"Matematika C, Biologi C-, Fisika C, Sejarah B-, dan yang mom lihat hanya ada nilai A dalam pelajaran musik dan seni. Samara ini sungguh keterlaluan, apa yang kamu pikirkan hingga mendapatkan nilai seburuk ini? Musik saja terus yang kau pikirkan, mom sangat kecewa!" gumam mom tiada henti akibat melihat nilai rapotku semester ini.
Kaya dari dulu nilai rapot ku bagus saja, dari dulu juga nilai rapotku seperti ini dan tak ada yang berubah. Musik akan selalu mendapat nilai A, because music is my life. Aku bisa bermain beberapa alat musik seperti gitar, piano, drum, dan biola. Semua itu benar - benar ku pelajari dari kecil. Dad selalu mendukung ku untuk terus belajar musik, sangat berbeda dengan mom.
Mom pun membanting rapotku diatas meja dan keluar dari kamarku, aku yang melihatnya pun hanya mengedikkan bahu seraya mengunyah permen karet yang ku makan disela - sela omelan momku. Rasanya mau dimarahin seribu kali pun tak akan mempan terhadapku, kebal sama omelan mom. Dari tahun ke tahun omelannya pasti selalu sama, hanya karena nilai akademisku jelek. Ga bisa apa ya dia senang sedikit karena nilai musikku yang mendapatkan nilai A. Bukannya harusnya seorang mom itu mendukung apapun yang dilakukkan anaknya ya, tapi ini justru kebalikannya.
Saat pikiran ku sedang berkeliaran memikirkan mom, dering handphoneku menyadarkan ku kembali ke dunia nyata. Saat ku lihat ke layar tertera nama "Lisa" disana. Huh, dia lagi. Akhirnya aku pun hanya membiarkan handphone itu terus berdering. Pikirku mungkin nanti akan mati sendiri, tapi setelah dua menit handphoneku tak kunjung berhenti. Hell ya, pasti ini hal ga penting. Mau tak mau, aku pun mengangkatnya.
"Kau kemana aja sih dari tadi, kenapa ngangkatnya lama sekali" ucap suara disebrang sana dengan volume yang lumayan kencang.
"Ada apa?" tanyaku to the point.
"Datang ke rumahku malam ini. Kau wajib datang aku tak mau tau"
"Mau ngapain emangnya?" Pasti party untuk semester ini and we will party all night long. Halah, aku hafal sekali.
"Party untuk merayakan semester ini Samara, itukan sudah menjadi tradisi kita. Kau ini bagaimana" terdengar suara jengkel disana.
"Ya ya ya, aku datang" Yap, pasrah.
"Harus! See you"
Sambungan telepon pun tertutup. Langsung ku banting handphone ku ke kasur. Aku sudah muak sekali dengannya, dia ketua dari grup Demotic yang paling populer di sekolahku. Dan yang menyedihkannya aku adalah salah satu anggota dari grup tersebut. Ets, jangan salah sangka dulu. Aku dipaksa oleh Lisa untuk masuk ke grup itu karena alasan yang sangat simple. Hanya karena aku adalah anak dari keluarga Nelson dan penampilanku yang katanya fashionable.
Hello, ini fashionable dari mananya, penampilanku saat di sekolah saja bisa dibilang berantakan. Aku tidak pernah memasukkan baju ke dalam rok, memakai blazer sekolahku saja sangat jarang, aku juga mempunyai tindikkan di kedua kupingku, rambutku yang tidak terlalu panjang ku biarkan tergerai berantakan, aku juga banyak memakai aksesoris yang terkesan berwarna gelap. Aku lebih suka gaya seperti punk rock begini dibanding memakai make up tebal dan selalu membawa kaca kemana - mana, membayangkan diriku seperti itu saja rasanya sudah mual.
Dan alasan kenapa aku setuju untuk bergabung ke dalam grup Demotic adalah musik, yap lagi lagi musik. Lisa adalah anak dari pemilik sekolah ku, dia mengancamku bahwa aku tidak akan bisa masuk ke dalam ekstrakulikuler band disekolah ini jika aku tidak mau masuk ke dalam grup yang ia buat itu. Well, tidak bisa masuk ke dalam ekstrakulikuler band tidak ada dalam sejarahku dan aku juga tidak akan semangat untuk sekolah karenanya, jadi mau tak mau aku menerima tawarannya. Lagipula sebenarnya tidak ada ruginya jika aku masuk ke grup itu, toh juga tidak ada peraturan yang mengikat.
Malah disana aku bertemu dengan Elle, anak dari keluarga Vallen yang mungkin bisa dibilang sahabatku sekarang. Hanya dia dari sekian banyak orang yang bisa mengerti bagaimana keadaanku. Dan sangat kebetulan momnya dan momku berteman baik bahkan sering main kerumah. Tak heran jika aku dan Elle menjadi bersahabat.
Lagi - lagi saat pikiranku melantur kemana mana, suara dering handphone mengembalikkan ku ke dunia nyata. Mungkin aku akan silent handphoneku setelah ini. Ketika ku lihat ke layarnya, ternyata Elle yang menelpon, well panjang umur sekali dia.
"Halo, Samara?" ucap suara Elle disebrang sana.
"Ada apa El?"
"Kau datang malam ini? Kau pasti sudah taukan maksudku?"
"Ya aku datang, kenapa?"
"Oh tidak apa - apa, hanya bertanya"
"Aneh sekali, jika hanya bertanya kan tidak perlu lewat telepon"
"Yasudahlah pulsa ku ini yang habis kenapa kau yang repot" haha salah satu kebiasaan Elle jika sudah salah tingkah, maka ia akan melantur.
"Cie salah tingkah, ketauan ada yang ingin kau bicarakan. Ceritakan saja Elle"
"Ini tentang Neville. Akan ku ceritakan nanti" always about Neville, huh.
"Oke, terserah kau saja"
"Oke, see you tonight Sam"
Suara sambungan berakhir pun terdengar ditelingaku.
Dan itulah Elle, mempunyai sifat yang bisa ku bilang sangat aneh. Jika salah tingkah ia akan gugup atau seperti gemetaran jika bertemu langsung dan itu tandanya ada sesuatu yang ingin ia ceritakan atau ada berita penting yang ingin ia beritau kepadaku. Sifatnya yang satu ini yang membuatku menjadi tertarik untuk berteman dengannya bahkan bersahabat. Dan oh ya tentang Neville, kalian akan tau sendiri nanti.
Aku pun beranjak untuk mandi, melihat jam sudah menunjukkan pukul setengah enam. Tak lupa aku membuang permen karet yang sedari tadi ku kunyah.
Kunyalakan air hangat di dalam bathtub, sambil menunggu penuh aku menyikat gigi dan mencuci muka. Setelah beberapa menit, bathtub terisi penuh dan aku pun mulai berendam. Huh, rasanya aku betah jika harus berendam sampai berjam - jam. Aku benar benar butuh istirahat. Sekolah benar benar membuatku lelah bahkan tidak mempuyai cukup waktu untuk tidur. Ada saja tugas yang diberikan oleh guru setiap harinya. Untuk bermain musik saja aku harus pintar - pintar mengatur waktu.
Akhirnya setelah beberapa saat, aku pun selesai mandi. Badanku lumayan lebih ringan dari sebelumnya. Segera saja aku berpakaian. Aku memakai T - shirt hitam bergambar tengkorak ditengahnya dengan blazer jeans tanpa lengan dan aku memakai jeans hitam pekat dengan converse putih serta ransel kecil dan berbagai macam aksesoris yang pastinya berwarna gelap. Yap and this is my style.
Aku langsung mengambil kunci mobil ku di nakas dekat tempat tidur, jam sudah menunjukkan pukul tujuh lewat. Ah aku sudah telat, belom lagi waktu diperjalanan yang akan memakan waktu yang lumayan lama. Bakalan dapat ocehanlah pasti dari Lisa, dan males banget dengerinnya.
Setelah masuk ke dalam mobil, aku pun segera melajukan mobilku dengan kecepatan di atas normal. Masa bodolah.
ŞİMDİ OKUDUĞUN
The Book of Samara Nelson
General FictionKeluarganya tampak baik-baik saja, kedua orang tuanya masih saling mencintai, kakak perempuannya dapat dijadikan panutan, teman setia selalu mendampingi, merupakan anggota inti grup terhormat di sekolah, segala kebutuhan dan keinginannya terpenuhi b...