Keesokan harinya, Jisoo kembali datang menjenguk Jinyoung. Seharusnya Jisoo pergi ke kampus untuk bertanya tentang jadwal untuk S2 nya nanti, tapi karena kebodohan Nayeon—yang memberikan nomor ponselnya kepada Jinyoung—Jisoo pun tidak jadi ke kampus.
Isi pesan dari Jinyoung tidak jauh beda dengan gaya bicaranya. Contohnya:
Ji, lagi apa?
Ji, Mark hyung ngeselin
Percaya enggak gue sendirian sekarang?
Yugyeom sama Bambam nanyain
Lo tinggal sendiri? Kasian
Jisoo pasti punya niat untuk memukul kepala lelaki ini waktu ketemu, pasti ada.
Tetapi disini lah Jisoo, duduk diatas tempat tidur Jinyoung pada hari Jumat.
"Lo tahu kalo gue bakal diusir dari kamar lo sama kakak lo sendiri?" Tanya Jisoo sembari memakan bibimbap nya. Jinyoung mengangguk pelan, tangan nya perlahan menuju pergelangan tangan Jisoo dan menggenggamnya.
Yang digenggam hanya bisa terdiam, dengan bibimbap yang masih ada dimulutnya dan belum ia kunyah. Jinyoung mengangkat kepalanya untuk menatap wajah Jisoo, tapi momen indah itu pecah karena Jinyoung tertawa.
"Muka lo jelek banget," kalimat itu yang keluar dari mulut Jinyoung.
Merasa di-phpin, Jisoo hanya memukul kepala Jinyoung, "Aw, sakit," ringis lelaki itu. Jisoo hanya membalas dengan juluran lidah, "Bodoamat."
Beberapa menit kemudian, Nayeon masuk dengan to do list di tangan kanan nya (yang dulu milik Jisoo). Jinyoung memang ada jadwal untuk terapi stage terakhir, karena ia sudah bisa berjalan lebih dari 10 langkah.
Tapi saat Nayeon masuk, Jinyoung malah memeluk Jisoo. Enggan melepas badan kecil perempuan itu yang sukses membuat Nayeon tertawa kecil. "Lo jangan sampe jatoh sama dia kalo kayak gini," Jisoo melirik Jinyoung sedikit, "Moody nya enggak ketulungan."
Jinyoung mengerang dan mengeratkan pelukan nya, "Gue mau terapi sama Jisoo." Jisoo hanya memutar matanya malas dan mencoba untuk melepas kedua tangan Jinyoung dari badan nya, "Udah ambil aja ni anak."
"Coba lo lepas tangan dia dulu, Ji," ternyata Nayeon sekongkol dengan Jinyoung bung.
Jisoo melempar death glare-nya kepada Nayeon. Ia pun mengambil napas sebanyak-banyaknya sebelum menoleh kembali kearah Jinyoung. Lelaki itu sedang mengerucutkan bibirnya, Jisoo benar-benar ingin memukul pasien ini.
Tapi kedua tangan Jisoo malah menangkup wajah pucat Jinyoung, mencoba untuk memaksa Jinyoung menatap kedua matanya. Tahap selanjutnya akan membuat Jisoo malu dan teriak sembari ditutupi bantal saat ia pulang nanti.
Jisoo mencium kening Jinyoung sembari berkata, "Sana terapi dulu." Ia bisa mendengar suara teriakan kecil Nayeon dibelakang. Setelah itu, Jinyoung langsung menjauhkan wajahnya dan menatap Jisoo dengan tatapan yang membingungkan.
Beberapa kali lelaki itu mengerjapkan kedua matanya, mencoba untuk menyadari bahwa apa yang Jisoo lakukan tadi itu mimpi atau tidak. Beberapa menit kemudian, Jinyoung tersenyum sampai membuat kedua matanya hilang dan kerutan disekitar matanya muncul.
"Siap, bosku," Jinyoung mengecup pipi Jisoo dengan cepat sebelum turun dari ranjangnya tersebut.
Jisoo? Dia pingsan bosku.
Engga deng boong, perempuan itu hanya tersenyum manis. Sedangkan hatinya lagi bungee jumping.
.
Jisoo memilih untuk membunuh dirinya sendiri.
Bagaimana? Dengan menekan angka 8 di tombol lift.
Entah darimana niat ini datang, tapi Jisoo ingin melihat keadaan pasien kamar 816.
Dengan sebuah es teh manis yang baru saja ia beli di tangan kirinya, Jisoo berjalan menuju meja resepsionis lantai 8. Ia menyebutkan nama pasien tersebut dan suster berkata kalau pasien kamar 816 sedang ada tamu.
Palingan juga Mark, batin Jisoo. Ia pun mengangguk dan mulai berjalan menuju kamar 816.
Langkah Jisoo malah berhenti saat melihat seseorang yang sedang menyender di dinding dekat kamar 816. Dengan celana jeans hitam ketat, hoodie berwarna kuning pastel, Jisoo bisa mengetahui orang itu siapa.
Jadi, ia memutuskan untuk membalikkan badan nya dan berjalan menuju tempat dimana lift yang baru saja ia naiki berada.
Tetapi, tangan nya sudah digenggam oleh orang itu yang langsung menariknya menuju kamar 816. Jisoo berusaha untuk melepas genggaman itu, tetapi kekuatan dari orang yang didepan nya ternyata lebih kuat.
"Mark, lepasin," bisik Jisoo yang sepertinya sudah kesakitan. Didepan kamar 816, Mark melepas genggaman nya dan menatap Jisoo yang sedang meringis kesakitan. "Lo enggak pernah lembut sama cewek apa?" Tanya Jisoo.
"Cewek yang gue lembutin lagi di Jerman," Jisoo pun terdiam. Mark menghembuskan napas lega, "Untung lo disini."
Jisoo mengangkat sebelah alisnya bingung, "Maksudnya?" Jisoo kira Mark akan menariknya keluar dari rumah sakit atau kembali melaporkan nya kepada Shinhye. Mark mencoba mengatur napasnya terlebih dahulu, sebelum bercerita kepada Jisoo.
Apa yang Jisoo dengar dari Mark kalau Jinyoung baru saja bercerita tentang berita kecelakaan itu lagi. Mark juga bercerita kalau Jinyoung akhir-akhir ini berlaku aneh, seperti seseorang memberi petunjuk kepada dia.
"Dia ada di lantai 8 malem-malem," cerita Mark. Lelaki itu mengacak-acak rambut gelapnya, "Gue berusaha buat bikin dia tenang. Karena kalo dia tau soal dia—" Mark menunjuk pintu kamar 816, "—Jinyoung pasti bakal pingsan dan dia berpotensi buat koma lagi."
Jisoo membulatkan kedua matanya, "Hah? Koma lagi?" Mark mengangguk. Sekarang, Jisoo pun tau alasan Mark mencoba untuk menyembunyikan tentang ini. Jisoo yang tidak tau apa-apa, menjatuhkan badan nya keatas lantai.
Perempuan itu mulai menangis, yang sukses membuat Mark panik. "Eh, kok lo nangis?" Tanya Mark sembari menyeka airmata Jisoo. "Maafin gue—" airmata Jisoo jatuh ke hoodie Mark, "—Kalo gue enggak masuk ke kamar itu, masalahnya pasti enggak bakal kayak gini."
Mark mencoba menenangkan Jisoo, "Akhirnya lo sadar juga." Tetapi, ia malah mendapatkan pukulan dari Jisoo. "Udah enggak usah dipikirin lagi. Makanya sekarang, gue minta lo selalu ada disisi Jinyoung sampai waktu dimana gue bisa ngasih tau dia soal ini," Jisoo mengangkat kepalanya, agar ia bisa menatap kedua mata Mark.
"Lo ngajakin gue kerja sama?" Tanya Jisoo. Mark mengangguk, "Gue sadar, lo yang bikin Jinyoung bahagia selama ini." Mendengar perkataan Mark, Jisoo seperti terbang ke langit ke-7.
Akhirnya gue dinotice, batin Jisoo bahagia.
Suara pintu kamar dibuka membuat Jisoo dan Mark langsung berdiri. Mereka menoleh kearah pintu kamar 816 yang memperlihatkan sepasang suami-istri. Sang istri menatap Mark dan Jisoo bergantian sebelum menyapa mereka, "Annyeonghaseyo."
Jisoo membalas sapaan nya, "Annyeonghaseyo."
"Mark, dia siapa?" Tanya perempuan paruh baya tersebut. Jisoo melirik Mark yang kelihatan nya gelagapan, bingung ingin menjawab apa. "Aku temen nya Mark," bohong Jisoo. Mark terlihat menghembuskan napas lega disamping Jisoo.
Perempuan itu terlihat senang, "Kamu juga mau ngejenguk Jinyoung?" Sekarang, Jisoo yang bingung menjawab apa. Tangan nya menyenggol lengan Mark dan yang disenggol langsung peka, "Ya, tante. Jisoo juga mau ngejenguk Jinyoung."
Sekarang, sang suami yang membuka mulutnya, "Kalau begitu, ayo bareng." Jisoo bisa melihat laki-laki itu menatap Mark, "Kamu duluan, nak."
Mark langsung menarik tangan Jisoo, mereka berdua berjalan lebih dulu menuju kamar Jinyoung. Jisoo menyempatkan untuk bertanya dengan bisikan, "Mereka siapa?" Mark menelan ludahnya gugup sebelum menjawab, "Orangtuanya Jaebum."
ㅡ끝.
gue ganyangka fool banyak yg baca..........
BTW UDH MAU SELESAI LOH HEHE.
KAMU SEDANG MEMBACA
fool x jinyoung✔
Fanfic[BOOK 3 of GOT7 Story] ;94 Everyone knows his not a fool, so why are they keep fooling him? ㅡ là, 2017.