Chapter 1 : Awakening

137 13 2
                                    


Setelah kurang lebih 3 jam pingsan, Kyo pun perlahan membuka kelopak matanya dan memperlihatkan manik merahnya itu ke sekitar, ia melirik ke sekitar sejenak dan menyadari kalau dia sedang berada di tempat yang asing, yakni sebuah kamar.

"Ara, kau sudah bangun rupanya." ucap seseorang dari arah kiri Kyo, ia pun langsung duduk di ranjang dan menoleh ke arah sumber suara tersebut..

Seorang gadis cantik bersurai putih dan manik merah sedang duduk di jendela kamar, sepertinya sedari tadi menunggu Kyo sadar.

"A-aku dimana? dan siapa kau?."

Pertanyaan yang sudah sangat lumrah dan mainstream untuk ditanyakan oleh seseorang yang tiba-tiba bangun di tempat asing.

Gadis itu pun tersenyum tipis mendengar pertanyaan Kyo lalu menatapnya dengan ekspresi senang.

"Namaku Luna Isvalensia, kau sedang berada di kamar di rumahku, tepatnya didesa Heinreinch, aku menemukanmu pingsan ditengah medan pertempuran pasukan pemberontak dan pasukan The Magnificent Eight." jelas Luna ke Kyo dengan lengkap.

Heinreich? Kyo pun masih berpikir keras, ia bisa terlempar ke dalam dunia ini tanpa alasan yang jelas, tapi akhirnya ia memutuskan untuk menyamar menjadi orang yang hilang ingatan, sehingga tidak ada kecurigaan yang datang.

"Namaku Kyo Hazama, aku tidak ingat apapun, yang pasti sebelum aku pingsan, aku sempat bertarung dan dengan seorang gadis berambut biru dan membawa tombak dengan ujung berbentuk sabit dan berhasil mengalahkannya." ujar Kyo dengan jelas ke Luna.

Ekspresi kaget sontak ditunjukkan oleh Luna begitu mendengar perkataan Kyo barusan, Kyo agak kebingungan dan heran akan hal itu, namun sebelum ia bisa bertanya, Luna sudah terlebih dahulu menjelaskan.

"Kau..... tidak bohong kan? Gadis yang kau kalahkan adalah Arrell Kriffstein, Kursi ke-8 di dalam Magnificent Eight."

Kyo mengernyitkan dahi ketika mendengar perkataan Luna, ia berpikir, jika gadis itu adalah pemegang kursi ke-8 dalam Magnificent Eight, tentunya ia adalah yang terlemah bukan?.

Sebelum ia sempat bertanya soal itu, lagi-lagi Luna menyela dan kembali menjelaskan.

"Meskipun ia adalah yang terlemah, bukan berarti ada yang pernah dan bisa mengalahkannya sebelumnya."

Perkataan dari mulut Luna membuat Kyo semakin bingung, bagaimana tidak, gadis itu tidak memberikan perlawanan sama sekali, malah dia yang menjadi bulan-bulanan yang sangat amat mudah.

"Ngomong-ngomong apa kau sudah baikan?"

Kyo hanya merespon pertanyaan Luna dengan anggukan pelan, gadis itu pun berdiri dari tempatnya lalu menghampiri dirinya sambil mengulurkan tangannya.

"Mau kuajak berkeliling desa?." ucap Luna sambil tersenyum ramah padanya.

Kyo pun menerima uluran tangan gadis itu. Tangannya terasa amat halus, jujur ini kali pertama Kyo memegang tangan gadis seumurannya.

Tanpa basa basi lagi, gadis itu menggandeng tangan Kyo keluar dari rumah dengan tujuan mengenalkan lingkungan sekitar padanya.

--Sementara itu--

Derap kaki pelan terdengar dengan jelas di sebuah lorong didalam suatu bangunan gelap.

"Aku gagal untuk pertama kalinya, apa-apaan ini?" gumam seorang gadis yang berjalan ditengah kegelapan tersebut.

Perlahan lorong gelap itu berganti dengan cahaya yang menembus jendela-jendela besar di ruangan yang dimasuki gadis tersebut.

Lambang "VIII" nampak dengan jelas terukir di sebuah papan besi yang berada diatas pintu ruangan itu.

Gadis itu pun sampai ditengah ruangan tersebut dan kemudian memperlambat langkahnya, didepan dirinya, sedang berdiri 5 orang misterius yang duduk di singgasana mereka masing-masing, yang jumlahnya ada 8.

"Gagal ya?." gumam seorang pria dengan suara bak pangeran yang duduk dengan elegan di singgasana ke-7

"Seharusnya kalian menyuruhku saja desu! Daripada menyuruh si peringkat ke-8!" teriak seorang gadis bertubuh pendek dengan suara seperti anak kecil dan tengah duduk di singgasana ke-6

Pria bertubuh besar di singgasana ke-5 dan pria bertopeng di singgasana ke-4 hanya diam saja menyimak.

"Arrel, kau gagal membunuh pemuda itu." ucap seorang wanita yang duduk di singgasana ke-2

Arrel, yang merupakan nama dari gadis bersurai biru tersebut kemudian berjongkok dihadapan wanita tersebut.

"Aku minta maaf, nona Yuri." ucap Arrel dengan nada pasrah, tentu setelah ini pasti ia akan mendapatkan hukuman.

Singgasana ke-1 dan ke-3 terlihat kosong tanpa diketahui kemana pemiliknya.

Sekumpulan burung gagak kemudian beterbangan di luar jendela dan mengeluarkan suara khas mereka yang sedikit menakutkan.



Yosh, chapter berikutnya akan lebih berfokus pada Magnificent Eight ^^

The Magnificent EightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang