9.

675 126 4
                                    

Setelah Mark menyuruh Jisoo keluar dari kamar rawatnya, Jinyoung sedari tadi menyuap makan siangnya dengan ada niat sama sekali. Dalam kata lain, berisik.

Ia selalu saja menciptakan suara dentingan saat ingin menyuap sesendok nasi dan sukses membuat Mark yang sedang memainkan ponselnya mengeluarkan protes. "Jinyoung, lo mau gue suapin aja?" Tanya nya.

Jinyoung tersenyum, lalu menggeleng. Ia menyuap makan siangnya itu tanpa memutus eyecontact dengan Mark, "Hyung kenapa pulang?" Tanya nya. Mark tersentak dengan pertanyaan Jinyoung, ia kembali duduk dan menghadap kearah adiknya itu.

"Kelas belum mulai. Daripada bosen, jadi gue pulang dulu," jawab Mark. Jinyoung hanya mengangguk, ia menyuap kembali makan siangnya, "Terus, kapan pulang lagi?"

Mark terlihat sedang berpikir, sebelum menjawab, "Kalo lo nya sering berobat dan nurut apa kata dokter, gue pasti pulang setelah lo sembuh." Mendengar jawaban Mark, kedua mata Jinyoung langsung berbinar.

Jinyoung menaruh nampan makan siangnya itu diatas meja dan menangkup wajahnya sembari menatap Mark, "Hyung mau liat gue sembuh?" Mark mengangguk mantap, "Lo wajib sembuh, Jinyoung."

Kedua mata Jinyoung semakin berbinar sampai-sampai membuat Mark ingin muntah, "Lo mau apaan sih? Jangan kode-kode pake mata begitu."

Nah, peka juga ternyata, Jinyoung menegakkan badan nya, "Gue mau Jisoo yang nemenin gue."

Jinyoung yakin seyakin-yakin nya kalau Mark benar-benar bingung. Tapi, Jinyoung benar-benar ingin Jisoo yang menemaninya selama di rumah sakit. "Jisoo who?" Pertanyaan Mark sukses membuat ekspresi Jinyoung berubah.

"Jisoo yang tadi," Mark masih bingung.

"Yang suster gue," Mark pun memperlihatkan ekspresi mengertinya, "Ohhh yang tadi." Jinyoung mengangguk dan ia mengharapkan balasan yang lebih dari seorang Mark Tuan.

Tapi memang realita itu lebih pahit ya.

Mark kembali fokus dengan ponselnya, meninggalkan Jinyoung yang mengerang. "IHHHH HYUNG MAU GUE SEMBUH KANNNN?" Tanya Jinyoung sekali lagi, sekarang ditambah dengan dirinya mencoba untuk merobohkan ranjang rumah sakit.

Mark dengan sigap berlari dan menahan Jinyoung untuk melakukan hal itu, "Sejak kapan lo mau ditemenin cewe?" Tanya nya. Jinyoung kembali diam, ia mengerucutkan mulutnya, "Sejak lo ngusir dia."

"Oke, gue ngusir dia karena gue tau lo mandiri. Bisa makan sendiri, kan?" Jinyoung menggelengkan kepalanya yang sukses membuat Mark memukul kepala adiknya itu, mau tidak mau.

Sepertinya pukulan Mark dikepalanya tidak membuat Jinyoung lengah, "Ayolah, hyung," lirih Jinyoung. Mark membulatkan kedua matanya, ia mengambil beberapa langkah mundur. Sampai-sampai ia hampir jatuh karena menabrak rak yang ada dibelakangnya.

Harusnya Jinyoung senang bisa membuat Mark luluh, tapi ekspresi Mark tidak memperlihatkan bahwa ia luluh dengan Jinyoung.

Melainkan, ia merasa takut.

Mark menggelengkan kepalanya, "Gue keluar sebentar."

"Eh? Hyung mau ke—" perkataan Jinyoung berhenti dengan suara bantingan pintu. Ada yang enggak beres, batin nya.

.

Kalau Jisoo tidak punya rasa kasihan, pasti dia sudah berlari dan meninggalkan Junmyeon di kebun demi ke ruangan Jinyoung.

Jadi, disela orientasi Jisoo kepada Junmyeon, ia mendapat panggilan dari Nayeon bahwa seorang laki-laki bernama Mork? Mike? Mark? Entahlah siapa, mencari dirinya.

Jisoo bertanya lagi, siapa dia?

Dan saat Nayeon menjawab, kakaknya Jinyoung. Seketika Jisoo langsung berubah menjadi Usain Bolt dan berniat untuk berlari secepat mungkin menuju ruangan Jinyoung.

Pertanyaan nya, kenapa dia tidak berlari?

Karena Nayeon bilang bahwa ia harus membawa Junmyeon ke ruangan Jinyoung, dikarenakan Jinyoung adalah pasien Shinhye, Junmyeon juga harus tau siapa saja yang diobati oleh boss nya itu.

Sekarang, Jisoo sedang menggenggam gagang pintu kamar Jinyoung. Dengan kepala menunduk, ia berdoa agar semuanya dilancarkan, jangan sampai ia keceplosan marah-marah ke kakaknya Jinyoung tentang dirinya yang tidak terima waktu diusir oleh beliau.

"Jisoo?" Junmyeon memanggil, "Kita enggak masuk?"

Sepertinya Jisoo lupa kalau Junmyeon masih bersama dirinya. Jisoo hanya membalas dengan senyuman tipis, lalu membuka pintu kamar rawat tersebut. Shinhye dan Mark langsung mengunci pandangan mereka kearah Jisoo yang benar-benar speechless diambang pintu.

Junmyeon memperkenalkan dirinya terlebih dahulu, setelah itu Jisoo—tapi, Mark menahan dirinya. "Saya udah tau kok. Jinyoung mau ditemenin sama kamu," potong Mark tiba-tiba.

Jisoo benar-benar tercengang, ia menoleh kearah Jinyoung yang sudah mengukir senyum jahil dimulutnya. Ia menepuk kasurnya beberapa kali sembari berbisik, "Jisoo sini."

Wajah Jisoo benar-benar merah, ia tahu kalau wajahnya akan berubah dengan mendengar suara tawa kecil Shinhye di belakangnya. Mark? Ia hanya menghembuskan napas pasrah sebelum bertanya kepada sang dokter, "Jinyoung kapan terapi lagi?"

"Menurut jadwal, dia akan melakukan terapi kedua pada esok hari," jawab Shinhye. Seingat Jisoo, Jinyoung benci dengan terapi. Sekarang? Ia malah melihat laki-laki itu bertepuk tangan semangat dan berseru, "YEAY BISA KE KEBUN LAGI BARENG JISOO!"

Jisoo tidak tahan lagi, "Maaf, boleh saya keluar saja?"

"Enggak," Mark dan Jinyoung menjawab dengan bersamaan. Jisoo langsung mengunci mulutnya kembali.

Melihat Jisoo yang langsung terdiam, Jinyoung pun kembali tersenyum jahil, "Jisoo siniiiiii."

Jisoo bersumpah akan membunuh pasien yang satu ini.

ㅡ끝.
mampus pendek HAHAHAAHA.

fool x jinyoung✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang