Sebuah Nama

34 5 3
                                    

KLING... KLING...

Suara lonceng yang terpasang pada pintu cafe ketika gadis itu masuk kedalam cafe es krim milik bu Sukma.

"Hufftt.." gadis itu duduk ke kursi dekat meja kasir dengan wajah cemberut.

"Loh kok cepet banget baliknya sayang?" Tanya Bu Sukma pada anaknya.

Ya, gadis itu adalah anak semata wayang dari Bu Sukma, pemilik cafe es krim. Gadis tersebut bernama Intan Saraswati. Sejak SMP, ia memang tidak tinggal bersama ibunya di kota Balikpapan, melainkan bersekolah dan kuliah di Semarang dan juga Bandung. Ia selalu mendapatkan Beasiswa sejak duduk di bangku SMP. Maklum saja, jika tidak mengandalkan Beasiswa ia tidak mampu untuk bisa sekolah dan kuliah di tempat ternama. Ayahnya yang telah meninggal dunia ketika ia bayi, dan juga penghasilan ibunya yang tidak seberapa dari cafe es krim tersebut, memaksa ia untuk bisa terus mendapatkan Beasiswa agar dapat melanjutkan pendidikannya.

Setelah wisuda dan mendapatkan gelar S1, ia kembali ke kota Balikpapan menemani ibunya untuk manjaga cafe es krim keluarganya tersebut. Cafe es krim tersebut telah lama berdiri, sejak pertama kali ayah dan ibunya Intan menikah. Dan Intan adalah satu-satunya anak yang akan melanjutkan usaha orang tuanya tersebut.

"Anak ibu kok cemberut?" Bu Sukma duduk dan membelai rambut Intan.
"Nggak jadi bagiin es krimnya ke panti?" Lanjut bu Sukma sambil memeluk anaknya dengan satu tangan dari samping.

"Nggak jadi bu.. es krimnya jatuh, tadi Intan ditabrak" jawab intan dengan wajah sedih.

Intan tampak sedih karena gagal membagikan es krim kepada anak-anak panti. Intan adalah gadis yang sangat menyukai anak kecil. Hampir setiap hari, ia menghabiskan waktunya bersama anak-anak. Entah itu membagikan es krim, balon ataupun berbagi cerita dongeng dan bermain bersama mereka. Oleh karena itulah di cafe tersebut, sejak kedatangan Intan banyak sekali dekorasi-dekorasi balon yang terpasang.

"Ketabrak? Kok bisa sayang?" Bu Sukma kaget dan melihati Intan dari kepala sampai ujung kaki. "Kamu nggak kenapa napa kan sayang?"

"Intan gakpapa kok bu, cuma es krimnya aja yang jatuh, sama sepedanya rusak. Gak tau bisa dibenerin lagi atau nggak." Intan menatap ibunya mencoba meyakinkan.

"Trus yang nabrak kamu gimana?"

"Nah itu dia bu, Intan kesel banget sama tuh cowok. Tadi dia malah kabur" jawab Intan dengan halus namun wajahnya masih terlihat kesal.
"Yang nabrak Intan itu loh bu, yang kemarin datang kesini tapi kejatuhan balonnya Intan. Trus marah-marah gak jelas"

"Alvaro?"

"Iya itu lah pokoknya bu. Ibu kok bisa kenal sih?" Intan berdiri dan berjalan ke rak gelas, mengelap semua gelas-gelas es krim.

"Masa kamu lupa sih.. dia kan Alvaro.. teman SD kamu dulu" bu Sukma sambil berjalan menuju meja-meja cafe untuk dibersihkan.

"Alvaro??" Intan tiba-tiba diam seperti mengingat sesuatu. "Anaknya om wijaya?"

"Iya, mereka sering loh datang kesini, apalagi Alvaro.." bu Sukma membawa gelas-gelas dari meja ke tempat cucian. "..hampir tiap hari dia kesini"

"Ngapain Al kesini bu?"

"Ya makan es krim lah sayang, dia kan suka makan es krim dari kecil. Apalagi dulu waktu deket sama kamu" bu sukma berbicara sambil mencuci gelas, membelakangi Intan. "Nanti sore Al sama Bagas mau datang kesini, ibu tadi nelpon tante Risma, mamanya Al. Ibu bilang kalo kamu sudah balik dari bandung. Om wijaya sama tante lagi sibuk, jadi Al cuma berdua aja sama Bagas. Pasti mereka lupa deh sama kamu" ibunya Intan tersenyum.

"Iya lah lupa, kemarin aja Al nggak ngenalin Intan gitu waktu marah-marah" Intan memanyunkan bibirnya. Bu Sukma pun memeluk anaknya untuk menghibur. "Anaknya ibu kan sudah tumbuh jadi wanita cantik, makanya Al sampai gak kenal gitu kemarin. Tapi pasti nanti mereka ingat kok" tersenyum pada Intan.

BALON CANTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang