10.

664 133 5
                                    

Inget soal pernyataan Jisoo tentang perasaan Jinyoung yang tidak bisa dibaca? Tolong itu diingat karena Jisoo kembali lagi tertipu dengan perasaan itu.

Inget dengan kelakuan manja Jinyoung tadi siang? Tebak saja, semuanya itu hilang setelah Mark pulang.

Seperti semuanya kembali normal.

Tidak ada Jinyoung yang manja, adanya Jinyoung yang diam sembari disuapi makan malam oleh Jisoo dan sibuk menonton tv.

Jisoo sesekali menyuapi Jinyoung dengan porsi nasi yang besar, sampai-sampai Jinyoung menjauhkan bibirnya dari sendok. "Lo niat enggak sih nyuapin gue?" Tanya nya dengan tatapan sensi.

"Mending lo makan sendiri dan biarin gue pulang," Jisoo menaruh nampan makan malam Jinyoung, "Daripada gue disini ngeliatin lo nonton tv kayak orang bego."

Jinyoung terlihat kaget, "Wah, akhirnya nyadar juga." Jisoo benar-benar sudah muak dengan Jinyoung, ia pun berjalan menuju sofa dan meraih tasnya. "Lah, lo mau kemana?" Tanya sang pasien.

Jisoo melirik Jinyoung sekilas dan ia berjalan menuju pintu, "Lo tahu kan sekarang tuh udah jam 11."

Damn it, benar saja. Saat Jisoo membuka pintu kamar Jinyoung, lorong rumah sakit itu sudah sedikit gelap dan hanya memancarkan cahaya di daerah sekitar resepsionis. Selain itu? Gelap total.

Kalau Jisoo punya tekad yang kuat, ia akan berlari menyusuri lorong tersebut dan pulang dengan kecepatan kakinya. Sayangnya, tekad Jisoo sudah menurun karena melihat seberapa gelapnya rumah sakit tempat ia kerja saat malam.

Jadi, Jisoo kembali mundur dan menaruh tasnya kembali diatas sofa. Jinyoung yang tadinya panik takut Jisoo pulang pun kembali menyenderkan kepalanya ke bantal ranjangnya. "Lo tuh maunya apa sih?" Tanya Jisoo.

Jinyoung mengangkat sebelah alisnya, "Tadi siang lo manja abis-abisan sampe bikin gue malu didepan Junmyeon—"

"Oh, namanya Junmyeon?" Potong Jinyoung tiba-tiba. Jisoo mengangguk, ia tidak peduli dengan tatapan aneh Jinyoung, "Lo bikin gue malu juga didepan kakak lo, siapa itu? Mark ya?" Jinyoung mengangguk.

Jisoo mengerang, "Terus maksud lo apa nyuruh gue deket-deket lo sambil nepuk-nepuk kasur? Lo mau gue tidur disitu?" Tanpa berpikir dua kali, Jinyoung mengangguk.

Hah?

"Gue enggak bakal jatoh ke perasaan moody lo, Park Jinyoung," ucap Jisoo. "Lo kenapa sih? Gue tuh cuman nyuruh lo tidur disini soalnya kalo lo tidur di sofa tuh bakal pilek," balas Jinyoung ketus, "Youngjae selalu sakit kalo tidur di sofa, angina ac nya tuh langsung kearah sofa."

Seketika Jisoo speechless, enggak mungkin Jinyoung bakal ngebohongin dia dengan beberapa fakta tentang angin ac. Jinyoung membalikkan badan nya menghadap ke jendela, bersiap-siap untuk tidur, "Kalau lo enggak mau, ya yaudah. Siap-siap aja besok pilek."

Suster magang itu pun menggelengkan kepalanya, mencoba untuk mandiri. "Yaudah gue tidur di sofa," ujarnya yang tidak mendapat balasan dari Jinyoung. Jisoo hanya bisa mendengar suara napas yang berderu didalam tidur pasien nya itu.

Ia pun berdiri dan mengambil selimut yang ia dapatkan dari ruang peralatan untuk kamar rawat. Selimut rumah sakit cukup tebal dan membuat Jisoo yakin kalau besok ia tidak akan terkena pilek, ia harus fit dan sehat karena ia harus kembali menemani Jinyoung melakukan terapi.

.

"HUAAACCCHUUUUU!"

Jinyoung tersenyum sembari meminum tehnya, "Selamat pagi Kim Jisoo."

Jisoo mencoba untuk menyembunyikan hidung merahnya dari Jinyoung, persetan dengan sofa dan angina ac. "Gue kira lo bakal tidur disebelah gue," Jinyoung membuka mulutnya agar Jisoo menyuapkan daging sapi itu, "Ternyata kekeuh aja mau di sofa."

"Gue enggak tahu. Lagian juga ngapain gue tidur di sebelah lo, mau bikin gue dipecat dari sini?" Tanya Jisoo sembari mengaduk nasi yang ada di mangkuk tersebut.

Jinyoung menalan daging yang ia kunyah tadi, "Kalo lo dipecat, lebih enak dong jenguk gue nya." Jisoo mendongak dan menatap kedua mata Jinyoung, "Lo enggak usah nunggu waktu jam gue makan atau waktu gue mencet bel. Tinggal ke resepsionis, kamar 716, dan lo ada di kamar gue."

Udah gila kali ni orang, batin Jisoo yang sibuk menyuapi Jinyoung dengan kuah sup. Jinyoung menggenggam sendok yang berisi kuah sup itu dan membalikkan nya kearah Jisoo—yang otomatis membuka mulutnya.

"Lo belum sarapan, kan?" Jisoo menelan kuah sup itu dan mengangguk. Jinyoung bergeser ke kanan, memperlihatkan sebuah ruang diatas ranjangnya yang mungkin pas untuk Jisoo duduk sebentar disebelahnya.

Jisoo menatap Jinyoung dengan kebingungan, "Enggak baik makan sambil berdiri." Jinyoung menarik pelan lengan Jisoo dan membiarkan perempuan itu duduk bersender ke dinding ranjang rumah sakit.

Kaki Jisoo terlihat lebih pendek daripada kaki Jinyoung, ia bisa melihat perbedaan itu walaupun kaki Jinyoung masih terbaluti selimut. "Seenggaknya lo bisa jalan," celetuk Jinyoung yang sepertinya tahu apa yang ada di pikiran Jisoo.

"Ngomong-ngomong soal jalan," Jinyoung menoleh kearah Jisoo, "Sebentar lagi jam terapi." Jinyoung mengangguk sembari menatap lurus kearah tv yang masih menyala, kalau Jisoo berpikiran laki-laki yang disebelahnya itu sedang gugup, mungkin kebenaran nya hanya 10%.

"Lo nemenin gue, kan?" Tanya Jinyoung. Jisoo mengangguk mantap, sebelum ia bersin kembali.

Jinyoung memperlihatkan ekspresi sedihnya (lebih ke mengejek sih), "Lo batu sih. Suruh tidur di samping gue masih aja—"

"Iya gue salah, bawel banget," sungut Jisoo sembari mencoba untuk meminum air hangat sebanyak-banyaknya. Jinyoung hanya tertawa kecil, ia pun meminta Jisoo untuk menarik kursi rodanya.

Tanpa ada adegan berantem, Jinyoung duduk di kursi rodanya dan membiarkan Jisoo mendorongnya menuju ruangan terapi. Jinyoung benar-benar ingin sembuh, kalau Jisoo yang menemaninya.

ㅡ끝.
bentar lg diamond edge y:)

fool x jinyoung✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang