PART 01

288 71 53
                                    


Delapan tahun yang lalu.     

            Hari pertama tahun ajaran baru dimulai setelah melewati libur panjang untuk tahun ajaran sebelumnya. Kelas III-A Sekolah Dasar Yayasan Malahika dihebohkan oleh siswi pindahan yang berasal dari Kota Medan, bukan karena darimana ia berasal tetapi wajah yang dimiliki oleh sosok tersebut, membuat siswa-siswi di kelas itu mengira dirinya berasal dari Negara di Benua Eropa.

            "Salam kenal teman-teman. Nama saya Ariana Alberty Neversara."

            "But everyone calls me, Ana."

            "Saya pindahan dari SD Prime One School Medan."

            Suasana kelas yang sebelumnya hening menjadi riuh setelah mendengar suara merdu gadis kecil yang sedang berdiri di depan kelas tersebut, mengahadap seluruh siswa-siswi yang ada di dalam kelas tersebut.

            "Sudah, sudah. Jangan ribut." Kata Wali Kelas yang berdiri di samping Ariana.

            "Bu, saya permisi ke toilet sebentar ya." Bisik gadis kecil itu pada wanita paruhbaya di sampingnya.

            Ariana yang sudah berada di luar kelas terlihat gugup karena dirinya tidak tahu harus berjalan ke arah mana untuk menemukan toilet wanita. Mata gadis itu menangkap sesosok lelaki sedang duduk dengan tatapan kosong pada sebuah kursi panjang yang terbuat dari kayu di depan ruangan yang bertuliskan Kelas V-B.

            "Ma...maaf, numpang tanya. Toilet cewe dimana ya, Kak?"

            Lelaki yang mendengar aksen asing dari gadis kecil yang sedang berbicara kepadanya mengubah arah pandangnya yang lurus, ia mendongak dan menatap wajah pemilik suara merdu tersebut. Ia hanya mengarahkan jari telunjuknya sebagai penunjuk arah untuk gadis kecil itu.

            "Makasih, Kak."

            Ariana hanya tersenyum dan berjalan menuju tempat yang ia cari, dan meninggalkan lelaki yang tanpa Ariana ketahui terus menatap kepergiannya.

***

            Setelah pulang sekolah, Ariana pulang menuju rumahnya yang berada di Blok A bersama ojek yang membawanya. Saat gadis kecil itu memasuki rumahnya, ia mendengar teriakan wanita paruhbaya dari arah dapur rumahnya. "Ana, cak kau kasihkan dulu ini sama orang-orang Blok D, nanti apa kali jadinya."

            Translate: "Ana, tolong anterin ini ke tetangga-tetangga di blok D. Nanti keburu basi."

            Ariana yang mendengar teriakan Sarah Anggita Harahap, Mamanya, dari arah dapur, meletakkan tas ranselnya di sofa ruang tamu dan berjalan menuju dapur. Ia berdiri dan melihat wanita paruhbaya tersebut sedang mengeluarkan kotak-kotak yang betuliskan Bolu Meranti Oleh-oleh Khas Kota Medan dari dalam sebuah kardus dengan ukuran besar.

            "Princess-nya baru pulang itu harusnya ditanya 'Cemana di sekolah tadi?' Gitu loh, Mama." Kata Ariana dengan cemberut.

            "Udahlah, cepat. Jangan menjawab aja kalau Mama kasih tau."

            Translate: "Udah, buruan. Jangan ngedumbel kalau Mama minta tolong."

            Gadis kecil mengambil bungkusan tersebut dan dengan langkah berat meninggalkan dapur. Ia menutup gerbang rumahnya dan berjalan menuju kawasan Blok D. Setelah sepuluh menit berjalan, langkah gadis kecil itu berhenti di salah satu rumah di Blok tersebut, rumah yang bertuliskan angka sebelas di samping gerbang rumah itu.

            Ariana menekan bell yang ada di samping gerbang namun tidak ada satupun sosok yang menampakkan diri dari balik gerbang itu.

            Setelah tiga menit, Ariana kecil yakin kalau tidak ada satupun orang di dalam rumah itu dan ia sudah membalikkan tubuhnya untuk meninggalkan gerbang rumah itu.

            "Maaf. Cari siapa, ya?" Tanya seorang lelaki kecil dari balik punggung Ariana.

            Ariana membalikkan tubuhnya. "Loh. Ini Kakak yang tadi, bukan?" Tanya Ariana sambil memicingkan kedua matanya.

            Lelaki kecil itu diam tidak bergeming sehingga dirinya tidak mendengar perkataan gadis kecil yang berada di hadapannya.

            "Kak?" Tanya Ariana sekali lagi sambil melambai-labaikan tangannya di depan wajah lelaki yang sedang menatap serius wajahnya.

            "Eh, iya." Jawab lelaki kecil itu dengan gugup karena dirinya tepesona oleh mata hazel yang dimiliki gadis kecil masih berdiri di hadapannya.

            "Kakak yang tadi, kan?"

            "Iya." Kata lelaki kecil itu dengan salah tingkah. "Kamu bukan orang sini, ya? Cara ngomongnya beda." Tanya lelaki kecil itu sekali lagi.

            "Ana dari medan, Kak. Baru aja kemarin siang tinggal di blok A." Jawab Ariana dan tersenyum polos memperlihatkan giginya yang tersusun rapi.

            "Ana?"

            "Iya. Nama aku Ariana. Kakak siapa?" Tanya gadis kecil itu sambil menjulurkan salah satu tangannya yang tidak membawa bingkisan.

            "Aku Bulek." Kata lelaki kecil itu dengan spontan. Ia menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal dan berkata, "Ma..maksud aku, Galing. Galing Putra Gelawa Malahika."

            "Panggil aja Galing." Kata lelaki kecil itu dan  membalas uluran tangan gadis kecil yang di hadapannya. "Aku boleh panggil kamu Bulek?"

            Ariana hanya memberi anggukan sebagai jawaban dari pertanyaan lelaki di hadapannya, yang belum melepaskan uluran tangan kecilnya dari genggaman tangan lelaki itu.

            Galing yang tersadar langsung melepaskan tangan Ariana yang dengan wajah gugup menatap dirinya.

                Dan dari sanalah semuanya bermulai.

TE IUBESCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang