kembali memfokuskan diri untuk mengajar, memusatkan perhatian siswa. "Baiklah anak-anak, sekarang buka buku paket biologi halaman 23."

Semuanya pun mulai terfokus dengan pembelajaran yang sedang berlangsung.

Sejam kemudian...

Tiba-tiba ada seorang siswa yang menyelonong masuk ke kelas dan langsung duduk di tempatnya. Di kursi bagian depan.

Melihat tingkah siswa itu, Sania tanpa ragu sedikitpun langsung berdiri dan menegurnya.

"Kamu punya sopan santun enggak? Sudah telat, eh nyelonong gitu aja masuk kelas!"

Seketika itu semua mata tertuju pada Sania. Termasuk bu guru.Kebanyakan dari mereka memberikan tatapan sinis. Hal itu membuat Sania menjadi bingung.

"Ada apa?" tanya Sania pada semua, "Dia memang salah kan?"

Tiba-tiba Rosa menyuruh Sania duduk. "Entar aku jelasin."

Sania pun menuruti kata Rosa. Dia segera duduk dan menahan emosinya. Pembelajaran pun kembali berlanjut.

Saat bel pulang sekolah berbunyi, Sania bergegas mendekati siswa yang tadi datang terlambat. Dia berniat untuk menasihati orang itu. Sania pun mencondongkan badannya ke depan, tepat ke hadapan cowo yang sedang duduk di kursinya itu. Mata mereka pun saling bertemu.  Pada saat itu, tiba-tiba perasaan yang aneh muncul menghampiri Sania. Mungkinkah dia terpesona dengan paras cowo yang keren dan ganteng itu?

Awalnya Sania berpikir untuk mengurungkan niatnya tapi rasa kebijaksanaannya lebih kuat. Akhirnya, dia pun tetap memberikan nasihat pada orang itu.

"Kamu kalau terlambat seharusnya minta maaf sama guru yang ngajar di kelas, jangan main nyelonong aja."

Tapi orang itu tidak menggubris perkataan Sania. Dia bahkan tidak memandang ke arah Sania sedikitpun.

"Kamu dengar enggak!" Sania mulai merasa kesal, "Kalau ada orang ngomong didengerin!"

Cowo itu kemudian memikul tasnya dan berdiri. Dengan sengaja dia pun menyenggolkan tasnya ke badan Sania.

"HEYY!!!" Sania kesal.

Tapi cowo itu tidak menggubris Sania sama sekali. Dia berjalan pergi begitu saja.

Tiba-tiba ada tiga siswi mendekati Sania dengan ekspresi kesal.

"Anak baru jangan sok deh! Kamu itu baru di sini!" ucap Tania.

"Kamu enggak usah deh cari muka di hadapan Adrian, cowo terpopuler di sekolah ini." ucap Greta.

"Owh, jadi namanya Adrian." Sania menambahkan, "Apa karena tampangnya, dia jadi populer?"

"Bukan karena itu saja. Dia juga merupakan murid paling cerdas di sekolah ini. Dia juga punya suara yang bagus."

"Iya. Suaranya itu bikin hati meleleh loh." ucap Dina lebay.

Sania langsung membuang muka, berbicara dengan nada pelan dan penuh keheranan, "Meleleh? Memangnya keju."

"Tapi sudah setahun belakangan ini dia enggak bersuara sedikitpun." Tania mencoba mengingat-ingat. "Sekitar tiga bulan yang lalu, dia ada sih mengeluarkan suara sedikit tapi suaranya kayak enggak jelas gitu."

"Kenapa? Dia bisu ya?" tanya Sania.

"Bukan bisu. Tapi kami juga masih mencari tahu kenapa dia jadi begitu."

"Ya sudah aku pergi dulu."

"Eitzz, mau kemana, urusan kita belum selesai. Ingat ya, Adrian itu milik kami, jadi jangan pernah berpikir sedikitpun untuk mendekatinya."

Sania menampakkan senyumannya. "Sekarang urusannya sudah selesaikan? Aku pergi." Dia pun berjalan dengan santainya menjauhi ketiga cewe itu.

Meet AdrianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang