Kalau malam itu lift yang ia naiki tidak rusak mungkin Kilan takkan pernah punya maksud untuk menaklukan hati Ardham, mulut pedas pria itu lengkap dengan ego setinggi menara pisa ingin sekali Kilan runtuhkan.
"Pokoknya awas, sampe dia suka sama gue. Gue tolak," gerutu Kilan dengan wajah merengut, pagi-pagi ia sudah dibuat kesal lagi oleh Ardham yang mengatakan jika Kilan lebih mirip perempuan yang akan pergi ke Fashion Show dibanding sebagai Staff Accounting.
"Kenapa lagi sih?" Jia mengambil amplop coklat yang tergeletak di atas mejanya, yang memang bersebelahan dengan Kubikel Kilan.
"Lo tau si Hot Daddy yang kata orang dagunya Sexy." masih dengan sisa-sisa amarah Kilan menatap Jia. "Masa dia bilang gue mau ke Fashion show."
"Lagian lo ngapain pake Syal ini di leher?" tunjuk Jia pada syal berwarna orange yang cukup mengganggu mata.
"Ya kali gue pake syal di kaki. Itu lebih aneh," ucap Kilan, mata Kilan memutar bosan. "Leher gue banyak bercak merahnya."
"Abis digigitin siapa lo?"
"Gue nggak sengaja makan udang, kulit gue merah-merah deh." Kilan membuka syalnya lalu terlihatlah dengan jelas bintik-bintik kemerahan di area lehernya.
"Kok cuman leher aja? itu paha, kaki sama tangan nggak?" Mata Jia menyipit penuh tanya, alih-alih percaya Jia justru curiga jika Kilan berbohong. Mana ada alergi cuman di sekitar leher saja
Kilan menggulung kemeja lengan panjangnya yang berwarna pink pastel hingga siku, menunjukan jika bintik merah yang menurutnya sialan itu tak hanya mampir di sekitar leher. "Liat nih, tangan gue juga. Nggak usah suudzon lo."
"Ya kali aja lo abis main sama dedek-dedek gemes koleksi lo, jadi saling gigit gitu." bukan tanpa alasan Jia melayangkan tuduhan seperti itu, karena sudah bukan rahasia umum jika Kilan itu punya banyak teman lelaki yang menurutnya hanya teman biasa.
"Dedek gemes dari Arab, mereka bukan dedek gemes. Cuma lebih muda beberapa tahun dari gue," sergah Kilan. Jangan salahkan Kilan yang memiliki tubuh kecil dan baby face, terkadang ada saja orang tak percaya jika umur Kilan sudah nyaris seperempat abad.
"Tetep aja berondong, curut."
Kilan enggan menanggapi Jia, ia lebih memilih fokus dengan pekerjaannya. Pasti Jia akan kembali menyudutkan Kilan yang masih saja bermain-main dengan lelaki padahal umurnya sudah cukup dikatakan dewasa.
"Ngomong-ngomong sama Ferdi gimana?" tanya Jia, terakhir kekasih Kilan adalah Ferdi, mahasiswa semester lima jurusan teknik kimia.
"Udah putus, gue single."
Like the way Kilan, putus-nyambung rasanya sudah jadi hal lumrah untuk Kilan. Bukan karena ia playgirl, itulah pembelaan yang sering Kilan elukan saat Jia menuduhnya sebagai seorang heart breaker. Dan dengan tegasnya Jia akan berkata.
Kalaupun lo nggak percaya karma, lo harus percaya apa yang lo tanam itu yang akan lo tuai.
Yes, Kilan menyetujui itu. Lantas ketika ia sudah siap ditinggalkan kelak oleh lelaki yang berhasil membuatnya jatuh cinta, Kilan bisa terima itu. Ia akan belajar menyikapi patah hati dengan caranya, bukan justru mengemis hati yang tak pernah menjadi miliknya.
"Lo udah dewasa, Lan. Sampai kapan mau main-main terus?" Jia melirik sekilas ekpresi Kilan yang membuang napas pelan, kadang kita bisa lebih mengenal orang lain dibanding diri kita sendiri. "Lo itu tipe cewek egois yang hanya mencintai diri lo sendiri."
Bahkan Erich Fromm pernah berkata, Orang egois tidak mampu mencintai orang lain, mereka juga tidak mampu mencintai diri mereka sendiri.
Kilan tidak mau dirinya masuk ke dalam golongan orang egois yang diserukan Erich Fromm, karena sampai saat ini ia masih menyangi dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENDEZVOUS
RomanceKilania Azzahra hanya perempuan lajang yang haus kasih sayang, memiliki sederet mantan pacar yang usianya jauh lebih muda. Tidak pernah terlintas bahwa kehidupannya akan berpusat di sekitar Ardham, pria yang usianya nyaris terpaut 10 tahun lebih tua...