Chapter 3 : Redemption

145 9 1
                                    


***

"Kyo-kun, aku punya rencana, apa kau yakin bisa mengatasi pria itu?." tanya Luna singkat.

Kyo hanya merespon perkataan Luna dengan anggukan pelan, lalu tak lama kemudian Luna pun memancing Arrel sedikit menjauh dari lokasi pertarungan Kyo dan Wilbur dengan berlari ke arah pelataran gereja desa. Arrel pun mengikutinya sambil membawa tombak bulan sabitnya tersebut.

Tanpa basa-basi lagi, Wilbur pun melakukan flash step ke depan Kyo lalu langsung coba menebaskan pedang miliknya dengan ke bagian lehernya, namun dengan sigap Kyo menunduk menghindari tebasan tersebut dan kemudian coba menebaskan pedangnya balik ke arah dada Wilbur.

Wilbur pun melakukan backflip ke belakang untuk menghindari tebasan tersebut, dan kemudian merepalkan tangan kanannya.

"Historica Advente!" ucap Wilbur dengan lantang, tak lama kemudian muncul kilatan petir di tangan kanannya yang ia langsung gunakan untuk membuat pedang miliknya dialiri energi petir.

Ia melompat kira-kira 5m ke udara kemudian menebaskan energi petir dari pedangnya ke arah Kyo namun lagi-lagi dia berhasil menghindarinya dengan melakukan gerakan roll di tanah ke arah kanan, alhasil energi petir tersebut pun mengenai sebuah gedung kecil hingga runtuh menjadi puing-puing, tak lama kemudian Wilbur kembali mendarat berjarak 10m dengan Kyo.

Memanfaatkan momentum tersebut, Kyo pun melakukan dash ke arah Kyo dengan menebaskan pedang miliknya dengan pola X, ---, dan X kembali secara bergantian ke arah tubuh Wilbur.

Wilbur dapat dengan mudah menangkis ketiga serangan itu berturut-turut dengan membentuk perisai sihir yang terbuat dari energi petir hingga pedang milik Kyo terjatuh ke tanah namun hal yang tak terduga terjadi....

"Kau terlihat seperti bangsawan, namun kau benar-benar bodoh ya?."

Mata Wilbur membelalak kaget begitu mendengar ucapan Kyo, bagaimana tidak. Kyo ternyata sudah berada dibelakang dirinya sedari tadi dan tebasan tadi semata-mata digunakan Kyo untuk mengalihkan perhatiannya.

Kyo pun coba membuat Wilbur terjatuh dengan melakukan gerakan tackle seperti dalam permainan sepakbola, dan ia pun tak sempat bereaksi hingga terjatuh ke tanah.

Kyo pun perlahan berjongkok diatas tubuh Wilbur dan melayangkan pukulan bertubi-tubi ke wajah Wilbur hingga babak belur, tak sampai disitu ia pun akhirnya melakukan apa yang ingin ia coba sedari tadi.

"Kalian kuat, kalian terlatih, dan kalian memiliki daya tahan tubuh jauh melebihi manusia biasa..."

"Tapi, apa kalian tau tentang seni bela diri? apa kalian mempelajarinya? Bahkan apa kalian mengetahuinya? Jangan bilang kalau selama ini kalian hanya bergantung pada kekuatan sihir dan magis kalian belaka..."

Seringai tipis terbentuk di wajah Kyo yang sedari tadi ekspresinya datar, diambilnya pedang miliknya yang tergeletak di tanah dan ia pun menusuk dada Wilbur hingga mengeluarkan darah yang cukup banyak.

Ekspresi ketakutan dan mata membelalak dapat terlihat jelas dari wajah Wilbur yang mulutnya berlumuran darah akibat tusukan tadi. Ia tak pernah menyangka bahwa dirinya dapat dikalahkan dengan amat mudah oleh seorang manusia biasa.

"K-kau sebenarnya siapa?." tanya Wilbur dengan perlahan karena mulai kehabisan darah.

"Kyo Hazama, yoroshiku."

Terlambat, Wilbur pun menghembuskan nafas terakhirnya seusai mendengar jawaban singkat dari Kyo.

Arrel yang tengah bertarung dengan Luna di pelataran gereja tak jauh dari situ pun menghentikan sejenak pertarungan tersebut lalu berlari ke arah Kyo & Wilbur.

"The Magnificent Eight, satu telah tewas, tinggal 7 lagi."

Kyo menghela nafas kecil begitu menyadari Arrel yang berada didekatnya, gadis bersurai biru tersebut langsung terduduk lemas di tanah usai melihat secara langsung rekannya yang sudah tak bernyawa akibat Kyo.

***
"Nona Yuri, Wilbur Overwright sang pemegang takhta nomor 7, telah tewas." ucap seorang pembawa pesan.

Ekspresi dingin ditunjukkan oleh wanita itu sambil sesekali menyesap segelas wine merah ditangannya.

"Ya apalagi yang harus diperbuat, dia kan lemah, kau boleh pergi." ucapnya dengan nada datar.

Pembawa pesan bersurai hijau tersebut pun berlutut hormat kemudian pergi meninggalkan aula milik The Magnificent Eight.

"Dimana dia, dasar pembangkang!." teriak Yuri dengan keras kemudian melemparkan gelasnya ke lantai hingga pecah berkeping-keping.

***
Sementara itu di pinggir sebuah sungai ditengah hutan, seorang gadis berambut pirang dengan manik biru muda serta menggunakan gaun berwarna merah tengah membasuh tangannya di sungai.

"Hihi, airnya segar sekali!." ucap gadis itu tersenyum lebar.

Tak disadarinya ada segerombolan serigala liar yang mengintai dirinya dari balik semak-semak didekat tempatnya berdiri saat ini. Tentunya mereka ingin sekali memangsa dirinya karena jarang sekali manusia ada yang berani mendekati sungai tersebut.

-To be continued-

Bergantung penuh pada kekuatan adalah kesalahan paling fatal dari para anggota the Magnificent Eight~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 21, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Magnificent EightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang