Another shot of whiskey, can't stopping looking at the door.
Wishing you'd come sweeping in the way you did before.
And I wonder if I ever cross your mind?
For me it happens all the time.
It's a quarter after one, I'm a little drunk and I need you now
Said I wouldn't call but I lost all control and I need you now
And I don't know how I can do without
I just need you now
Song : Need you now.
by : Lady antebellum.
***
Aku tidak peduli sudah berapa botol bir yang aku habiskan. Botol dengan isi minuman terkutuk itu tetap aku teguk untuk kesekian kalinya.
Aku memandang kearah pintu apartementku, dan tidak mendapati tanda-tanda pintu itu akan terbuka dari luar. Menyadari harapan tinggal harapan. Lagi, aku meminum bir itu hingga tandas.
Aku salah. Ini, sudah lebih dari tiga minggu dan wanita itu tidak lagi muncul. Sama seperti kata-kata terakhirnya...
"Maafkan aku jika selama ini aku hanya mengganggu hidupmu. Mulai sekarang, kau tidak akan pernah melihatku lagi. Selamat tinggal, Maxime. Aku mencintaimu."
Masih ku ingat wajah memerah penuh air matanya. Kesedihan terlukis dengan jelas di matanya yang membentuk bulan sabit ketika tertawa. Dan aku yang melukis kesedihan itu, kemudian menyesalinya seperti pecundang.
Tuhan telah menghumkumku karena menyakiti hati tulusnya, dengan cara membuat aku menyadari semua perasaanku setelah dia pergi.
Yuki. Arti namanya begitu indah, "Kebahagian" dan aku baru menyadarinya akhir-akhir ini. Dia memang seorang wanita pembawa kebahagian, bahkan untukku yang selalu menyakitinya dengan kata-kata atau bahkan dengan perilakuku.
Ketika orang tuaku untuk pertama kalinya mengatakan Yuki adalah calon istriku. Saat itu juga aku mulai membencinya. Hanya karena ia menjadi istriku dan membuat aku gagal menikahi kekasih saat itu, aku membencinya. Memakinya hingga aku sendiri lelah dan menyakitinya dengan begitu jahat, saat aku membawa kekasihku datang keapartement kemudian menghabiskan malam bersamanya.
Namun, entah terbuat dari apa hatinya. Dia tetap menjadi seorang istri yang baik. Bahkan dia selalu memberikanku sebuah senyuman tulus. Sekalipun aku tidak pernah membalasnya.
Yuki yang penuh perhatian dan kasih juga kesabaran menghadapiku, mulai menyentuh hatiku yang tak tersentuh. Bahkan oleh kekasihku sekalipun. Tapi Yuki mampu melakukanya.
Perhatiannya membuat aku nyaman, senyuman tulusnya membuat hatiku menghangat tanpa aku sadari. Sampai sesuatu yang tak pernah aku rasakan terjadi saat aku melihatnya bersama laki-laki lain.
Yuki tertawa, menunjukan mata bulan sabitnya yang menawan didepan orang lain selain diriku. Dadaku memanas seperti terbakar, tanganku mengepal erat menahan emosi.
Aku membawa Yuki pulang dengan kasar. Membuatnya kesakitan, memintaku untuk berhenti mencengkram tangannya saat itu. Namun telingaku tuli oleh amarah. Aku terlalu, terlalu cemburu untuk mendengarnya.
Ketika sampai diapartement sekalipun, bukan mereda amarahku semakin meluap-luap. Membuat aku hilang kendali dan berakhir dengan menyakiti hatinya. Lagi.
"Kau jalang! Berani-beraninya kau tertawa bersama laki-laki lain! Kau ingin membalasku, iyakan! Kau, setelah mengacaukan hidupku, mengganggu rencana yang sudah aku buat dengan Terre. Kau ingin berhianat! Begitu!"
Aku selalu mengutuk diri sendiri setiap ingatan itu datang. Kenapa aku bisa begitu kejam pada Yuki hanya karena amarah. Membuatnya pada akhirnya pergi karena ulahku sendiri, dan membuatku menyesalinya hingga kini sampai nanti.
Dengan tubuh yang terhuyung-huyung karena mabuk. Aku berjalan kekamar Yuki.
Aku yang membuat kami tidur dikamar yang terpisah. Dan sekali lagi aku mengutuk diri sendiri.
Kamarnya rapi. Bedcover putih itu masih terpasang dengan semestinya diranjang ukuran king size. Meja rias yang kosong, hanya menyisahkan sebuah vas dengan bunga lili yang telah layu. Jendela dengan korden merah maroon itu tertutup dengan rapat, mencegah angin untuk mengisi kesepian kamar gadisku.
Aku menjatuhkan diri diatas ranjang milik Yuki. Menghirup aroma wanitaku yang tertinggal disana. Memejamkan mata dan mulai membayangkan Yuki disini. Berada disampingku.
Aku menyadari aku mulai gila. Tapi biarkanlah. Hanya dengan cara seperti ini aku mampu melanjutkan hidupku untuk hari esok. Aku membuka mata, bersamaan dengan jatuhnya air mata.
Tuhan, aku adalah laki-laki yang telah berdosa karena menyakiti hati istriku. Namun aku tetap hambamu yang masih berhak memohon padamu, bukan?
Tolong, berikan aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Menemukan dia. Membawa Yuki pulang, dan membahagiakannya. Berikan aku, sedikit keajaibanmu.
Dengan doa dan harapan esok akan terjadi keajaiban, mataku mulai berat. Dan kegelapan membawaku mengarumi mimpi, bersama Yuki di dalamnya.
***
Gerabah yang telah pecah memang tidak mampu utuh kembali. Sekalipun telah di perbaiki. Akan ada cacatnya.
Namun sebuah seni, akan tetap menjadi seni.
The end
KAMU SEDANG MEMBACA
FicSong
Historia CortaSepenggal kisah cinta dari sebuah lagu. © 2015 Yukafanfiction 22 september 2017 # Rank 241 Short story 24 september 2017 # Rank 146 Short story