Saya terlalu jatuh cinta pada kamu. Saya seolah tak peduli dengan apa yang kamu lakukan terhadap saya.
Saya diam bukan berarti bisu. Saya diam hanya karena saya masih ingin mengalah untuk memertahankan hubungan ini.
Saya tak bisa membayangkan ketika diri saya terbawa oleh amarah, lalu saya memarahi kamu yang selalu berlaku seenaknya terhadap saya.
Mungkin saat itu adalah saat dimana kamu juga akan lebih marah dan mengakhiri hubungan ini. Atau..
Atau kamu menyesal dan meminta maaf kepada saya?
Ah itu rasanya tak mungkin.
Saya masih ingat saat kamu yang bersikap manis kepada saya dulu. Dan saya masih berharap kamu akan kembali pada sifatmu itu.
Saya hanya rindu kepada kamu. Kenangan kita. Saya rindu.
Kadang saya ingin bertanya. Apa semua laki-laki itu sama? Manis di awal lalu ketika di belakang menjadi pahit?
Saya juga sering berfikir. Sebenarnya apa yang ada di otak laki-laki yang mempunyai sifat seenaknya seperti itu?
Tantangan? Merasa tertantang karena belum berhasil mendapat wanita yang ia mau? Lalu ketika dapat dan bosan di campakkan begitu saja?
Miris.
Saya masih tetap disini. Di belakang kamu untuk tetap mendukung semua impian kamu. Dengan harapan kamu akan menengok ke arah saya. Memamerkan senyum terindah yang kamu punya seperti dulu. Lalu kita bahagia bersama.